Harapan Berwarna Putih

449 66 32
                                    

Pada suatu hari, sebuah surat pernikahan datang dari negri yang jauh. Burung hantu yang membawanya langsung terbang pergi tanpa singgah untuk istirahat walau untuk beberapa menit saja. Pross lalu memberikan surat berwarna merah dengan garis-garis coklat mengilap itu padaku.

Hari istimewa bagi Pansy Parkinson dan Viktor Krum sudah tiba di depan mata.

Tak terelakkan, pada hari pernikahan itu, aku akan bertatap muka dengan Viktor Krum.

Untuk pertama kalinya—sekali lagi semenjak kehidupanku terulang kembali.

Sebuah batu mengganjal tenggorokanku. Yang bergumul di dalam hati adalah suatu perasaan tak enak yang membuat telapak tanganku basah oleh keringat.

Mungkin reaksi ini disebabkan oleh kata-kata Viktor Krum di pertemuan terakhir kami di kehidupanku yang pertama.

Apakah bijak membiarkan Pansy menikahi Viktor Krum?

Jawaban yang benar sepertinya "tidak".

Tetapi apa yang sebenarnya bisa kulakukan untuk mencegah pernikahan yang telah diatur semenjak mereka masih dalam perut itu?

Karena menikahi Hermione, tanganku diikat oleh beberapa hal yang harus kuperhatikan baik-baik. Kalau ceroboh, maka bukan aku saja yang akan kena batunya. Kalau Hermione sampai celaka, maka aku... aku tidak bisa membiarkan hal itu terjadi.

Oleh sebab itu, dengan enggan kuhadiri pernikahan Pansy untuk kedua kalinya.

Dan ketajaman tatapan Viktor Krum seolah menembus barisan orang-orang sampai menghujam tengkorak kepalaku.

"Chickidjya." Begitu mulutnya bergerak.

xxxx

.

.

Mencintai Istriku Sepenuh Hati

itu Tidak Mungkin

©Rozen91

Harry Potter © J.K. Rowling

.

****

xxxx

Beberapa hari sebelum pernikahan Pansy—

Ada kekakuan yang berbaur bersama udara yang kuhirup di ruangan ini. Mungkin cuma aku saja yang merasakannya—sesak di dada ini akibat rasa tidak enak itu. Sesuatu yang mendorongku untuk berdiri dari kursi dan melangkah pergi dari ruang makan tanpa sepatah katapun. Pergi tanpa menghabiskan separuh makanan di piring. Meninggalkan seorang wanita yang tak sedikitpun bereaksi atas kelakuanku. Kusadari aku tak bisa berlama-lama di ruangan yang sama dengan Hermione.

Semua ini dimulai setelah ia mengungkapkan perasaannya yang sesungguhnya padaku.

Bersikap pura-pura tidak tahu bukan lagi sebuah kartu yang bisa kugunakan untuk menundukkan istriku.

Sesuatu telah berubah dan aku harus memutar otak, mencari cara untuk membuat keadaan kembali normal seperti sedia kala.

"Dasar bodoh," gumamku mengutuk pemikiran itu.

Sejak Hermione mengungkapkan isi hatinya, maka saat itu juga kehidupan yang dulu itu tak bisa lagi diulang.

Entah bagaimana—

Mencintai Istriku Sepenuh HatiWhere stories live. Discover now