MRBB|1

25.5K 591 208
                                    

Inget vote dulu sebelum baca, ya. Happy reading.

***

Pelajaran pertama baru saja dimulai beberapa menit yang lalu, akan tetapi Erland sudah digiring ke ruang BK sepagi ini. Semuanya bermula saat Bu Laras, guru Fisika super killer yang sekaligus merangkap sebagai guru BK di SMA Andalas itu memergoki Erland sedang asik bermain game online di bangku pojok belakang kelas ketika guru tersebut tengah menjelaskan materi. Alhasil, di sinilah Erland sekarang, di tempat yang sangat tidak asing baginya. Erland bahkan sudah hafal setiap sudut ruangan bercat putih ini.

"Erland... Erland... Ibu sudah tidak mengerti sama kamu, kerjaan kamu setiap hari cuma main game aja, gak di kelas, gak di luar kelas begitu terus, memangnya kamu gak punya kerjaan yang lebih berfaedah gitu?"

Erland tidak menjawab pertanyaan gurunya, dia malah sibuk memainkan game yang baru saja ia download di ponselnya. Cowok itu menyembunyikan ponselnya di kolong meja kerja Bu Laras sementara guru itu sibuk berceloteh entah tentang apa.

"Erland! Kamu dengerin saya gak, sih, dari tadi?!" suara Bu Laras meninggi membuat Erland yang semula menunduk langsung mendongak.

"Denger, Bu," jawab Erland sekenanya lalu kembali sibuk menatap layar ponsel.

"Dari tadi kamu ngapain, sih?"

"Ya dengerin Ibu ngomonglah, eh ralat, dengerin Ibu ngasih khotbah gratis."

"Erland! Saya serius!"

"Ibu mau saya seriusin? Kan Ibu udah punya suami, masa mau nikah sama murid sendiri?" kata Erland yang otomatis membuat guru yang selalu mengenakan tusuk konde itu naik pitam.

"Erland, jangan bercanda! Apa kamu mendengarkan apa yang saya katakan tadi?!"

"Denger, sih, tapi saya gak tau jelas Ibu ngomongin apaan, saya kan lagi balapan." Erland sudah mengalihkan pandang dari Bu Laras dan menatap layar ponsel lagi.

"Bahkan sudah berada di ruangan saya pun kamu masih bisa bermain game?!" Bu Laras sudah benar-benar kesal kepada anak muridnya yang satu ini, seandainya saja Erland bukan anak pemilik yayasan sekolah, maka bisa dipastikan kalau saat ini Bu Laras sudah menendang Erland jauh-jauh, bila perlu sampai ke luar angkasa sekalian.

Bukannya takut kepada Bu Laras, Erland malah terbahak, membuat Bu Laras menatapnya bingung, "kenapa kamu malah tertawa? Ada yang lucu, hah?!"

Erland masih tertawa, cowok itu memegangi perutnya yang terasa sakit karena tertawa terlalu keras. "Emang di ruangan ini ada apa, Bu, sampai saya harus takut? Jangan-jangan Ibu melihara tuyul, ya?"

"Erland!" Gigi Bu Laras gemertak menahan amarah.

"Hadir, Bu." Erland sesegera mungkin mengubah ekspresinya menjadi datar.

Wajah Bu Laras yang tadinya memang sudah memerah jadi tambah merah karena terus menahan marah. "Ya Tuhan, Erland! Capek Ibu ngurusin kamu, tau, gak?!"

"Lah, Bu, saya kan gak pernah minta Ibu buat ngurusin saya. Toh, saya juga gak pernah berdoa sama tuhan supaya diurusin sama Ibu."

Bu Laras berdecak seraya memijat pelipisnya, "mana handphone kamu?" Bu Laras menjulurkan tangannya, meminta benda itu kepada Erland yang duduk tepat di hadapannya.

"Ngapain Ibu minta handphone saya? Mau minta username instagram saya? Minta nomor Whatsapp? Atau malah mau tukeran nomor handphone sama saya?"

"Gak usah kepedean kamu, sini berikan handpone-nya!"

Dengan malas Erland memberikan benda hitam berlogo apple itu kepada Bu Laras.

My Romantis Bad Boy [Lengkap] (tapi Masih Revisi)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang