Bagian 22 : Diary Milik Jiwon (B)

4.7K 525 9
                                    

Happy reading^^


Tepat saat Namjoon ingin melanjutkan bacaannya, mereka mendengar suara ketukan pintu yang cukup keras. Mereka terkejut mendengar suara ketukan pintu itu yang terdengar kian keras.

"Kalian tunggu di sini, biar gue liat siapa yang mengetuk." Sahut Seokjin

"Gue temenin." Sahut Hoseok dan Seokjin mengangguk

Seokjin dan Hoseok segera melangkah menuju pintu dan melihat dalam sebuah layar persegi panjang dalam ukuran sedang. Mereka melihat seorang pria berdiri di depan pintu sambil membawa pisau di tangan kirinya dan tangan kanannya mengetuk pintu dengan cukup keras. Mereka tidak bisa melihat wajah orang itu karena tertutupi masker dan pakaian yang dikenanakan pria itu semuanya berwarna hitam.

"Ki-kita mundur secera perlahan. Jangan buat suara yang membuatnya curiga kalau kita ada di dalam." Sahut Seokjin dan Hoseok langsung menganggukkan kepalanya

"Apa yang te-mmmpphhh." Mulut Namjoon langsung dibekap oleh Seokjin dan Hoseok meletakkan jari telunjuknya tepat didepan bibirnya seolah mengisyaratkan kalau mereka harus tetap diam.

Lama mereka seperti itu, suara ketukan pintu itu tidak terdengar lagi. Hoseok berdiri dan melihat dilayar persegi panjang itu, ternyata orang itu sudah tidak ada. Hoseok kembali bergabung dengan teman-temannya.

"Dia sudah pergi." Ucap Hoseok

Mereka menghembuskan nafas lega.

"Emang apa yang kalian liat tadi?" Tanya Jimin

"Kita melihat orang yang ciri-cirinya seperti dalam buku diary milik Jiwon." Sahut Seokjin

Mereka membulatkkan matanya syok. "Benarkah hyung?" Tanya Taehyun

"Iya. Jadi kita harus berhati-hati dari sekarang." Sahut Seokjin

"Lanjut nggak nih bacanya?" Tanya Namjoon

"Lanjut aja, Joon." Sahut Yoongi

"Iya, lanjut aja bacanya." Sahut Taehyung

"Baiklah." Ucap Namjoon

Jumat, 6 Februari XXXX

Malam ini gue kembali mendapatkan teror. Gue kira setelah melalui malam-malam tenang, gue tidak akan mendapatkan teror lagi. Tapi kali ini gue mendapatkan teror itu lagi. Orang itu lagi-lagi menemui gue dengan membawa sebuah pisau di tangannya. Dia juga kembali mengetuk jendela kaca gue dengan keras. Bukan hanya itu, pisau di tangannya juga dia arahkan ke jendela kaca gue hingga membuat suara decitan yang sangat keras hingga bisa memekakkan gendang telinga gue. Hal yang paling gue benci saat ini adalah cermin, karena setiap orang itu datang, pasti akan ada sebuah kalimat yang tertulis dicermin. Gue memberanikan diri untuk melihat kearah cermin dan benar saja. Di sana sudah tertulis sebuah kalimat, "Penderitaanmu akan segera berakhir", lantas melihatnya gue langsung menuju tempat tidur dan menyelimuti seluruh tubuh gue. Sumpah, gue nggak bohong kalau saat ini gue benar-benar ketakutan. Gue pengen teriak minta tolong, tapi rasanya suara gue tertahan ditenggorokan. Gue menulis diary ini dengan tangan gemetaran. Gue bener-bener takut sekarang. Tidak lama setelahnya, suara ketukan itu tidak terdengar lagi. Gue berhenti menulis dan melihat keluar selimut. Ternyata orang itu sudah tidak ada dan tulisan dicermin itu sudah hilang. Gue sedikit merasa lega tapi gue takut di kembali lagi hingga membuat gue terjaga sampai pagai tiba.

Rabu, 11 Februari XXXX

Seperti yang pernah gue alami di malam sebelumnya, kini gue kembali mendapatkan teror. Tapi kali ini berbeda. Kalian tahu apa yang membuat malam ini berbeda? Malam ini terasa berbeda karena beberapa menit yang lalu gue kembali mendapatkan sebuah ketukan yang cukup keras. Tapi bukan dari jendela kaca kamar gue tapi dari luar pintu kamar gue. Gue nggak tahu gimana caranya dia masuk rumah gue, karena setahu gue setelah mama dan papa gue pergi, gue udah ngunci seluruh pintu rumah. Ketukan pintu kamar gue semakin keras. Untunglah gue selalu ngunci pintu kalau mau tidur. Itu membuat gue merasa aman sedikit. Saat ini gue lagi bersembunyi di dalam selimut gue. Dia terus memanggil nama gue dari luar dan meminta gue buat membuka pintu kamar gue. Gue hanya berharap kalau Tuhan nyelametin nyawa gue malam ini. Gue mendengar suara ketukan pintu itu tidak terdengar lagi, gue mencoba mengintip lewat selimut gue dan gue membelalakkan mata gue. Gue melihat pintu kamar gue terbuka dan orang yang berpakaian serba hitam dengan pisau di tangannya mendekat kearah tempat tidur gue. Dia juga terus memanggil nama gue dan mengatakan kalau dia tahu di mana gue sekarang. Gue hanya berharap kalau saat ini Tuhan menyelamatkan gue. Gue saat itu terus memejamkan mata, dan sepertinya Tuhan mengabulkan doa gue. Tidak lama setelahnya, terdengar dari luar suara mama dan papa gue yang memanggil nama gue. Gue mencoba mengintip dari selimut dan orang itu kabur lewat jendela gue. Gue bisa bernafas lega dan keluar dari selimut lalu mata gue melihat kearah cermin yang terdapat sebuah tulisan, "Tidak sekarang tapi nanti", kalimat itu membuat gue bingung tapi gue mengabaikannya dan menghapus tulisan itu.

Rabu, 18 Februari XXXX

Hari ini gue kembali di teror dari pagi sampai malam. Orang itu terus mengganggu gue dan mengancam akan membunuh gue setelah semua bukti yang gue kumpulkan. Yang gue tahu, dialah dalang dibalik semua kejadian aneh di sekolah gue. Dia terus muncul sambil memegang sebuah pisau di tangannya. Gue selalu berteriak histeris ketika dia melakukan itu. Gue mencoba bercerita pada guru dan orang tua gue, tapi mereka tidak percaya. Gue dianggap gila oleh mereka semua. Bahkan teman-teman gue menganggap gue gila. Gue nggak gila. Orang itu benar-benar ada dan selalu mengancam untuk membunuh gue. Gue selalu lari ketika dia ingin membunuh gue. Gue mencoba mencari pertolongan tapi tidak ada satupun yang percaya sama gue. Hanya temen hantu gue Jiyeon yang percaya tapi gue nggak bisa meminta bantuan sama dia. Gue terus berteriak histeris ketika orang itu muncul sampai-sampai orang tua gue mengurung gue dikamar dan mengikat kedua kaki gue dengan rantai di kedua sisi ranjang karena tidak percaya dengan ucapan gue dan dokter juga mengatakan kalau gue terkena gangguan skizofrenia. Sumpah gue tidak gila. Gue hanya berharap mereka yang membaca diary yang gue tulis tahu kalau gue tidak gila. Gue tidak terkena gangguan skizofrenia. Gue benar-benar melihat orang itu dan dia bukan sekedar halusinasi gue belaka. Orang yang mengancam ingin membunuh gue itu benar-benar nyata. Tapi kenapa tidak ada yang percaya?!

"Diarynya sudah selesai." Sahut Namjoon

Tiba-tiba hantu Jiwon muncul.

"Lanjutannya gimana?" Tanya Yoongi

"Setelah gue menulis itu, saat jam 1 malam orang itu kembali menghampiri gue. Tapi kali ini dia tidak datang menggunakan pisau. Tapi menggunakan sebuah tali. Dia mencekik leher gue dengan menggunakan tali sampai gue meninggal. Saat meninggal, roh gue keluar dari tubuh gue dan melihat orang itu melepas rantai yang mengikat kaki gue. Dia membuatnya seolah gue bunuh diri. Mama dan papa gue yang hobi keluar negeri pun pulang seminggu setelahnya dan melihat gue mati. Mereka menganggap gue mati gantung diri. Malamnya mama gue kekamar gue dan menemukan diary serta bukti-bukti tentang misteri disekolah itu. Mama gue membaca diary yang gue tulis. Dia lalu menyembunyikan diary gue berserta bukti-buktinya ke dalam sebuah kotak kayu berukuran sedang dan menguncinya lalu mengikatkan dengan sebuah pita merah muda dan menguburnya dihalaman belakang agar tidak ada korban lain selain gue." Jelasnya panjang lebar

"Jiwon bilang, setelah dia menulis itu, saat jam 1 malam orang itu kembali menghampirinya. Tapi kali ini orang itu tidak datang menggunakan pisau. Tapi menggunakan sebuah tali. Dia mencekik lehernya dengan menggunakan tali sampai dia meninggal. Saat meninggal, roh Jiwon keluar dari tubuhnya dan dia melihat orang itu melepas rantai yang mengikat kakinya. Dia membuatnya seolah kalau Jiwon bunuh diri. Mama dan papanya yang hobi keluar negeri pun pulang seminggu setelahnya dan melihatnya mati. Mereka menganggap Jiwon mati gantung diri. Malamnya mamanya masuk ke dalam kamarnya dan menemukan diary serta bukti-bukti tentang misteri disekolah itu. Mamanya membaca diary yang dia tulis. Dia lalu menyembunyikan diary Jiwon berserta bukti-buktinya ke dalam sebuah kotak kayu berukuran sedang dan menguncinya lalu mengikatkan dengan sebuah pita merah muda dan menguburnya dihalaman belakang agar tidak ada korban lain selain Jiwon." Jelas Yoongi panjang lebar

"Apa dia melihat wajah orang itu?" Tanya Namjoon

"Tidak. Bahkan saat dia membunuh gue pun gue tidak melihat wajahnya." Jawab Jiwon

"Jiwon bilang tidak, bahkan saat dia membunuhnya pun dia tidak melihat wajah orang itu." Sahut Yoongi

"Apa kita bisa melihat bukti-bukti itu sekarang?" Tanya Beomgyu

"Tentu saja." Sahut Jiwon


Bersambung...

Ghost Hunter : Bloody School ✖ BTS Ft TXT [BOOK 1] [ ✔ ]Where stories live. Discover now