❃ PART 06 ❃

228 15 0
                                    

     BRAAK!

Tiba-tiba pintu loker Freya di tutup. Untung saja tangannya sudah keluar utuh, jika tidak mungkin jarinya akan ikut memar atau lebih fatal. Freya hanya terkejut, ia menatap ke samping.

Lagi-lagi Mora mengganggunya, padahal Freya sudah tidak menyuruh Kenan untuk menjemputnya sampai ke kelas. "Masalah apa lagi sekarang?"

"Lo masih deket sama Kenan, kan?"

Freya menurunkan bahu. "Apa urusan lo kalau gue deket sama Kenan, sering ketemu sama Kenan, lo cemburu?"

"Yang gue mau, Kenan balik sama gue. Bukan malah deket sama lo," tunjuk Mora ke muka Freya.

"Udah deh, Mor. Gue nggak mau cari gara-gara sama lo, kalau lo mau bersaing. Kita saing sehat aja, lagian nggak guna juga," ucap Freya sinis menatap Mora.

Ia menggeleng kecil seraya kembali membuka pintu lokernya. Mengambil  beberapa buku kebutuhannya.

BRAAK

"Dengerin gue, Fre!" bentak Mora kembali menutup pintu loker keras.

Meskipun tangan kanannya terjepit loker itu, Freya tak menjerit seperti anak lainnya. Ia justru menatap Mora jauh lebih mematikan.

"Gue nggak bikin gara-gara sama lo, Mor," ucap Freya pelan penuh tekanan dengan mata berkilat api. Lalu tanpa berpikir panjang, Freya menarik tangan kanannya yang tergores darah, kemudian menampar keras wajah Mora. Membuat perhatian orang yang lalu lalang di hadapan mereka.

Mora mengusap pipi kirinya, menatap Freya tak percaya. "Lo berani nampar gue, hah?!"

"Nggak guna gue takut sama cewek licik kayak elo." Freya membanting pintu lokernya sebelum pergi dari hadapan Mora dan yang lainnya.

✧༺♥༻✧

Freya berjalan cepat menuju mobil Kenan, masuk ke kursi bagian belakang lalu menutup pintunya keras. Freya duduk di belakang tanpa suara, ia justru menekuk lututnya dan menenggelamkan wajahnya di lipatan tangan atas lutut.

"Kenapa?" tanya Kenan menoleh ke belakang.

"Jalanin aja mobilnya," suruh Freya tetap pada posisinya.

Kenan tak menuntut keras, ia menjalankan mobilnya menjauh dari lingkup sekolah Freya. Sudah agak jauh, tapi Freya belum juga menampakkan wajahnya. Terpaksa Kenan menghentikan mobilnya di depan sebuah taman.

"Ada masalah di sekolah?" tanya Kenan membalikkan badannya ke belakang.

"Bukan apa-apa," jawab Freya cepat.

Dapat Kenan lihat bahu Freya bergetar, ia simpulkan bila cewek itu tengah menangis. Kenan mendesah pelan, haruskah cowok yang turun tangan.

Kenan beranjak dari duduknya. Beralih ke bangku belakang melalui sela-sela di antara bangku mobil depan. Duduk di sebelah Freya.

"Kenapa lagi sih?" tanya Kenan dengan mengambil alih wajah mungil Freya, menghadapkan ke arahnya.

"Kenapa?" tanya Kenan lagi, ibu jarinya ia gunakan menghapus jejak air di pipi halus Freya.

Freya menggeleng menunduk. Entah mengapa dirinya merasa lemah, tidak dapat mengontrol emosinya.

"Udah diem, coba cerita ke gue. Masalah apa di sekolah?" tanya Kenan mencoba menenangkan Freya.

Freya tak menjawabnya, ia malah menunjukkan punggung tangan kanannya yang membiru.

Kenan langsung meraih tangan Freya. "Tangan lo kenapa?"

Cinta Seorang Gamers (TAMAT)Kde žijí příběhy. Začni objevovat