MRBB|24

3K 100 0
                                    

Erland baru saja keluar dari kamar mandi seraya mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk, tanpa diketahui oleh Erland sebelumnya, ternyata Mitha sudah berdiri di depan pintu seraya memainkan ponsel. Erland pun terkejut karena kehadiran sepupunya itu.

"Eh Mitha, lo ngapain, sih, berdiri di depan pintu kamar mandi? Mau ngintip lo?!" tanya Erland sensi.

"Hai Erland," sapa Mitha tanpa memedulikan pertanyaan Erland, "gue udah nungguin lo dari tadi kali, ternyata lo mandi lama banget dah udah kayak janda kembang aja."

"Berisik!" Erland berjalan melewati Mitha sedangkan Mitha sendiri hanya terkekeh di belakang sepupunya tersebut. "Lo ngapain tumben banget main ke rumah gue?" tanya Erland lagi, sekarang cowok itu duduk di atas tempat tidurnya. Tangannya tergerak mengambil ponsel di atas nakas.

"Yee, elo tuh ya sentimen banget kalo sama gue, emangnya gue gak boleh main ke sini?" balas Mitha sesaat setelah ia duduk di sebelah Erland.

Erland berdecak, dia heran mengapa ia bisa punya sepupu selabil Mitha. "Gue cuman nanya Mit."

Bukannya menjawab, Mitha malah memperhatikan Erland lekat-lekat seolah dia tidak pernah bertemu dengan Erland bertahun-tahun. "Lan?"

"Hmm," gumam Erland tanpa menoleh ke arah Mitha, bahkan mungkin saja Erland tidak sadar jika sedari tadi dia diperhatikan oleh Mitha.

"Sejak kapan lo pake kalung?" tanya Mitha heran ketika melihat kalung yang melingkar di leher Erland, "mana bandulnya bentuk love-love lagi, gue jadi curiga nih."

Mendapat pertanyaan semacam itu, Erland langsung melihat kalung yang dikenakannya. Sejak pertama kali menemukan kalung itu lagi, Erland sama sekali tidak pernah melepasnya, mungkin memang pada dasarnya Mitha-lah yang baru sadar kalau Erland memakai kalung.

"Udah lama," jawab Erland singkat, dia kembali fokus pada ponselnya untuk bermain game yang sedang booming saat ini. Yang jelas Mitha tidak tau apa itu, karena dia tidak suka bermain game.

"Kok gue gak tau?" Mitha kembali bertanya, kemudian dia merebahkan tubuhnya di kasur empuk milik Erland sembari menatap plafon kamar Erland yang polos tanpa warna.

"Karena lo gak peka," sahut Erland.

"Sialan!" Mitha menimpuk Erland dengan bantal yang ada di dekatnya, namun sayangnya Erland berhasil menghindar.

"Lagian elo sih, Mit, rempong amat cuman gara-gara kalung ginian."

"Buset dah, gitu amat lo kalo ama gue, Lan. Kalau misalnya itu kalung biasa gue juga gak bakal nanya kali sama lo, masalahnya gue kayak pernah liat tuh kalung, tapi di mana yah?" Mitha mengetukkan jari telunjuknya di dagu, seolah sedang memikirkan sesuatu.

Kali ini Erland-lah yang menatap Mitha dengan mata memicing. "Maksud lo?"

"Aha! Gue inget sekarang, itu kan kalungnya Nada. Kok bisa sama lo?" tanya Mitha dengan raut wajah curiga.

Erland jadi kelabakan sendiri, tapi dia berusaha menyembunyikan salting-nya itu dengan kembali fokus menatap layar ponselnya yang menampilkan fotonya bersama Nada di panti beberapa waktu yang lalu. Sial! Erland bahkan lupa kalau dirinya belum sempat mengganti wallpaper ponselnya itu. Buru-buru Erland mematikan ponselnya hingga kini layar benda pipih itu hanya menyisakan warna hitam.

Namun sayang, gerakan Erland kalah cepat dari Mitha yang sudah terlanjur melihat foto wallpaper tersebut. "Ciee... Erland... ternyata lo diem-diem nyimpen foto sahabat gue juga, ya?" goda Mitha, membuat Erland langsung mendelik padanya.

"Ish! Lo berisik banget dah! Udah pulang aja sono, bikin ribut aja!"

"Gak mau! Terserah gue dong mau gimana. mau gue pulang kek, nginep kek, itu terserah gue!" Mitha menjulurkan lidahnya, kemudian melangkah keluar kamar Erland menuju ke dapur. Saatnya berburu camilan!

My Romantis Bad Boy [Lengkap] (tapi Masih Revisi)✅Where stories live. Discover now