❃ PART 02 ❃

297 18 0
                                    

     Motor besar Kenan berhenti di halaman depan rumah Freya. Sementara Kenan turun, Freya masih duduk di atas motor. Menunggu bantuan dari cowok di hadapannya ini.

"Gendong aja," kata Freya sebelum Kenan menarik tangannya.

Kenan menghela pelan, membalikkan badannya. Memberi punggung pada Freya, dengan santai Freya langsung naik ke atas punggung Kenan. Aroma maskulin dari tubuhnya langsung tercium Freya. Padahal hari sudah siang dan matahari menyengat, tapi aroma di tubuhnya tak sedikit pun hilang.

"Gue turunin di mana?"

"Masuk aja belum, bawa gue ke kamar aja."

Kenan membuka pintu putih itu, ruang tengah terlihat sepi. Seakan tak ada pemghuninya.

"Kamar lo di mana?"

"Itu," tunjuk Freya ke kamar atas.

Tanpa buang waktu Kenan segera membawa cewek menyebalkan itu ke kamarnya. Barulah ia menurunkan Freya di atas ranjangnya sendiri. Lalu membalikkan badannya dan meninggalkan Freya.

"Eh! Lo mau ke mana? Jangan kabur ya!" teriak Freya dengan suara melengkingnya.

"Ngambil air hangat," jawab Kenan tanpa menghentikan langkahnya.

Freya bernapas lega. Untung saja orang tuanya sedang bekerja semua. Jadi, rumah sepi dan ia bebas membawa cowok masuk ke rumah ini. Bebas melakukan apa pun sesuka hati. Jika orang tuanya ada, mana mungkin ia perbolehkan cowok itu masuk ke kamarnya. 

Freya menunggu di tepi ranjang. Tak lama Kenan datang dengan baskom air hangat di tangannya. Meletakkan baskom tersebut di lantai dan dirinya duduk di bawah. Meraih kaki kanan Freya yang memar, mengompresnya dengan pelan.

"Aww," ringis Freya, demi apa pun memar itu sakit.

"Tahan bentar," kata Kenan datar.

Freya merepas spreinya. Ini sangat sakit, apakah tulang keringnya retak? Tidak tidak, ia tidak bisa membayangkannya. Harus masuk rumah sakit, bergaul dengan bau menyengat, dan minum obat pahit itu. Ugh! Freya benci kawasan rumah sakit.

"Udah belom? Sakit nih."

"Lebai," jawab Kenan sinis.

"Gue nggak lebai, ini beneran sakit. Elo sih pake segala nyerempet gue. Udah tahu ada orang di depan masih aja diterobos, punya mata nggak sih?" dumel Freya menggebu-gebu.

Kenan menghentikan aktivitasnya. Mendongkak menatap Freya, Kenan akui. Baru kali ini ia menatap penuh seorang cewek.

Freya seperti dibius dengan tatapan teduh itu. Ia juga mengakui bila ini adalah kali pertamanya menatap dalam seorang cowok.

"Gue udah minta maaf, udah anterin lo pulang, dan juga udah ngobatin lo. Apa yang kurang hah? Harus gue nina boboin juga biar lo tidur nyenyak gitu?" kata Kenan panjang, sebuah rekor bagi Kenan karna sudah mengeluarkan beberapa kata penuh. Padahal ia tidak terlalu suka dengan mengangkat suara.

"Tapi belum cukup, lo harus perhatiin gue biar kaki gue sembuh. Baru gue anggap urusan kita kelar."

"Oke, satu minggu gue perhatiin elo, cukup?"

Freya mengangkat kedua bahunya. Menunjukkan senyum smirknya. "Kita liat aja nanti, intinya sampai kaki gue sembuh."

Kenan menghela pelan, mencoba sabar dengan cewek di hadapannya ini. Kenal saja tidak, tapi ia harus berurusan dengan dia. Sungguh nasib apa yang tengah menimpanya. Padahal hari ini adalah jadwalnya ia mabar dengan Devin. Waktu itu juga sudah ia korbankan untuk membantu cewek ini.

Cinta Seorang Gamers (TAMAT)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora