27. Kita Menggambar Garisnya

3.9K 347 0
                                    

Happy

Reading

"Tidak! Kau hanya akan mengikuti perintahku dan tak pernah memihaknya!" teriak suara tegas dari arah kanan. "Kau? Dia hanya akan menjadikan mu bidak catur! Jika kau bersama ku, kau akan jadi ratu setelah nya" balas suara tenang dari kiri.

'Apaan sih nih?! Kan tadi aku lagi makan es krim di kamar. Kok di sini?! Es krim ku mana?!' batin ku bingung.

Aku melihat ke kanan dan kiri, tapi hanya ada kegelapan di sekitarku. Bahkan ku rasa aku buta.

"Kalian siapa? Mana lampunya? Gelap nih" balas ku saat mereka diam. "Gadis kecil, kalau kau mau lampu, kemari, berjalan lah ke kanan, aku akan membawamu kembali" ucap suara tegas yang mulai menghalus.

"Jangan ke sana! Kemari! Kau harus kemari!" ucap suara tenang dengan sedikit rasa panik. Aku mulai menimbang nimbang, kanan atau kiri? Akhirnya aku berjalan pelan ke kanan.

"Berhenti di situ! Manusia!" ucap suara tegas di belakangku. "Tak apa, jangan dengarkan cahaya busuk itu, kemari" ucap suara satunya.

'Cahaya? Kiri!' aku lalu berbalik dan berjalan menuju arah berlawanan dari tujuanku tadi. "Bukan kah kau mau ke sana? Pergilah, aku tak akan memintamu kembali kalau kau tak tulus" ucap suara itu dan mulai mengecil.

"Lihat, dia bahkan tak memperdulikanmu lagi, untuk apa ke sana? Ayo berbalik dan kemari"

"Aku hanya mau kembali!" ucapku kesal dan menghentakkan kakiku.

"CRAK!"

Entah ini lantai, tanah, batu atau lava sekalipun, yang ku injak ini menimbulkan retakan dan memanjang setiap detiknya. Cahaya putih keluar dari retakan panjang itu, lalu aku jatuh dan melihat, di bawahku, ada tanah berumput tebal yang luas. Sejauh mata memandang, hanya ada tanah berumput itu.

"No no no! Aku belum mau mati dengan jatuh dari langit!" ucapku lalu mencoba mengeluarkan sayapku. Aku sudah mahir melakukannya. "Kok ga bisa?! Aku bakal mati nih? Setidaknya biarkan aku hidup sehari lagi"

"Bruk"

Ini seperti tanah, tapi sangat lembut seperti kapas. Tetap saja wajahku masih sakit.

"Aku adalah kamu, aku ikuti semua yang kamu lakukan" ucap suara El'vern. Sontak aku menoleh dan menemukan diriku, El'vern dan lima orang lainnya berdiri sekitar lima meter dariku.

"Hah?! Aku kan di sini" gumamku lalu mencoba berdiri "Kalau begitu, aku akan ikuti garisnya, menggambar nya sesudah semua yang di tentukan selesai. Aku akan pergi" ucap bayangan ku mungkin?

"Kalau begitu biarkan kami membantu mu" ucap salh satu dari lima orang yang bertelinga runcing memanjang. Bangsa Elf mungkin?

"Terima kasih" lalu garis bercahaya menghubungkan mereka berlima, dengan bayanganku dan El'vern di tengah, cahaya itu membesar lalu menelan mereka ber dua. Setelah redup, salah satu dari lima orang dengan rambut biru bergelombang berkata "Kita harus menunggu mereka lagi, menjaga dunia ini sekarang adalah kewajiban kita"

"Aku paham, semoga mereka akan kembali dengan membawa kejayaan, aku berharap lebih dari yang ini" ucap yang lain dengan dua pedang tersarung di punggungnya. "Kau tak pernah puas dengan apa pun, hanya pedang saja yang ada di otak udang mu itu" jawab yang lain dengan tatapan menyindir "Ck, kau sendiri bagaimana?" balasnya sinis.

"Hei kalian, apa kalian bisa beritahu aku apa yang terjadi?" ucap ku mendekati mereka. Tak satupun menoleh, tampaknya bahkan tak mendengar ku. "Heii!! Kalian yang berlima!" aku mencoba menepuk laki laki dengan pedang itu, tapi malah menembus tubuhnya "Ih, hantu!"

Lalu semua putih dan aku terbangun di kasur, dengan El'vern dan Yezzy yang menatapku khawatir. "Ada apa? Kau kenapa? Kenapa kau berbicara saat tidur? Kau membuat kami takut!" ucap Yezzy "Yeah, dia benar" balas El'vern.

"Tak apa, aku baik. Maaf ya" lalu aku duduk dan diam. Sementara El'vern dan Yezzy tampak makin bingung. Aku hanya tak bisa memulai percakapan.

"Ada apa?" tanya El'vern "Nanti, temui aku lagi. Untuk saat ini kalian tunggu di sini dan aku mau menemui Mrs. Alice.

T

β

¢

Magicall Land Academy✔Where stories live. Discover now