3 | Night Stand

3.3K 306 2
                                    

Dalam hidup ini sebuah komunikasi sangat penting untuk menunjang kebelansungan hidup seseorang sama halnya dengan bernafas. Tapi semua orang punya caranya sendiri untuk berkomunikasi dan juga punya kriteria sendiri untuk seseorang yang bisa di ajak komunikasi dengan baik dalam hubungan umum ataupun pribadi. Hubungan pribadi ini yang biasanya hanya dapat di masuki beberapa orang dengan latar belakang beragam dan kebanyakan dari hubungan pribadi ini terjulin tanpa adanya paksaan.

Wonwoo sendiri memiliki hubungan pribadi dengan beberapa orang kerabat jauh, tetangga yang jarang terlihat lantaran terlalu sibuk dan dengan dirinya sendiri. Ia tidak memiliki teman yang bisa di anggap teman dekat tanpa latar belakang teman sekolah atau teman kampus–temannya hanya dirinya sendiri dan Wonwoo tidak memiliki konteks teman dekat dalam kamusnya karena menurutnya semua orang itu sama. Berteman karena ada sesuatu yang mengikat mereka dan Wonwoo cukup menganggap ikatan itu adalah hubungan sosial.

Ia sendiri bukannya tidak ingin memiliki teman dekat yang bisa di ajaknya berjalan-jalan pada akhir pekan atau mendengarkan semua curahan hatinya tentang tugas kuliah yang mengunung tapi pengalaman buruk menjadi salah satu alasan mengapa Wonwoo enggan membuat hubungan akrab dengan orang asing. Menurutnya semua orang sama saja–datang di saat membutuhkan dan pergi di saat masalahnya telah selesai. Wonwoo tidak memerlukan teman seperti itu.

Latar belakang tentang dirinya juga yang membuat orang-orang enggan berada dekat dengannya jika tidak dalam keadaan terpaksa. Menjadi penyebab kedua orang tuanya meninggal dunia membuat orang-orang berpikir bahwa ia membawa mala petaka karena selama hidupnya juga belum pernah ada hal bagus yang terjadi. Hal-hal itu berjalan biasa-biasa saja atau berakhir tidak mengenakan lantaran ia tidak memiliki hal yang cukup bagus dalam hidup.

Tiga belas tahun lalu pernah ada hati di mana ia merasa bahwa dunia itu indah tanpa ada beban di pundaknya tapi setelah kecelakaan yang merenggut nyawa kedua orang yang ia miliki semuanya berubah menjadi suram dan penuh beban. Bahkan di saat-saat seperti itu tidak ada orang yang mau membantunya–hanya dengan sedikit empati dari orang-orang yayasan–Wonwoo besar dan tinggal di panti asuhan hingga ia merasa bisa menghidupi dirinya sendiri.

Di panti asuhan juga bukan sesuatu yang dapat di lalui dengan mudah karena beberapa anak mengucilkannya ketika pertama kali menginjakkan kaki di sana. Memiliki sedikit latar belakang mengerikan adalah jawabnya. Orang-orang cenderung menjauhi hal-hal baru yang terlihat mengancam saat pertama kali di lihatnya karena mereka takut hal itu akan mengancam keberadaannya walaupun Wonwoo seratus persen tidak berbahaya–mungkin hanya sedikit menyebalkan.

Selama sepuluh tahun dalam hidupnya Wonwoo harus berbagi kamar dengan tiga orang anak yang belum pernah sama sekali berbicara ataupun berinteraksi dengannya. Anak-anak itu menganggapnya aneh karena wajah yang ia miliki dan rambut hitam yang mencolok di antara anak-anak lainnya. Para orang tua juga tidak ada yang berniat mengadopsinya karena ia selalu memberikan kesan pertama yang buruk walaupun hanya karena penampilan fisiknya.

Semenjak resmi meninggalkan yayasan itu Wonwoo selalu berusaha meninggalkan segala kenangan tentang darimana asalnya. Meskipun para perawat di panti asuhan selalu menggunakan bahwa tidak ada yang salah dengan dirinya tapi Wonwoo tetap merasa ada yang salah. Entah itu karena latar belakangnya ataukah kejadian buruk yang menimpanya di masa lalu.

Wonwoo menulikan telinganya setiap kali seseorang mengatakan wajahnya memiliki karakteristik seperti seorang aktor atau saat seseorang menawarkan pekerjaan beradu akting di depan kamera. Wonwoo sejujurnya membenci itu. Ia hanya ingin hidup sebagai anak yatim piatu yang tidak memiliki masalah apapun–bukannya ingin hidup sempurna hanya saja ia sudah lelah.

Contohnya saja saat seseorang yang mungkin sudah memata-matainya sejak lama mengatakan bahwa ia mencintai Wonwoo dan menyuruh Wonwoo untuk membalas perasaannya. Lagi-lagi pemikiran nakal datang bahwa semua itu karena wajahnya yang tampan. Penyebab ia terjebak dengan pria gila itu adalah wajahnya yang tampan–sekali lagi Wonwoo membenci dirinya sendiri dan takdirnya.

Kebencian terhadap dirinya sendiri bertambah ketika ia menyadari bahwa pria bernama Mingyu ini membawanya ke sebuah ruangan dengan wangi harum menyerembab memenuhi penciumannya. Wonwoo bukannya tidak menyadari bahwa ini bukanlah sesuatu yang baik karena pemikirannya sudah cukup dewasa untuk memahami apa artinya jika seseorang membawamu ke sebuah kamar. Walaupun pada kenyataannya ia belum pernah sekalipun melakukan hubungan seksual dengan siapapun.

Satu hal yang ia pikir mengerikan adalah ketika pria itu membaringkannya di atas tempat tidur dan mengikat tangannya dengan tali yang di ikatkan pada headboard. Ia tidak pernah berpikir bahwa hukuman yang pria itu berikan bisa membuat tubuhnya merinding hanya karena ia menolak sebuah ciuman dari pria itu dan aroma alkohol dan rokok yang menguar dari Mingyu membuat tubuh Wonwoo menegang.

“Aku akan memberikan hukuman yang pantas kau dapatkan.”

Wonwoo mendengar pria itu berbisik tepat di telinganya. Ia juga dapat merasakan bahwa pria itu tengah menindih tubuhnya sekarang dan tidak ada yang bisa ia lakukan karena tidak ada gunanya melawan pria gila. Maksudnya Wonwoo sudah pernah di peringatkan sebelumnya bahwa apartemen milik Mingyu di rancang kedap suara–ia juga sudah memeriksakannya sendiri saat pria itu meninggalkannya sendiri di dalam.

“Dengar Jeon Wonwoo sayang,” Mingyu memegang dagunya. “Ada beberapa peraturan selama kau bercinta denganku dan kau tidak boleh melanggarnya.”

Wonwoo hanya bisa menebak-nebak bagaimana ekspresi pria itu karena penutup matanya belum juga di lepas sejak kedatangannya tiga hari lalu.

“Pertama jangan sebut namaku selama kita bercinta. Kedua jangan sentuh aku selama kita bercinta. Ketiga jangan pernah melawan aku atau melakukan pergerakan lebih dulu. Terakhir jangan selesai sebelum aku yang mengakhirinya sendiri. Kau mengerti?”

Wonwoo mengangguk dan kemudian merasakan pria itu menciumnya. Ia menegang oleh setiap sentuhan kecil dari pria itu ; sangat tenang, lembut dan lamban namun anehnya berhasil membuat darah Wonwoo berdesir setiap kali mendengar suara nafasnya sendiri di antara kesunyian. Wonwoo pikir pria ini benar-benar tahu bagaimana caranya bercinta dan mungkin ini bukan hubungan bercinta pertamanya.

Punggungnya melengkung secara refleks ketika menerima sentuhan tangan itu menyusup ke dalam pakaiannya dan memberikan usapan melingkar yang mampu membuat Wonwoo menginginkan lebih. Pria itu jelas merasakan kekakuan Wonwoo dan mendorong tubuh itu untuk semakin mendominasi dalam permainannya. Wonwoo terengah-engah di sela-sela nafas dan merasakan tubuhnya memanas–berbanding terbalik dengan lawan mainnya.

Penglihatan yang tertutup justru semakin meningkatkan kepekaan inderanya yang lain–Wonwoo mengeluarkan helaan nafas pendek ketika merasakan kepala Mingyu mencoba menyusup di antara leher jenjangnya dan meninggalkan bekas kepemilikan di sana–entah mengapa kepalanya perlahan merasa pusing karena rasa senang yang membludak.

“Kau akan menikmatinya sayang.”

Itu yang di dengar Wonwoo untuk terakhir kalinya sebelum ia menyerahkan dirinya sepenuhnya pada pria itu.

“Mingyu-akh!”

Dan Mingyu berakhir dengan menampar pipi tirusnya. Bukankah sudah dikatakan bahwa kau jangan menyebutkan namanya?
.
.
.
.
.
To be continued..

[✓] Stockholm Syndrome | MeanieWhere stories live. Discover now