6 | Two Lovers

2.3K 273 3
                                    

Wonwoo hanya tidak mengerti–saat Mingyu mengatakan bahwa rasanya tidak akan sakit tapi pria itu tampaknya berbohong.

Saat pertama kali melakukan hubungan badan Wonwoo merasakan rasa sakitnya dan ia menerima after care setelah itu lalu saat hubungan kedua mereka Wonwoo sama sekali tidak mendapatkan pertolongan–Mingyu bahkan terlihat tidak peduli dengan keadaannya yang bersandar di lengan sofa dengan perasaan ngeri yang masih bercampur aduk ketika mengingat bahwa tubuh Dongmin masih ada di ruangan yang sama dengannya.  Wonwoo tidak bisa berpikir jernih ketika Mingyu ingin melakukan hubungan percintaan di atas sofa–selain karena ruang yang ada lebih sempit jarak antara tempat Mingyu memainkan permainannya kurang dari satu meter dari tubuh Dongmin yang terbujur kaku.

Wonwoo sama sekali tidak memiliki pengalaman yang berarti bahkan pada hubungan badan mereka yang kali ini–nafasnya memburu dengan keringat dingin yang menuruni pelipis sementara tangannya mencengkram erat pinggiran kasur selama Mingyu yang memimpin seperti biasanya. Ia juga masih kesulitan untuk mengingat bagaimana Mingyu membawanya ke dalam kamar yang sudah di siapkan, bagaimana pria itu menanggalkan semua pakaiannya atau bagaimana ia akhirnya menyerah akan tubuhnya sendiri dan membiarkan Mingyu berkuasa untuk seterusnya–secara teknis berhubungan badan satu kali tidak bisa membuat keberanian Wonwoo bertambah hanya untuk sekedar mencuri-curi momen untuk mendominasi.

Ketika gerakan Mingyu mulai melambat ketika tiba di leher Wonwoo–pria itu segera mendorong tubuh Mingyu menjauh. “Sudah cukup Mingyu-ssi,” ucapnya dengan nafas tersengal. “Aku lelah.”

Mingyu menarik sudut bibir kirinya dan menatap Wonwoo yang masih tersengal-sengal di bawahnya. “Tidak sayang–ini bahkan masih jauh dari kata selesai. Aku belum mau berhenti dan kau tidak boleh berhenti kecuali aku yang memintamu untuk berhenti.”

“Kita ini apa Mingyu-ssi?”

“Tentu saja kita ini adalah sepasang kekasih,” jawab Mingyu. “Kau adalah milikku dan aku adalah milikmu dan sebagai milikku kau harus mematuhi pemilikmu–kau mengerti?”

“Jika aku adalah milikmu dan kau adalah milikku itu artinya kau juga adalah milikku dan kau harus mematuhi pemilikmu,” Wonwoo mengangkat kedua alisnya. “Jika kau mengatakan bahwa kita ini adalah sepasang kekasih maka kita harus melakukan semuanya seperti sepasang kekasih–aku akan mendengarkanmu dan kau harus mendengarkanku Mingyu-ssi. Jika kau benar-benar ingin menjadikanku milikmu maka kau harus memperlakukanku seperti seorang kekasih bukan tahanan.”

Mingyu menarik dagu Wonwoo. “Aku tidak memperlakukanmu seperti seorang tahanan–aku hanya menjagamu di wilayah kekuasaanku. Aku tidak ingin seseorang menyentuhmu sedikitpun. Kau adalah milikku dan aku akan menjaganya.”

“Aku bisa menjaga diriku sendiri Mingyu-ssi,” balas Wonwoo sambil memandangi Mingyu yang masih berdiri di atasnya–tangannya mencengkeram pinggiran kasur dengan lebih erat lagi. “Yang harus kau khawatirkan adalah dirimu sendiri Mingyu-ssi.”

Mingyu memilih untuk tidak membalasnya dan beranjak meninggalkan Wonwoo yang tubuhnya seperti mendapatkan tarikan magnet dari kasur–Wonwoo mencengkeram ujung selimut sambil memperhatikan siluet Mingyu dari jendela balkon di depannya. Ketika mata mereka bertemu Wonwoo tidak menemukan sorot-sorot yang biasanya terpancar dari mata Mingyu–mendominasi, berkuasa, tidak bisa di bantah dan mengatur semuanya sesuai keinginannya telah tergantikan dengan sorot meredup yang terlihat seperti tatapan keputusan asaan. Untuk pertama kalinya Wonwoo melihat Mingyu dari sisi lain–ternyata pria itu tidak seburuk yang Wonwoo kira karena sehebat apapun Mingyu memperlakukannya dengan sangat ajaib pria itu masih memiliki sisi baik.

“Katakan padaku apa yang biasanya sepasang kekasih lakukan Wonwoo,” Mingyu berucap detik berikutnya–matanya menatap lurus ke arah manik Wonwoo dan Wonwoo seakan kehilangan kemampuannya untuk bernafas ketika mendengar pertanyaan yang di lontarkan untuknya itu. “Katakan semua yang kau tahu Wonwoo–katakan padaku apa yang di lakukan oleh sepasang kekasih.”

“Hm,” Wonwoo meneguk ludahnya sendiri–menyadari bahwa dirinya belum pernah melakukan sebuah hubungan pacaran dengan siapapun sebelumnya dan bagaimana caranya untuk menjelaskan sesuatu yang bahkan tidak ia ketahui dengan pasti. Wonwoo terbiasa hidup di bawah bayang-bayang kisah cinta romantis antara seorang pangeran dan orang biasa namun kali ini, detik itu juga ia menyadari bahwa ia di hadapkan dengan kisah cinta seorang dominan yang memaksa untuk tidak melanggar peraturan yang di berikan. Wonwoo menyadari bahwa diri dirinya sudah jatuh dalam kisah cinta seorang pria gila yang memulai hubungan mereka dengan menculik Wonwoo dan mengklaim Wonwoo sebagai miliknya pada hari yang sama–Mingyu telah membuka kisah mereka bahkan sebelum Wonwoo menyadari apa itu cinta.

“Mengapa kau diam saja?” Mingyu mengangkat kedua alisnya–raut wajahnya sudah kembali merubah menjadi raut wajah yang Wonwoo kenali. Mingyu si penguasa sudah kembali untuk menuntut penjelasan Wonwoo.

“Begini–mereka biasanya mengetahui apapun tentang pasangannya. Entah itu latar belakang, keluarga ataupun masalah pribadi. Sepasang kekasih biasanya saling terbuka dan tidak berusaha menyembunyikan apapun dari pasangannya meskipun mungkin itu akan menyakitkan sekalipun,” Wonwoo mengatakan apa yang ia ingat dari salah satu buku yang pernah di bacanya–ia tidak pernah berpikir bahwa buku yang semula ia pikir tidak berguna pada akhirnya sangat membantunya. “Mereka tidak pernah berlaku kasar dan selalu berusaha menjaga perasaan pasangannya. Kau tahu bahwa seorang kekasih tidak pernah menuntut pasangannya untuk melakukan hal yang ia inginkan.”

“Apakah hanya itu yang mereka lakukan?” Mingyu berjalan mendekat dan duduk di tepi ranjang. Tangannya yang bebas beralih untuk menyelipkan beberapa helai rambut yang jatuh menutupi kening Wonwoo. “Apakah mereka melakukan hal-hal lain seperti bercinta atau berciuman di tempat umum? Apakah mereka juga berusaha menjaga pasangannya seperti aku berusaha untuk menjagamu?”

Wonwoo mengangguk. “Mereka melakukan semua kegiatan yang mereka sukai. Bercinta dan berciuman hanya sebagai wujud kasih sayang bukan kepuasan batin Mingyu-ssi. Mereka juga berusaha menjaga pasangannya seperti kau berusaha menjagaku tapi bedanya mereka tidak mengurung pasangannya agar tidak ada orang lain yang bisa menyentuhnya. Mereka juga mementingkan kebebasan pasangannya.”

“Apa kau mau begitu Wonwoo-ssi?” Mingyu menarik dagu Wonwoo agar pria itu lebih mendekat kepadanya. “Apa kau juga ingin mendapatkan kebebasan seperti orang-orang itu?”

“Tentu saja aku ingin,” Wonwoo mengangguk. “Kau harus tahu bahwa aku melalui masa-masa yang sulit untuk bisa berkuliah. Aku harus bekerja setahun penuh agar bisa membayar biaya masuk dan harus terus bekerja untuk membayar uang semester dan kebutuhanku sehari-hari. Aku tidak ingin membuat itu semua sia-sia Mingyu-ssi–aku ingin menjalani kehidupanku dengan normal meskipun aku harus berada di bahwa kepemilikanmu untuk jangka waktu yang tidak dapat di pastikan.”

Mingyu mengecup bibir Wonwoo kemudian–sekilas namun mampu membuat wajah Wonwoo memerah. “Jika aku memberikanmu kebebasan apakah kau mau mematuhi beberapa peraturan baru yang aku berikan?”
.
.
.
.
.
To be continued..

[✓] Stockholm Syndrome | MeanieWhere stories live. Discover now