13.4 - Apa Yang Lebih Besar Dari, I Love You?

85 15 1
                                    

BAB XIII - Jealous

| Apa Yang Lebih Besar Dari, I Love You? |

🎶AB6IX - Pretty

.....

Dulu, Minhyun bersumpah dia tidak pernah tersenyum selebar ini hanya karena melihat wajah antusias Natta yang mulai nyaman dengan basket. Kemudian terkekeh kecil setiap kali matanya mengawasi wajah Natta yang selalu merubah ekspresi. Rasanya Minhyun hampir mirip seperti orang gila di keadaan sekarang.

Minhyun tidak akan memungkiri bahwa jatuh cinta pada Natta itu sederhana. Gadis itu benar-benar tidak perlu melakukan apapun untuk bisa membuatnya jatuh cinta. Gadis itu hanya tersenyum seperti ia tersenyum pada semua orang. Minhyun sampai menemukan dirinya yang lain setiap kali menatap ke arah gadis yang sekarang masih tengah asik memasukkan bola basket ke dalam ring.

"Kak Minhyun!" Mata Minhyun mengerjap untuk mengembalikan kesadarannya yang tadi hilang entah kemana dan pikirannya hanya penuh dengan Natta.

Ketika ia menoleh, ada Natta yang tengah berkacak pinggang sembari menatap sebal kearahnya. "Meskipun aku gak suka basket, tapi aku juga gak pernah ya ngelamun di lapangan. Nanti kalau kena bola, gimana?" lanjut gadis itu.

Minhyun terkekeh lagi, entah sudah yang ke berapa untuk hari itu, Minhyun bahkan tidak ingat. Satu-satunya yang ia ingat hanyalah semua itu di sebabkan oleh satu hal yang sama; Adrenatta Mayaza.

"Iya iya, bawel banget ya. Padahal kalau aku kena bola, yang sakit itu Minhyun loh bukan Natta," jawab Minhyun santai, seolah-olah kalimat Natta bukan sesuatu yang harus benar-benar ia lakukan.

"Ya tetep aja dong aku khawatir," sahut Natta tak mau kalah. Masih menatap Minhyun seolah mengancam, padahal bagi Minhyun sama sekali tidak terlihat seperti itu.

"Iya, Minhyun selalu menang dan Natta selalu kalah," kata Minhyun seolah dia benar-benar Natta.

Kini giliran Natta yang tertawa renyah, menertawakan kalimat Minhyun yang terasa sangat lucu di telinganya, "Udah, ah, sekarang giliran kakak yang masukin bolanya."

Minhyun menerima bola dari Natta dengan tenang dan menatap gadis itu dengan pandangan santai. Sembari sebelah tangannya terangkat untuk melempar bola ke dalam ring basket dalam sekali coba tanpa gagal. Membuat Natta menatap bola itu tidak percaya. Seakan-akan dunia ini tidak adil.

Kepala Natta sontak menoleh, "Kak Minhyun gak begitu ya. Natta gak mungkin bisa kaya gitu," rengek Natta dengan tatapan penuh iri.

"Natta bisa, kok. Sini aku ajarin." Sambil masih tertawa, Minhyun berjalan menghampiri Natta dan memberikan bola basketnya untuk gadis itu pegang. "Sekarang kamu balik ke depan. Liat ringnya baik-baik."

"Terus pegang bolanya kaya gini, sehabis ini kamu tinggal lompat. Aku hitung, baru kamu lompat ya?" ucap Minhyun di belakang Natta yang lantas membuat gadis itu mengangguk mengerti.

"Satu..."

"Dua..."

"Tiga..." Tubuh Natta yang sudah siap untuk melompat mendadak urung bersamaan dengan bola basket yang dipegangnya jatuh ke bawah begitu saja, saat Minhyun malah memeluknya sangat erat.

"Udah bisa, kan?"

Untuk beberapa saat, Natta hanya terdiam saking tidak bisa memikirkan apapun dalam kepalanya. Tapi setelah ia sadar, Natta langsung merengek kesal, "Bisa darimana, sih, kak Minhyun? Aku malah gak bisa gerak."

4 WALLS [✓]Where stories live. Discover now