7 | Another Rules

2.1K 255 0
                                    

Hari Wonwoo berjalan dengan cukup baik untuk saat ini.

Mingyu–pria itu mengijinkan Wonwoo untuk kembali berkuliah dan kabar baiknya semua biaya kuliah dan segala tetek begeknya akan Mingyu urus. Wonwoo juga menjadi tahu bahwa Mingyu adalah anak jurusan manajemen yang selama lima tahun Wonwoo resmi menjadi mahasiswa di sana nama itu begitu terkenal seantero kampus hingga orang-orang menganggap nama itu adalah hal umum yang menjadi topik pembicaraan–Kim Mingyu, Wonwoo pernah beberapa kali mendengar nama itu saat melewati kursi para gadis untuk mendapatkan kursi paling belakang di kelas atau saat berada di toilet dan mendengarkan orang-orang itu mengatakan betapa beruntungnya Mingyu.

Wonwoo juga berpikir begitu–setelah melihat apartemen, masion, pelayan dan surat dari pihak kampus yang menyatakan bahwa uang semesternya sudah di bayar lunas bahkan untuk semester depan–Mingyu ini memiliki segalanya. Pria itu lahir dengan banyak keberuntungan yang hanya di berikan kepada orang-orang yang Tuhan percayai untuk menanggung beban besar. Karena harta dan kekayaan bisa menjerumuskan seseorang dalam masalah jika tidak bisa menggunakannya sebaik mungkin dan wajah rupawan biasanya terasa menyiksa ketika orang-orang menaruh atensi lebih–orang-orang dengan wajah tampan biasanya di anggap sempurna tapi tidak ada manusia yang sempurna jadi saat satu kekurangan terkuak orang-orang itu akan terlihat buruk.

Dulu Wonwoo pikir siapapun yang bernama Kim Mingyu tidak akan memiliki hubungan apapun dengannya jadi Wonwoo memutuskan untuk tidak peduli hanya untuk sekedar bertanya siapa itu Kim Mingyu. Namun hari ini ketika ia kembali menjalani aktivitas kuliahnya dengan beragam pertanyaan di benak orang-orang–Wonwoo menyadari bahwa pria bernama Kim Mingyu yang acap kali di bicarakan orang-orang itu sangat berpengaruh terhadap hidupnya. Sekarang seluruh hidupnya berputar pada Mingyu–terlebih ketika menyadari bahwa dirinya merindukan pria itu ketika kelas pertama berlangsung. Suara dari Dosen Park yang menggelar di ruangan itu sama sekali tidak di hiraukan Wonwoo.

Wonwoo pikir itu hanya perasaan sesaat karena ia sudah terbiasa dengan kehadiran Mingyu selama beberapa Minggu belakangan tapi keyakinan itu dengan mudahnya runtuh ketika Wonwoo mendapati bahwa dirinya begitu bahagia ketika menemukan Mingyu berdiri di depan pintu kelasnya. Pria tinggi itu langsung menarik tangan Wonwoo dan membawanya menuju taman kampus yang biasanya hanya di isi oleh anak-anak populer–hari itu hari pertama Wonwoo menginjakkan kaki di atas rumput hijau yang sebelumnya terbilang keramat. Dulu Wonwoo selalu menghindari tempat yang memperlihatkan perbedaan yang cukup besar–taman itu hanya di isi oleh anak-anak dengan prinsip hidup uang datang dari dompet snag ayah.

Tentu beberapa orang memperhatikan keduanya saat mereka memilih duduk di bawah pohon besar yang tumbuh di tengah-tengah hamparan hijau itu dan tentunya bukan hal yang asing bagi Mingyu ketika mendapat perhatian dari orang-orang–selama hidupnya ia sudah sering mendapatkan tatapan orang-orang. Entah itu karena latar belakangnya sebagai pewaris utama K Group atau karena pahatan wajahnya yang menggambarkan berkat dari sang Pencipta. Namun bagi Wonwoo yang lahir dan besar di panti asuhan di tatap seperti itu membuatnya bergerak tidak nyaman–mengundang lebih banyak mata untuk memperhatikan keduanya dengan beragam pertanyaan menghiasi benak mereka.

“Wonwoo sudahkah aku mengatakan peraturan lainnya saat aku menginjinkanmu untuk keluar rumah?” tanya Mingyu sesaat setelah Wonwoo menemukan posisi yang nyaman dalam duduknya.

Wonwoo mengangguk sekilas. “Kau sudah mengatakannya tapi kau belum mengatakan apa peraturan tambahannya. Aku harap itu tidak berarti aku harus memuaskan nafsumu di toilet pria atau di kelas kosong.”

Mingyu sedikit tergelak–ketika pria itu menunjukkan gigi taringnya Wonwoo pikir ia tahu mengapa para gadis begitu mengaguminya dan para pria ingin menjadi sepertinya. Mingyu ini memiliki segalanya yang orang-orang harap bisa mereka miliki–meski menurut Wonwoo orang-orang tidak akan mau menjadi seorang penculik hanya untuk memiliki orang yang ia ingin miliki seperti Mingyu. Tapi hei–memangnya siapa yang mau mempunyai gangguan mental? Wonwoo pribadi tidak mau–rasanya pasti lebih sulit daripada harus membiayai kebutuhan kehidupan sendiri dan bertahan hidup dengan bekerja sebagai kasir paruh waktu. Meskipun kompensasinya di berikan wajah tampan dan kekayaan–Wonwoo tetap tidak akan menerimanya. Ia lebih memilih hidupnya yang sekarang–maksudnya hidupnya sebelum Mingyu datang tentunya.

“Baiklah aku akan mengatakannya padamu sekarang,” Mingyu memberi isyarat agar Wonwoo mendekat kepadanya. “Peraturan yang akan aku sebutan kali ini hukumnya akan lebih berat jika kau melanggar.”

“Apa?” Wonwoo menaikkan alisnya. “Kau akan membunuhku atau menjual organ-organ dalamku?”

Mingyu kembali tergelak. “Itu sangat klise Wonwoo. Perlu kau tahu keluargaku mendapatkan seluruh kekayaan yang mereka miliki saat ini dari kakek moyangku yang mendirikan K Group bukan karena menjual organ dalam orang lain dan soal membunuh–aku tidak akan membunuhmu karena kau harus tetap bersamaku hingga aku sendiri yang memutuskan untuk berpisah.”

“Kau akan membuangku saat kau menemukan seseorang yang lebih baik?” tanya Wonwoo. “Apakah itu yang terjadi pada Mark? Kau membuangnya setelah kau memutuskan untuk mengikat aku dalam hubunganmu yang gila?”

“Wow Wonwoo aku tidak pernah berharap kalimat seperti itu keluar dari mulutmu yang manis itu,” Mingyu menarik sudut bibirnya. “Tapi karena kau sudah membahas Mark–biar aku katakan bahwa pria itu pergi atas keinginannya sendiri. Pria itu mencintai gadis lain dan aku tidak mungkin mempertahankan orang yang tidak mencintaiku bukan?”

“Tapi kau tidak membiarkanku pergi walaupun kau tahu aku tidak mencintaimu.”

“Itu kasus lain.”

“Apa perbedaannya?”

“Mark biseksual,” jawab Mingyu. “Dia datang padaku dan untuk mendapatkan kepuasan semata karena pacarnya yang berambut pirang itu berada cukup jauh darinya–kau tahu bukan dia anak pertukaran? Tapi meskipun begitu aku sudah memberikan hadiah yang pantas karena dia sudah mempermainkanku dan meninggalkanku begitu saja–orang-orangku yang terpercaya sudah berhasil membuatnya menemui penciptanya. Orang-orang itu juga yang berhasil membawakanmu kepadaku dan orang-orang itu juga yang akan memindahkan semua barang-barangmu ke apartemenku.”

“Barang-barangku akan di pindahkan?”

Mingyu mengusap kepala Wonwoo. “Hanya pakaian dan barang-barang kecil lainnya–aku tidak mungkin bukan mengganti furniture-ku atau membuat apartemenku sesak dengan furniture double. Ngomong-ngomong aku sudah membeli apartemen itu karena pemiliknya sempat marah-marah karena kau tidak membayar uang sewa selama dua bulan.”

“Baiklah kalau begitu,” Wonwoo sedikit bernafas lega karena ia tidak benar-benar harus kehilangan tempat tinggal pertama yang di tinggalinya setelah resmi keluar dari panti asuhan. Siapa yang tahu jika saat Wonwoo sudah sukses nanti apartemen kecil itu bisa menjadi monumen peringatan bahwa ia memulai semuanya dari nol. “Lalu bagaimana dengan peraturan barunya?”

“Kau tidak boleh dekat dengan pria manapun dan aku tidak mau melihatmu berbicara dengan pria lain atau mendengarmu membicarakan pria lain–pengecualian untuk aku, Appa dan para pelayan,” Mingyu berucap. “Lalu setiap kali orang-orang menanyakan soal hubungan kita aku harap kau menjawabnya dengan jujur–kita ini sepasang kekasih sekarang.”

“Hanya itu?”

“Yang terakhir aku ingin bercinta denganmu malam ini di apartemenmu,” Mingyu memberikan tatapan nakalnya. “Aku tahu apartemenmu luasnya tidak mencapai seperempat apartemenku jadi aku pikir akan menyenangkan rasanya saat kita memiliki sedikit ruang dan ada peraturan barunya sayang.”

Alis Wonwoo memicing. “Apa itu?”

“Kau tidak boleh menghentikan pergerakanku dan biarkan aku bekerja sendiri hingga aku selesai.”
.
.
.
.
.
To be continued..

[✓] Stockholm Syndrome | MeanieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang