3

280 60 26
                                    

Makan malam berlangsung dengan baik, ibu sendiri yang menyiapkan semua makanan di meja makan itu.

Pandangan ibu terarah ke Yuna dan Wonjin. "Yuna, Wonjin. Hari ini giliran kalian yang cuci piring, inget kan?"

"Inget kok bu." Yuna mengangguk-angguk, sembari mencomot ayam goreng dari piring.

"Oiya ibu lupa bilang ke kalian. Karena jumlah kalian udah pas 8, jadi ibu tidak akan mengadopsi anak baru lagi. Yang artinya, Darin adalah anak terakhir yang ibu adopsi." Ujar ibu.

Semuanya mengangguk paham, mengiyakan perkataan ibu. Oh tentu saja, kecuali pemuda bernama Minhee itu.

Sedari tadi, pemuda itu bahkan tidak mengucapkan sepatah kata pun. Entah apa yang sedang dipikirkannya.

Tapi— tunggu dulu, sepertinya Darin menangkap jelas perubahan Minhee setelah ibu mengucapkan kata "anak terakhir". Ekspresinya seperti— kaget? Apa sepertinya pemuda itu mengetahui sesuatu?

Lagi pula memangnya apa yang salah dari perkataan ibu, tadi?

Seusai makan malam dan membereskan meja makan, satu-persatu mulai meninggalkan meja makan, tidak terkecuali Yuna dan Wonjin yang mendapatkan tugas mencuci piring malam ini.

Darin yang baru saja keluar dari kamar mandi, berniat untuk segera naik ke lantai dua dan masuk ke kamarnya.

Namun langkahnya terhenti begitu mendengar suara percakapan dari arah dapur.

Siapa?

Darin memutuskan untuk bersembunyi disamping kulkas yang setengahnya tertutupi tembok. Memicingkan mata, melihat siapa disana.

Ah— ternyata ibu dan Minhee.

"—anak terakhir?" Suara Minhee sukses membuat Darin bergidik ngeri mendengarnya. Entah hanya perasaan Darin saja, atau suara Minhee memang benar-benar seperti menyimpan amarah di dalamnya?

"Hahaha," Terdengar suara kekehan membalas pertanyaan Minhee. "Iya. Sama kaya kamu, anak terakhir dari generasi pertama. Bedanya, Darin anak terakhir dari generasi kedua. Lengkap deh anak ibu, putra dan putri."

Yaampun. Rasanya Darin mau jadi tukang keong dadakan aja, ngeluarin semua kata "hah" dari mulutnya.

Apa maksudnya anak terakhir dari generasi pertama dan generasi kedua? Plis deh, otak Darin ga setinggi itu buat nyampe maksud perkataan ibu.

Brak!

Minhee terlihat menggebrak meja makan dengan kesal, lalu beralih meninggalkan ibu tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Yaampun, tunggu! Darin masih ga ngerti maksud percakapan tadi!

Belum genap Darin memikirkan semua pertanyaannya, tiba-tiba saja gadis itu bergidik ngeri begitu menyadari ibu tersenyum ke arahnya. Seperti mengetahui bahwa Darin sengaja bersembunyi disana.

Ibu segera berbalik, lalu berjalan kearah lain.

Apa Darin baru saja terciduk Menguping pembicaraan orang lain?!
















Setelah hampir seminggu meliburkan diri pasca kejadian itu, Darin akhirnya hari ini kembali bersekolah.

"Loh, lo anak Sma Jima juga? Samaan dong kaya Minhee." Kata Wonjin begitu melihat seragam sekolah Darin.

"Hah? Masa sih Minhee anak Sma Jima. Perasaan gue ga pernah tuh liat dia disekolah." Darin menggaruk kepalanya pelan. "Kalian sekolah dimana?"

"Sma Nayana." Jawab Hyungjun.

"Satu sekolah semua?"

"Sebenernya engga. Cuma ibu sengaja pindahin kita kesitu, katanya biar deket dari panti. Tapi kalo Seonho emang aslinya sekolah disitu." Jelas Yujin.

"Ooh."

Ibu keluar dari kamar, dan berjalan menghampiri mereka.

"Karena Darin satu sekolah sama Minhee, jadi berangkat sekolahnya bareng ya." Ibu menoleh kearah Minhee. "Adeknya dijagain ya, Minhee."

Minhee hanya mendengus sebal dan memutuskan segera pergi, tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"Dih, aneh banget." Sarkas Dongpyo.

"Shh. Dongpyo mulutnya ga boleh gitu!" Kata Yuna.

















Kriinggg!

Begitu bel istirahat berbunyi, Darin bersama Nayoung dan Doah langsung berlari cepat kearah kantin.

Setelah mengambil makanan, ketiga memutuskan untuk duduk disalah satu meja kecil yang hanya bisa menampung 4 orang. Salah satu kursinya dibiarkan kosong begitu saja.

"Jadi sekarang lo tinggal dipanti asuhan?" Tanya Nayoung sambil mengunyah makanan.

Darin mengangguk, "Iya. Pantinya bagus, ibu pantinya juga baik. Anak-anak disana pada seumuran semua sama kita."

"Bagus deh kalo lo nyaman disana. Kita takut kalo lo bakal ngerasa gimana gitu, tapi syukur ternyata enggak." Kata Doah.

Disela acara makannya, manik mata Darin tidak sengaja menangkap sosok Minhee di depan seberang kirinya.

Minhee yang disana— tidak seperti Minhee yang selalu Darin lihat dipanti.

Jika Minhee biasanya hanya diam sambil mendengus sebal, Minhee yang disana justru kebalikannya.

Yang Darin lihat sekarang, Minhee tengah tersenyum sumringah sambil beberapa kali tertawa mengikik bersama teman-temannya.

Sebenarnya Minhee ini kenapa sih?!

Red summer | Kang minheeWhere stories live. Discover now