7

155 42 13
                                    

Hyungjun jatuh sakit. Setiap hari, kondisinya semakin memburuk. Entah apa penyebabnya. Tapi sungguh, sangat menyedihkan setiap kali melihat pemuda itu merintih menahan rasa sakit.

Karena letak panti asuhan yang berada diujung kota, menyebabkan mereka harus menempuh jarak yang jauh untuk dapat sampai ke rumah sakit.

Sebenarnya ada klinik kesehatan disini, tapi kondisi Hyungjun juga sedikit rewel. Pemuda itu kekeuh tidak mau dibawa ke klinik ataupun rumah sakit, karena pikiran paranoidnya "pasti nanti disuntik."

Hyungjun kan takut jarum suntik.

Serba salah. Mau menunggu ayah pulang dari luar kota, juga pasti membutuhkan waktu yang lama.

Akhirnya, Minhee dan Darin mendapat tugas untuk membeli obat ke klinik kesehatan.

Hanya bermodalkan sepeda lipat milik ibu, Minhee terpaksa harus membonceng Darin. Gadis itu bahkan tidak berhenti bersenandung tidak jelas daritadi.

Suaranya benar-benar melengking.

"Min, kok Hyungjun tiba-tiba bisa sakit gitu ya? Perasaan, kemarin masih sehat-sehat aja anaknya." Tanyanya tiba-tiba.

Masih dengan ekspresi tenangnya, Minhee menoleh kebelakang. "Mau gue kasih tau sesuatu ga?"

"Apaan? Apaan??" Tanya Darin antusias.

"Menurut lo siapa diantara kita semua, yang paling banyak minum pil vitamin dari ayah?" Tanya Minhee balik.

Dapat Minhee rasakan, tangan Darin yang awalnya berpegangan pada kedua ujung bajunya, salah satunya mulai terlepas. Pasti gadis itu sedang meletakkan salah satu jarinya di dagu.

Minhee terkekeh pelan. Ciri khas Darin kalau sedang berpikir.

"Emm.. Hyungjun?"

"Sama persis kaya kejadian Yunseong, dulu." Gumam Minhee pelan.


Namun Darin masih dapat mendengarnya.

Tidak butuh waktu lama, pegangan Darin diujung baju Minhee terlepas sempurna. Gadis itu menepuk tangannya heboh. Seperti baru mendapat jawaban.

"OOOHH! GUE NGERTI! Jadi Hyungjun sakit, karena dia minum banyak pil vitamin itu?" Tanya Darin.

Minhee mengangguk memberi jawaban.

"Tapi bukannya kata ayah, itu vitamin buat tubuh kita lebih sehat?"

"Gue juga sebenernya ga ngerti apa fungsi vitamin itu. Tapi yang pasti, temen gue Yunseong, ngalemin hal yang sama kaya Hyungjun karena dia yang paling banyak minum vitamin itu." Jelas Minhee. "Makanya gue ngelarang lo buat konsumsi apapun yang ayah kasih."

Darin bergidik ngeri. "Jadi, sebenernya apa tujuan ayah ngasih kita pil vitamin itu?"























Hanya dalam waktu 24 jam, kondisi Hyungjun terus memburuk. Seolah obat yang diberikan itu tidak berfungsi sama sekali.

Bahkan tidak terhitung, sudah berapa kali Hyungjun jatuh pingsan.

Begitu juga dengan Wonjin. Pemuda itu tidak berhenti menangis daritadi. Hampir sama buruknya dengan Hyungjun.

Meski berkali-kali dibujuk untuk pergi kerumah sakit, Hyungjun tetap saja menolak.

"Jun, plis deh. Kondisi lo udah makin parah. Kenapa gamau sih dibawa kerumah sakit?" Kesal Dongpyo.

Hyungjun hanya menggeleng lemah, sekali lagi menolak. "Takut.."

"Trus lo mau nunggu ayah sampai lusa gitu? Ya kalo ayah bisa sampai disini besok lusa. Kalo engga gimana?" Dongpyo berkacak pinggang, "lo mau mati karena kelamaan ditangani?"

"Dongpyo!" Wonjin akhirnya bersuara, memandang kesal kearah Dongpyo.

Merasa bersalah, Dongpyo hanya bisa menunduk. Kelepasan bicara.



Dan lagi-lagi, out of the box. Minhee tiba-tiba saja mengangkat tubuh Hyungjun kepunggungnya.

Hyungjun menggeliat, tersentak kaget.

"Bener kata Dongpyo. Lo harus diobati sekarang juga. Atau ga sama sekali." Ucap Minhee tegas.

Minhee menoleh kebelakang. "Ayo. Kita harus bawa Hyungjun ke rumah sakit sekarang juga."

Yang lainnya mengangguk. Membantu Minhee membopong Hyungjun.













Namun entah bagaimana, seolah keadaan tidak mendukung. Tiba-tiba saja listrik padam.

Keadaan menjadi gelap gulita.

Sontak terdengar teriakan tertahan.

"EHH WOYY, PLISS JANGAN TINGGALIN GUE. GUE TAKUT." Teriak Dongpyo.

Yujin dapat merasakan tangan kanannya dipeluk erat oleh sesuatu. Pasti Dongpyo. "Apaan sih lo. Masih pada disini semua juga." lalu gadis itu menepis tangan Dongpyo. "Gausah pegang-pegang deh! Penakut banget sih."

"Dasar penakut. Huuu," Cibir Darin.

"Iihh, wajar tau! Ga keliatan apa-apa." Kesal Dongpyo.

"Udah-udah. Kenapa jadi pada ribut sih." Lerai Seonho.

Sementara temannya meributkan sesuatu. Minhee malah merasa ada yang aneh.

Dipegangnya pergelangan tangan kiri Hyungjun. Merasakan denyut nadinya.

Deg.













"Loh, kenapa denyut nadinya Hyungjun kaya berhenti—"












Tep.

Aliran listrik tiba-tiba hidup kembali.

Red summer | Kang minheeWhere stories live. Discover now