4. Hari pertama

11.8K 845 14
                                    

Sekarang aku ada di kamarku, aku Celline dan Fanny memang sekamar, tapi kami memiliki kamar masing masing, anggap saja satu rumah.

Fanny dan Celline sedang berada di ruang santai. Aku memilih di kamar sambil membaca buku yang ku ambil dari perpustakaan.

Membaca?

Membaca apanya??!! Semua buku yang kuambil berisi tulisan aneh yang tidak ku mengerti sama sekali. Jangankan membaca, melihat tulisan semacam itu saja baru kali ini. Kini semua buku itu ada di rak buku kecil di samping meja belajar.

"Hei"

"Bruk!" sial, aku jatuh dari kasur empuk itu.

"Kau tak apa?" Tanya Rain. Tunggu, Rain?! "Rain!! Bagaimana kau ada di sini?? Apa yang kau lakukan di cendela itu? Cepat masuk! Jangan sampai kau jatuh! Ini ada di lantai 99! Kalau kau jatuh kemungkinan kau akan mati" aku menariknya sekuat tenaga sampai dia masuk ke kamarku. Lebih tepatnya jatuh dengan wajah duluan.

"Hahaha.. Aduh.. Aduh.. Ahahaha!!" aku ta k bisa menghentikan tawaku "ck, bisa kau diam?? Itu menyakitkan.. Bagaimana kalau wajah tampan ku ini sampai rusak?" "heh? Tampan? Pfft.. Hahahaha" ok..
Ku akui dia memang tampan..

"Ck.. Kau selalu tertawa seperti itu ya??" Rain kini duduk di kasur ku sambil menatapku kesal "tertawa seperti apa?" tanya ku "tertawa di atas penderitaan orang lain.. Apa lagi?" "Ahahaha.. Kadang kadang"

"Huh.. Baiklah. Apa kau mau ikut latihan memanah bersamaku? Dari pada kau tak ada kerjaan di sini" Rain menatapku penuh harapan. Uh, gemes!!
"Siapa bilang aku ga ada kerjaan?" balasku "kalau begitu apa kerjaanmu?" dia menatap sekeliling kamarku dengan bingung. Aku segera membuka koper ku. Begini, saat aku ada di sini, koper itu memang hilang. Tapi saat aku sampai di kamar ini, koper itu ada di samping lemari pakaianku.

Aku mengambil handphone ku lalu menatapnya. Ukh.. Ekspresi itu..

"Ahahahaha.. Itu M.T model paling lama, apa kau tak ada yang baru?" "M.T? Apa itu?" tanyaku "M.T itu singkatan dari Magicall Tab. Seperti ini" dia mengeluarkan benda pipih, lebih pipih dari handphone yang ku punya. Modelnya beda, benda itu seperti hologram tembus pandang, dengan garis tepi berwarna biru.

"Kemarilah, akan ku jelaskan" aku mendekat dan duduk di sampingnya. Dalam layar hologram itu ada beberapa aplikasi yang tidak ku mengerti.

"Ini M.T model paling canggih sekarang, ini tak memerlukan baterai, artinya kita tak perlu mengecasnya. Di sini ada berbagai aplikasi yang sudah ada di sini atau yang kita tambahkan dari Academy. Ini contohnya ini, M.A.I atau Magicall Academy Information. Kita bisa tau berbagai hal tentang Academy ini"

"Hebat, dimana kau mendapatkannya?" tanyaku. Apakah kalian tidak ingin benda ini? Maksudku, ini tanpa baterai, aku takkan pernah menunda game ku lagi jika baterainya habis, hebatkan.

"Aku dapat dari Mrs. Alice, kepala sekolah Academy. Dia mungkin akan memberinya lagi untuk murid baru, jadi kau bisa mempelajarinya sendiri, sekarang ikut aku berlatih ya" "hah.. Baiklah" sebenarnya aku ingin bermain dengan benda itu, kalau mendapatkannya, akan ku instal game yang ku sukai dan bisa memainkannya sampai semalam suntuk.

Dia memasukkan benda itu ke suatu kantong berwarna putih dengan tulisan Rain berwarna emas, setelah itu kantong yang entah datang dari mana itu langsung menghilang.

Aku sedikit kaget, setelah orang yang melayang, hologram canggih, kursi yang melayang, dan.. Oh, bagaimana aku bisa lupa? Rain datang ke sini lewat cendela. Apa dia akan keluar lewat situ juga? Ini di lantai paling tinggi gedung asrama putri. Kalian bisa melihat pemandangan kota dan melihat awan.. Sungguh tinggi gedung ini, dan aku agak takut ketinggian.

"Kemari" Rain berada di cendela dan berjongkok memberi isyarat agar aku naik ke punggungnya. Cendela kamar kami memang besar, kalian juga bisa duduk di sana, jika kalian punya keberanian tinggi.

"Nanti jatuh" jawab ku "tidak akan, percayalah" aku menurut dan naik ke punggungnya. Yang selanjutnya adalah dia melompat turun. Sial! Seharusnya aku naik lift yang hanya berkisar 9 detik walau dari lantai 99.

Aku ingin berteriak, tapi suaraku tak keluar, lalu dari kedua sisi punggungnya keluar sayap hitam besar nan gagah, untung sayap itu keluar dari pinggir dan tidak mengenai tubuhku. Seketika kami naik dan terbang di udara, menuju hutan dengan daun berwarna indah di bagian belakang gedung asrama putri.

"Menakjubkan, kenapa kau bisa melakukan ini? Apa ini sihir juga?" tanya ku "tidak, hehehe, kau akan tau nanti" kami mendarat dan dia menurunkanku. "Ini Hutan Pohon Maple, di sini hewannya tak peenah habis walau di buru selama berabad adab" kami berjalan menyusuri jalan setapak. Tanah di sini tertutup daun yang berguguran, di depan kami sekarang jalan setapak membelok ke arah kanan, tapi Rain memilih jalan kiri.

"Aku tau jalan ini" dia menggandengku dan menuntun jalan di depan. Kalau di lihat lagi, wajahnya sangat tampan.. Ahahha, tak akan ada yang bisa berpaling darinya, termaksud diriku.

Tak berselang lama dari waktu akau memandang wajahnya, kami sampai telaga luas. "Ini Telaga Berlian Biru. Dinamakan begitu karena airnya yang tampak biru dan berkelap kelip karena sinar matahari.

Aku senang dengan air, aku selalu suka jika di ajak main dengan air. Kecuali air kotor, jadi jangan salah paham.

Aku dan Rain bermain di pinggir telaga, dia mencuci tangannya lalu memandang busur dan panah yang entah sejak kapan ada di situ. Ide jahil muncul, aku mencipratkan sedikit air ke wajahnya yang tampak serius "Hei!" teriaknya tak terima "biar seger, hahaha" akhirnya kami bermain ciprat-cipratan air.

Terlalu hanyut dalam suatu hal bisa membuatmu melupakan apa yang ada di sekitarmu, termaksud bahaya sekalipun. Yah.. Tanpa di sadari, bahaya itu sedang mengintai, dan kini mendekat lalu melompat dari belakang.

"Minggir Ella!! Beruang Hitam!!" Rain berteriak sambil berlari ke arahku, jarak kami sekitar 5 meter, pergerakannya menjadi agak lambat di air, tapi dia berusaha berlari secepat mungki. Kalau saat ini aku akan menertawakan gerakannya, tapi waktunya tidak tepat.

Saat aku berbalik, beruang itu berdiri dengan kaki belakangnya, tingginya kira kira 2 meter, dia menatapku dengan mata merahnya, lalu mengayunkan tangannya. Tangan itu telak mengenaiku dan yang ku ingat terakhir adalah aku seperti terlempar dan semuanya menjadi gelap.

Apakah ini akhir nya? Hahaha, tentu bukan. Tapi aku tak tahu sampai berapa lama aku bisa bertahan.

-----------------------------------------------------

🍀🍀🍀

Up selanjutnya dan selanjutnya kayaknya agak lamaan dikit, karena kata kata Legend yang ga seberapa ingin ku temui. Ulangan.

Magicall Land Academy✔Onde as histórias ganham vida. Descobre agora