Campur Tangan Pansy

654 91 10
                                    

"Kenapa kau harus ikut campur dalam setiap urusan yang tidak melibatkanmu?"

Aku memasang ekspresi mengecam yang akan membuat orang-orang gemetar dan terbata-bata. Jarang bagi orang luar bisa menyaksikan kemurkaanku karena Draco Malfoy sangat tenang dan penuh kendali atas emosinya. Aku hanya memperlihatkannya untuk menakut-nakuti. Tetapi orang yang duduk santai di sofa di sudut ruangan ini sudah terlalu mengenalku untuk merasa gentar. Di dalam hati aku mencelos. Sudah terlambat jika harus menyesali hubungan pertemanan yang sudah terjalin sejak kecil.

Bibir yang dipoles dengan lipstik semerah darah mengulas senyum bersahabat. "Karena kau, Draco," katanya ringan, "kau membuatku khawatir. Jadi, aku datang kemari agar kau bisa mencurahkan isi hatimu padaku."

Kulirik dia dengan pandangan risih.

"Buang-buang waktu saja."

Wanita itu mengibas-ngibaskan tangannya. "Ya, ya, kau memang pemalu."

Kuputar bola mataku atas asumsinya yang tak berdasar itu. "Keluar. Aku sibuk bekerja dan tidak punya waktu untuk bermain-main denganmu." Kuarahkan ujung penaku padanya. "Karena kau datang tanpa izin, kau tidak boleh pakai perapian manor ini."

Sudut bibir Pansy berkedut, meledek. "Dasar pelit."

"Terserah apa katamu."

Pansy menelengkan kepalanya, menatapku dengan tatapan yang berpikir. Bisa kulihat roda-roda gerigi berputar di kepalanya namun aku tidak tahu apa yang dipikirkannya. Seolah sampai pada suatu kesimpulan, Pansy berdiri dari sofa. "Kau memang tidak asik," ejeknya yang kubalas dengan mengangkat bahu tanda tidak peduli.

"Baik, aku tidak akan mengganggumu. Bekerjalah dengan keras, Pak Draco-si-gila-kerja." Ia melambaikan tangan dan menutup pintu.

Blam.

Kuturunkan penaku. Punggung kusandarkan di badan kursi yang empuk. Aku tampak lemah dan lega di saat yang bersamaan. Kurasakan lengkungan di bibirku. Aku tahu. Aku merasa lega setelah melihat Pansy lagi. Dia masih sama seperti yang ada di dalam ingatan—bukan seperti yang ada di akhir-akhir kehidupanku dulu.

Dulu tidak seperti ini.

Esok hari setelah pesta di mansion Parkinson, Pansy datang untuk berbicara denganku. Dia berusaha mengajakku bicara tapi aku tidak meladeninya. Tidak juga menanggapinya. Kubiarkan dia berbicara panjang lebar sedangkan aku tetap diam mengurusi dokumen-dokumen perusahaan. Karena tidak berhasil memancing jawaban dariku, akhirnya ia menghela nafas dan menyerah.

Kali ini aku menanggapinya karena aku senang melihatnya lagi.

Benar juga...

Di kehidupan keduaku ini, walaupun baru berlanjut selama beberapa hari, aku belum bertemu dengan sahabat-sahabatku yang lain.

Kira-kira apa yang sedang mereka lakukan sekarang?

.

.

Mencintai Istriku Sepenuh Hati

itu Tidak Mungkin

©Rozen91

Harry Potter © J.K. Rowling

.

****

xxxx

Pansy bagiku.... bukan hanya Pansy, tapi sahabat-sahabat dekat yang telah selama ini bersamaku sejak kecil, di Hogwarts, sampai sekarang, sebenarnya mereka prihatin atas keadaan rumah tanggaku. Hanya saja Pansy lebih aktif berkunjung ke manor untuk berbicara denganku. Sisanya... sisanya....

Mencintai Istriku Sepenuh HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang