Chapter 4

1.2K 174 4
                                    

Tay baru ingat, ia tahu nama New hanya saja New tidak tahu nama Tay.

"Namaku Tay Tawan Vihokratana, umurku—"

"28 tahun, pria lajang. Dan tidak tertarik pada pria ataupun wanita sejauh ini." potong New.

"Kenapa kau bisa tahu? Apa kau seorang peramal? Atau penyihir? Apa air yang aku minum berbahaya? Terdapat ramuan kotor didalamnya?" tanya Tay tak percaya.

New menoyor kepala Tay pelan.

"Aku bisa mengetahui hal ini ketika tubuh kita bersentuhan. Aku bisa tahu nama, umur, dan status orang yang aku sentuh." jelas New.

Tay mengernyit, "Lalu kenapa kau bertanya hah?" tanya Tay.

"Karna aku ingin membuatmu kembali terkejut." ujar New seraya tertawa melihat ekspresi Tay yang berubah menjadi masam.

"Kau ingin aku jatuhkan?" ancam Tay kesal.

"Kau ingin tersesat dihutan ini?" ancam balik oleh New.

Tay lagi–lagi mendengus kesal.

"Kenapa kau bisa ada disini?" tanya New.

"Bukankah kau bisa tahu jawabannya?" jawab Tay bertanya balik.

"Aku hanya bisa mengetahui nama, umur dan status orang tersebut. Maksudku apa orang tersebut sudah menikah atau belum dan siapa yang ada dihatinya." ujar New, menjelaskan salah satu kemampuanmu.

"Kau bisa mengetahui umur seseorang?" tanya Tay penasaran.

"Bisa, bahkam makhluk hidup manapun." jawab New bangga.

"Bagaimana denganku? Sampai kapan aku akan hidup?" tanya Tay.

"Berikan tanganmu! Aku akan melihat melalui pergelangan tanganmu." titah New.

Tay memberikan pergelangan tangannya, namun New tidak mampu melihat apapun di pergelangan tangan Tay.

"Aku harus melihat dadamu, tidak ada apa–apa di tanganmu." jawab New.

"Kenapa harus dadaku?" tanya Tay.

"Tay, aku hanya bisa melihat masa hidup seseorang dari pergelangan tangan dan dada orang tersebut. Selain di dua bagian tubuh itu, aku tidak mampu melihatnya dimanapun." jawab New.

Tay mengangguk mengerti, "Oh ya, apa tempat pemukiman warga itu masih jauh?" tanya Tay.

"Kita hanya perlu berjalan kedepan lalu melewati jurang dan sampai." jawab New bersemangat.

"Hah? Jurang? Apa tidak ada jalan lain?" tanya Tay kembali terkejut.

New kembali tertawa renyah dengan sangat puas, "Kau tertipu lagi Tay Tawan Vihokratana." ujar New.

Bukan perasaan kesal yang didapat Tay ketika mendengan New tertawa dengan renyah saat ini, namun perasaan hangat yang mengalir begitu saja dalam dirinya. Ini kali pertama Tay merasakan hal seperti ini lagi, setelah kepergian orang tuanya.

"Umm, apa kau baik baik saja? Aku rasa hatimu sedang sedih?" Tanya New.

"Ha-hah? T-t-tidak, hanya pemikiranmu saja." jawab Tay gagap.

"Aku merasakannya. Ini perasaan sedih dan senang karna menemukan sesuatu yang dulu pernah kau rasakan hadir kembali dalam hidupmu. Perasaan hangat, yang diselimuti kesedihan." ujar New menjelaskan apa yang ia rasakan.

"Apa kau bisa mengetahui perasaan seseorang juga?" tanya Tay.

"Tidak, aku baru merasakannya hari ini." ujar New.

"Aku meminta maaf, karna perkataanku." lanjut New pelan.

Tay termenung, "Kenapa kau meminta maaf? Itu bukan salahmu." ujar Tay.

Northern SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang