14

2.5K 101 5
                                    

"Yang ngebet si Renata, yang dapet Niel." -Siska

"Ini bukan dari dia deh." -Niel

"Lah?, trus dari siapa Niel?" -Thalita

"Ya nggak tau juga ini dari siapa?" -Niel

"Loh trus siapa coba?, tumben-tumbennya kamu dikasih gituan, kamu punya crush nih?" -Lani

"Mungkin juga, tapi si Niel kan jomblo keakar-akarnya dari kelas 10." -Renata

"Bener, tapi ini yang ngecrush Niel tuh baru berani muncul." -Lani

"Jadi ikut penasaran, siapa yang ngirim ini? Mana bagus banget, mahal ini yakin." -Renata

Ini dari siapa coba?, penasaran banget trus anehnya juga Pak Putra dari tadi belum turun dari atas panggung. Tapi jangan geer dulu please Niel, mungkin dari orang lain.

Aduh ini manusia, lama-lama pecah gendang telinga aku ngedenger teriakan siswi-siswi yang minta dia nyanyi lagi, ini tuh teriaknya udah kek orang ngajak tawuran antar sekolahan.

"Ada yang bawa bucket bunga mawar merah disini?, kalau iya boleh kamu naik ke atas sini?" -Pak Putra

Aku nggak mau geer, tapi keknya yang bawa bucketnya cuma aku disini, siswi-siswi di depan aku pada lirik kanan kiri buat liat yang bawa bucket. Hey ladies disini yang bawa bucket.

"Ternyata dari Pak Putra." -Lani

"Sana maju cepet." -Renata

"Hawa-hawanya bakal ada traktiran ini." -Siska

"Cepet maju, kasian tuh nunggu lama." -Renata

"Kalo kamu nggak mau, aku masih ngarep kok Niel." -Lani

"Katanya udah ikhlas Lan." -Thalita

"Nggak kok bercanda." -Lani

Karena Lani ngangkat tanganku yang megang bucket, otomatis Pak Putra akhirnya ngeliat aku. Tapi sumpah aku binggung banget jalannya lewat mana?, di depan aku ini gede-gede semua. 

Sebenernya umur kita semua sama kan?, tapi kenapa badan kalian lebih gede dari aku. Padahal aku juga makan, kaga ada yang namanya ngurangin porsi makan.

"Kalian bisa tolong kasih jalan ke dia sebentar?" ucap Pak Putra sambil nunjuk ke arah aku

Semua siswi auto ngeliat ke arah aku dengan tatapan kek mau makan orang, merinding aku yang ngeliatnya. Serem banget please, mau kabur aja rasanya dari sini.

"Terima kasih, berhubung kamu sudah ada di sini." -Pak Putra

Apa sih Pak?, spillnya ngegantung gitu?, kenapa si sebenarnya?, seharusnya tuh nyanyi ya nyanyi aja. Ini kok gini amat ya?, mana aku diajak kesini.

"'Cause I'm in a field of dandelions
Wishing on every one that you'll be mine, mine
And I see forever in your eyes
I feel okay when I see you smile, smile
Wishing on dandelions all of the time
Praying to God that one day you'll be mine
Wishing on dandelions all of the time, all of the time"

Sekarang dia nyanyinya jadi sambil ngeliat aku, duh aku rada ngeri dari tadi diliatin siswi-siswi di bawah sana. Mana Pak Putra nganggep semuanya nggak ada gini.

"Dandelion, into the wind you go
Won't you let my darling know?
Dandelion, into the wind you go
Won't you let my darling know that?"

Lama-lama tangannya lancar banget, tau-tau udah ngegandeng tangan aku. Please Pak ini diatas panggung bukan mau nyebrang, tbl tbl tbl, takut banget loh.

"I'm in a field of dandelions
Wishing on every one that you'll be mine, mine
And I see forever in your eyes
I feel okay when I see you smile, smile"

"Wishing on dandelions all of the time
Praying to God that one day you'll be mine
Wishing on dandelions all of the time, all of the time"

"I'm in a field of dandelions
Wishing on every one that you'll be mine, mine"

Sorot mata Pak Putra berubah banget setelah lirik terakhir yang dia nyanyikan, kenapa ya?, atau ada hal penting banget yang bakal diomongin gitu?, apasih binggung banget.

"Saya tidak tau bagaimana memulainya, tapi saya tertarik padamu saat pertama kali kita bertabrakan di lobi, dan dari waktu yang sudah kita lewati hingga hari ini saya berfikir kamu berbeda."

"So Niel, will you be my girlfriend?" -Pak Putra

Hah gimana?, dia nembak aku di depan satu sekolahan. Astaga mau di taruh mana lagi nih muka?, trus kamu jantung please bisa selow nggak sih?, detaknya juga nggak wajar. Mau menyublim aja nggak sih kalo kek gini?

"Kamu pasti malu ya didepan satu sekolah gini, tapi kalo kamu terima pegang bucketnya di tangan kanan kamj, kalo tidak lempar saja bucketnya ke penonton." -Pak Putra

Aduh gimana?, aku nggak tau, di satu sisi aku nyaman juga sama Pak Putra tapi selama ini cuma aku mikirnya nggak ke arah yang romantis gitu. Aku nggak mau kecewa juga nanti kedepannya.

Akhirnya setelah beberapa detik aku gerakin tanganku, trus megang bucketnya jadi ditangan kanan. Gini ya kalo otak, badan sama hati nggak sefrekuensi.

Ngliat reaksi aku, Pak Putra langsung senyum manis banget, belum pernah aku liat senyumnya gitu banget, kalo bisa diukur kadar kemanisannya mungkin udah overdosis aku.

"Makasih." ucap dia sambil meluk aku dari samping, maklum kehalang gitar bestie

Satu sekolah langsung histeris dong, tapi lebih parah dari yang awal tadi, ini mah mungkin udah ngalahin orang hajatan pake sound sistem. Gimana mereka nggak gitu? Pangeran sekolah mereka udah sold out.

"Aaaaaa!"

"Yahh pangerannya udah berpawang."

"Beruntung banget sihh embaknya?"

"Romantis banget."

"Aku juga mau."

"Kapan aku digituin."

"Kenapa bukan aku sih pak?" -Rara

"Traktirannya satu sekolahan ini?"

"Aku tunggu putusmu Pak."

Itu beberapa teriakan asal dari mereka yang bisa aku denger, aku seberuntung itu ya bisa sama ini manusia?, padahal aku aja udah sampe bosen tiap hari ketemu Pak Putra.

Mulai sekarang pasti tambah sering ketemu lagi, dari pagi ketemu pagi lagi. Gimana caranya aku ngadepin anak-anak ya kalo gini, habis dah aku.

Ampe sini dulu ceritanya moga kalian suka >_<

ME & MY TEACHERWhere stories live. Discover now