2. Pergi

15.3K 1K 44
                                    


Sekarang aku di kantin, meja paling pojok. Aku dan Rayna duduk dengan nafas terengah engah.

"Lu kenapa sih, Ell? Aneh banget"
"Jadi tadi itu..." aku menceritakan semua yang terjadi saat dia ngga ada di sana. "Ngeri deh.. Tapi CoGan hehehhe"

"kriingg"

Bel istirahat pertama berbunyi. Aku punya waktu 30 menit untuk membahas ini dengan yang lainnya. 5 menit kemudian Celline dan Fanny datang dan duduk sambil mendengarkan ceritaku.

"Yah.. Aneh sih.. Tapi kamu akan terbebas dari hal itu lusa kan.. Sayang aku pergi lebih cepat dari kalian" Fanny menunduk lesu.

"Wait wait, jadi kalian bakal pindah sekolah nih? Serius?" tanya Rayna tak percaya dan kami hanya mengangguk menanggapi. "Oo oke"

"Kok kalian pada sedih gitu?"
Mulut Rayna asal ceplos aja nih..

"Kita ga mau pisah Ray, kan lo enak ga ada temen.. Mau pindah ngga ada yang kangen sama ngangenin" ampun dah.. Celline terlalu jujur sekarang.

"Hem.. Iya juga.. Aku ngga ada temen di sini dan di sekolah-sekolah lain yang pernah ku datangi. Mereka menganggap aku aneh, tapi mereka sendiri tak tahu berhadapan dengan siapa, bila mereka tau, tak akan kubiarkan mereka menghirup udara segar, merasakan segarnya air dan lain-lain. Akan ku buat mereka sengasara sampai memohon ampun pada ku, lalu aku akan Menggangtung jantung, ginjal, mata dan-"

"Udah udah.. Ngeri sumpah.. Kamu pesikopat?" Fanny bertanya "bukan, tapi kakakku" "jujur banget" "ngga guna di tutupi lagi, semua udah tau, Cayna Carrai, pesikopat yang kejam dan melarikan diri dari penjara berteknologi mutakhir sekarang ini.. Dan entah dia ada di mana" Meski samar, kami bisa tau ada siluet kesedihan di wajahnya.

"Aku sayang kakakku, saat SD, aku sering di bully karena penampilan ku yang waktu itu belum senorak ini. Kakakku melindungiku dan menghiburku, selalu. Sampai suatu hari, apa yang kakak punya di rebut oleh sepupu kami. Kasih sayang orang tua, harta, bahkan kami seperti bukan anak mereka lagi, kakak sejak itu menjadi tertutup Dia mengurung diri di kamarnya, tak mau makan bila aku bukan aku yang menemaninya"

"Saat malam itu, aku ingat, kakak di jebak, aku baru kembali dari dapur dan melihat kalau sepupu kami yang membuat ulah dan menuduh nya pada kakakku. Ayah dan ibu mudah percaya, kakak lalu di tangkap polisi dan sejak itu dia jadi seperti ini. Aku ingat kata kakak sebelum dia di bawa masuk ke mobil polisi itu. "bertahanlah, kita memiliki posisi lebih tinggi dari mereka, makhluk rendah ini tidak akan menyakiti kita lagi, terutama dirimu, saat waktu yang tepat, kita akan bertemu, aku akan melatihmu menjadi kuat dan semakin kuat, di sana, di tempat nan jauh itu, adalah rumah kita"

"aku tidak tahu apa yang dia bicarakan waktu itu. Beberapa waktu lalu, dia menghilang dan di duga melarikan diri, keluargaku tidak peduli, mereka bahkan ingin mencoret nama kakak dari kartu keluarga kami, dan mengadopsi sepupu kami itu. Orang tuanya tak bisa berkutik karena mama dan papa bisa mendapatkan apa yang mereka mau dengan uang"

"Aku mendapat surat dari merpati pos. Cara mengirim surat yang kuno. Di surat itu tertuli, 'keluarlah dari sekolahmu, kemasi barang yang kamu perlukan, tunggulah aku menjemputmu. Kita akan pergi sesuai janjiku'. Aku menuruti.. Karena entah dorongan dari mana, aku benar benar muak dan ingin pergi dari sana"

Meja kami kembali lenggang.

"Ah, sudahlah.. Aku pergi dulu.. Jangan di pikirkan soal kepergian dan perpisahan kalian, aku yakin, kalian akan bertemu lagi, secepatnya" Rayna berdiri dan memakai tasnya lalu menatap kami "dari mana kamu yakin soal itu?" "Karena filling seorang elf tidak pernah salah" Rayna berjalan meninggalkan kami, dari rambutnya yang panjang itu, aku dapat melihat sekilas telinga runcingnya.

Biar ku beri tahu, mereka hanya mitos bukan? Mitos.. Kenapa Rayna.. Tidak mungkin!!
*
*
*
*
*
*
*

"Mana Rayna?" tanyaku pada teman sekelas yang berada di sampingku.
"Rayna hari ini hanya mengikuti pelajaran pertama, dia keluar dari sekolah".

"Bagaimana kalo kita anggap ini tidak terjadi, dan menjalani hari seperti biasa?" Fanny bebisik saat kamu sampai di bangku. "Mudah mengatakannya dan akan sulit melakukannya" balas Celline.
Ayo lah, kalian tahu? Rayna seorang Elf!! Tidak bisa di percaya!! Benar benar mustahil!! Mereka tidak ada!! Hanya mitos!!

Skip day*

Hari ini aku ada di kamarku. Mengemasi semua yang aku perlukan. Kata ayah, aku hanya perlu membawa. Beberapa baju saja. Aku menurut. Aku memasukkan 6 set baju, dan lainnya. Karena koper ini besar dan masih muat menampung beberapa benda, aku memutuskan membawa Teddy Bear putih ku. Itu hadiah nenek!! Jangan anggap aku masih anak-anak, hanya saja aku tidak bisa melepaskan diri dari benda itu.

"Ceklek" pintu kamar ku dibuka. Ibu ku memelukku dengan erat, lalu nenek dan kakak. Ada apa nih? Bukankah mereka akan ikut?? Kenapa firasatku aneh..

"Sampai jumpa, Ella Emerson" ucap ibuku. Belum sempat aku menjawab, pandanganku memutih seketika, aku kaget dan menutup mataku rapat-rapat.

Lima menit kemudian, aku merasa semuanya mulai membaik. Tapi mungkin juga tidak. Aku merasakan rumpus yang sedikit basah. Mungkin tadi gerimis. Aku membuak mata. Di sekelilingku ada anak anak seusia ku atau lebih tua dari ku yang juga menatap kesekeliling mereka dengan bingun.

"Ella.." Aku menoleh, itu Celline dan Fanny. Mereka di sebelahku. Kenapa aku tidak sadar sih.

"Hallo semua, aku tau kalian bingungkan. Akan kujelaska sampai ke hal hal paling rinci sekaligus!!" seseorang berkata di depan sana.

Dan aku baru menyadari satu hal lainnya.

Kami berada di halaman belakang sebuah gedung yang megah. Dan orang yang berbicara itu, melayang 1 meter dari permukaan tanah.
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
*
Ngga ada apa-apanya kok..

Magicall Land Academy✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang