5

257 45 20
                                    

Semenjak kejadian itu Minhee mulai sedikit terbuka terhadap Darin. Ya setidaknya Minhee sudah mau menjawab beberapa pertanyaan Darin, meskipun lebih banyak dikacanginnya sih daripada dijawab.

"Minhee kemana? Kok tumben gaada? " Tanya Darin.

"Ngilang kali." Dongpyo menggidikkan bahu, "kok lo nyariin?"

Darin menggeleng, "Gapapa, cuma ya tumben aja tu anak gaada disini."

"ooh yaudah, duduk sini rin!" Yuna menepuk tempat kosong disampingnya.

"Eh eh, menurut kalian Minhee itu aneh banget ga sih? Kok perasaan, gue ga pernah ya ngeliat dia keruang ibadah? Kayanya baru kemaren doang anjir dia keruang ibadah, itu juga karena teriakannya Darin." Dongpyo memulai obrolan. "apa jangan-jangan, Minhee selama ini ga ibadah?"

"Hush dongpyo, mulutnya gaboleh gitu!" Tegur Wonjin.

Dongpyo cuma gatau, alasan Minhee gamau keruang ibadah pasti karena posisi salib yang kebalik itu.


"Mungkin Minhee lebih milih buat ibadah dikamarnya? Pasti ada alasannya. Lagian, dia gaharus ibadah didepan mata lo juga kan?" Ujar Darin.

Skakmat. Akhirnya Dongpyo cuma bisa cengengesan, "Hehe. Yakan ini baru dugaan doang."

"Huuu, lagian lo sih pyo. Semuanya digosipin." Cibir Hyungjun.

"Btw, hari ini ayah datangkan?" Tanya Seonho.

"Ayah?" Bukannya menjawab, Darin malah balik bertanya.

Yujin mengangguk, "Suaminya ibu. Ayah tinggal diluar kota. Ibu bilang ayah punya rumah sakit dikota, makanya ayah cuma bisa pulang seminggu sekali."

"Iya, sekalian ngasih vitamin mingguan untuk kita." Tambah Yuna.

Vitamin mingguan?





















Jam 6 sore, Darin keluar dari kamar berniat mengambil cemilan didapur. Namun terurung begitu melihat anak-anak panti berdiri, seperti mengerumun di pintu depan.

Oh juga ada Minhee di paling belakang, pemuda itu hanya diam memandang acuh kearah pintu.

"Pada ngapain?" Darin berdiri disebelah Minhee, mendongak menatapnya.

Minhee menggidikkan bahu, hanya menunjuk menggunakan dagu.

Sekali lagi Darin mendongak, bahkan berjinjit untuk melihat apa yang sedang terjadi.

Ternyata hanya seorang pria yang tampak asing dikata Darin. Pria itu tersenyum hangat, sembari berbincang dengan anak-anak panti. Bahkan, juga ada ibu yang berdiri disampingnya.

Untuk sesaat, tatapan mata Darin bertemu dengan pria itu. Pria itu tersenyum, lalu berjalan kearahnya.

"Oh, ini yang namanya Darin ya? Anak terakhirkan bu?" Tanyanya kearah ibu. Ibu kemudian mengangguk memberi jawaban.

Tatapannya kembali kearah Darin, mengelus pelan puncak kepala gadis itu, "Ayah udah diceritain ibu kok tentang kamu. Ternyata kamu emang cantik ya?"

Jadi, pria ini yang dipanggil ayah?



















Malam hari, begitu ayah memberi satu pil vitamin, Darin pergi kedapur mengambil segelas air, untuk segera meminum vitaminnya.

Pats!

Gerak tangannya terhenti. Gadis itu mengernyit heran mendapati Minhee merampas pil vitaminnya.

"Loh?! Siniin obatnya!"

Bukannya menjawab, Minhee malah membuang asal pil vitamin itu.

"Lo gila ya?!" Pekik Darin.

"Jangan pernah konsumsi obat atau apapun yang dikasih ayah." Ucap Minhee tiba-tiba.

Sekali lagi Darin mengernyit, "emangnya kenapa?"

"Nurut aja bisa ga sih?!" Sarkas Minhee.

"Kok lo nyolot sih?!"

"Lo yang nyolot!"

Baik, kayanya emang harus Darin yang ngalah. "Oke, gue bakal nurut. Tapi bisa jelasin kenapa lo ngelarang gue?"

"Gausah bawel. Kalo lo masih pingin hidup, ikutin apa kata gue!"

"Hah—"

"—Ternyata Minhee masih suka buang-buang obat ya?" Tanya ayah yang dalam sekejap sudah berada tepat dibelakang Minhee.

Loh?! Kenapa ayah tiba-tiba bisa ada disini?!

Tatapan matanya lalu beralih kearah Darin, "Darin jangan ikutan nakal ya? Anak nakal selalu dihukum loh." Ucapnya sembari tersenyum penuh arti.



Ayah

Ayah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Red summer | Kang minheeWhere stories live. Discover now