12

35 13 2
                                    

Seminggu berselang, banyak yang berubah dipanti ini. Keadaan tidak lagi seramai biasanya. Seonho juga masih belum ditemukan. Bahkan seminggu semenjak kejadian itu, Darin masih tetap mengabaikan Minhee. Setiap kali Minhee coba ajak bicara, gadis itu justru beralih masuk ke kamarnya.

Sebenarnya Darin bukan kesal hanya karena perihal sikunya yang terluka akibat Minhee. Tapi yang gadis itu kesali adalah tingkah kekanakan Minhee. Bisa tidak sih, sekali saja Minhee mengontrol emosinya?

Darin tau, apa yang Minhee katakan itu benar. Mereka mungkin memang bersekongkol dengan ibu. Kalau tidak, bagaimana mungkin Minhee bisa mengamuk sampai seperti itu. Ah—timbul sedikit penyesalan karena ia sempat memaki Minhee tempo hari. Tapi ya mau bagaimana lagi?

Lalu, apa yang akan Darin lakukan setelah ini?

Rasanya, begitu menyedihkan saat mengetahui mereka semua terperangkap, dan tidak ada jalan keluar dari ritual panti ini. Harusnya dari awal Darin sadar, bahwa memang ada yang salah dengan semua ini. Secara, memangnya pada zaman sekarang masih ada orang yang tulus menolong ---bahkan menghidupi beberapa orang asing--- yang sama sekali tak dikenalinya, tanpa imbalan?

Tapi sudah terlalu lambat untuk menyesali itu semua. Terlebih lagi, mereka tidak dapat memberitahu yang lain tentang hal ini.

*********

Sore hari, setelah mempertimbangkan semuanya, Darin akhirnya memutuskan memberitahu Yujin tentang semua ini. Terserah nantinya Yujin mau mempercayainya atau tidak. Mengingat reaksi Yuna tadi pagi, yang membantah semua perkataan Darin.

"Yujin, ada sesuatu yang harus gue omongin ke lo."Ucap darin.

"Apaan, rin?" Tanya Yujin.

Darin lalu mengedarkan pandangannya, kemudian mengunci pintu kamar mereka. Memastikan apakah hanya mereka berdua di kamar itu. Setelah merasa aman, terdengar jelas hembusan napas resah Darin. "Sesuatu yang harus lo ketahui tentang panti ini." Ucap Darin pelan.

Cukup lama untuk Darin menjelaskan semuanya, karena gadis itu beberapa kali berhenti, untuk memikirkan kalimat selanjutnya. "Biar lo lebih percaya lagi, lo bisa baca buku ini." Gadis itu kemudian menyodorkan sebuah buku bersampul hitam, yang tempo hari ia temukan di gudang (yang juga pernah dibahasnya bersama Minhee).

Kali ini, giliran Yujin yang terdiam cukup lama, mencoba mencerna dan memahami apa yang sebenarnya terjadi dipanti ini. Sungguh, rasanya seperti kepala Yujin akan pecah sebentar lagi, karena semua hal ini terlalu memusingkan baginya.

Yujin kembali menghela napas, "Oke, gue percaya sama omongan lo. Ternyata selama ini dugaan gue bener, ada yang ga beres sama panti ini. Terlebih lagi ayah sama ibu. Sikap mereka berdua terlalu mencurigakan."

"Siapa aja yang udah tau tentang hal ini?" Tanya Yujin.

"Gue, Minhee, sama lo." Jawab Darin. "Sebenernya gue juga udah ngasih tau ke Yuna, tapi dia tetep ga percaya. Dan ya, gue gatau harus apa lagi."

"Berarti bener apa yang dibilang Minhee, kalo orangtua angkatnya Seonho itu sekongkol sama ibu?" Tanya Yujin sekali lagi. Dan Darin hanya mengangguk, sebagai tanda jawaban.

Yujin beranjak dari duduknya, memilih untuk merebahkan dirinya ke kasur, merentang kedua tangannya, kemudian menatap ke langit-langit kamar mereka. Cukup lama, sebelum akhirnya gadis itu berkata, "Kasian banget ya nasib kita. Udah ga punya orangtua, ga punya siapa-siapa lagi, eh sekarang malah kaya gini." Yujin menjeda ucapannya sebentar, "Baru aja rasanya kemarin kita dapat harapan, kalo hidup kita bakalan kembali indah, eh tau-taunya kita semua mau dijadiin tumbal."

Darin kembali mengangguk, membenarkan ucapan Yujin. Semua ini, rasanya terlalu berat untuk mereka yang masih terbilang remaja tanggung.

"Rencananya, nanti malam gue mau kabur. Mungkin aja masih ada harapan yang tersisa. Lo mau ikut?" Darin melambatkan nada bicaranya diujung kalimat.

Mendengar penuturan Darin, Yujin secepat kilat memutar kepalanya, menatap wajah gadis itu. "Lo serius?!"

Darin ikut menatap Yujin, tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.

"Kita cuma berdua aja? Kok lo ga ngajak Minhee?" Tanya Yujin sekali lagi.

"Males, Minhee anaknya temperamental." Kini Darin kembali mengangguk sambil memalingkan wajahnya kearah langit-langit kamar mereka, seperti yang Yujin lakukan tadi. "Jadi, lo ikut ga nih?" Tanya Darin, yang tentu saja mendapat anggukan cepat dari Yujin.

"Berarti, kita harus siapin semuanya dari sekarang."

Red summer | Kang minheeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang