BAB 4 [Rahasia yang Terbongkar]

33.6K 2.6K 571
                                    

Absen dulu dong yang baca siapa aja?!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Absen dulu dong yang baca siapa aja?!

Boom komen jangan lupa!

Hiruk pikuk keramaian memenuhi arena lapangan basket GOR. Tadi sehabis sarapan Kenno memanggil semua antek-anteknya untuk datang menyusul. Betapa kagetnya Yumna ketika segerombol laki-laki heboh dan onar itu berdatangan. Lebih kaget lagi Kahfi yang terpergok sahabat-sahabatnya seakan tersangka. Dan seperti biasa, mulut sahabat-sahabatnya itu tidak bisa diam. Terus saja berceloteh menanyakan ini dan itu. Bahkan hingga hal-hal privasi. Dalam hati Kahfi mencak-mencak sendiri. Dasar para manusia kepo. Kalau mereka ingin tahu, kenapa mereka tidak cari tahu sendiri, sih?

Kahfi menggelengkan kepala. Ah, tidak. Maksudnya, kalau mereka ingin tahu hal-hal yang membuat mereka penasaran itu, kenapa tidak mereka saja yang menikah?

Bahkan hingga mereka sampai ke lapangan depan arena gedung rektorat untuk melanjutkan olahraga pagi, kelima mulut itu masih sibuk melempar pertanyaan aneh. Rasanya membuat telinga Kahfi panas. Ingin menyumpal mulut mereka satu per satu. Perlahan diliriknya Bika dan Yumna yang asyik duduk di bawah pohon rindang. Tengah menonton mereka bermain basket.

"Jadi, gimana?" ini suara Uzan. "Pak, are you make an awesome night with your wifey?

"Halah... mingkem, lo! Nggak usah sok inggris! Nggak bener itu bahasa inggris lo!" sindir Kenno sambil lalu merebut bola dari Kahfi dan menjebol ke ring dengan mudah.

Kahfi sendiri terlalu panik. Jadi, tidak bisa berbuat apa-apa saat bola oren itu direbut dari tangannya. Padahal biasanya dia akan mudah melawan Kenno yang nol besar dalam hal basket. Bahkan hanya tahu dasar-dasarnya saja. Sekarang skor Kenno unggul.

"Jan, pepet terus. Biar gue bisa menang!" Kenno berseru lagi.

"Eh, bangsul! Gue kan lawan lo!" Uzan menepuk dahi frustasi. "Udahan, dah, main bolanya. Gue lebih penasaran sama Pak Ustadz. Sok atuh, share kita-kita."

Kahfi bergidik ngeri melihat teman-temannya. "Apanya yang di-share?"

"Ilmu yang lo pakai."

Kahfi melotot. "Ya Allah, ilmu apa? Ilmu Ekonomi makul kita?"

"Eh, anjer, awas ya lo bahas-bahas ekonomi lagi! Ini tuh lagi libur, bok. Mbok ya bahas yang lain gitu loh, cyn." Dewo mencak-mencak sendiri. "Gue ini lagi mau refreshing. Capek belajar mulu. Jadi, jangan ganggu beberapa hari ini karena gue mau fokus travelling ke Aussie."

"Cih, sekali-kali ajakin kita juga napa ke Aussie-nya?" Kenno bergabung lagi. Sudah duduk dengan sebotol air dingin. "Bagian kita-kita mah cuma tempat pamer dan bersongong ria."

"Eh, lo ntu ya, Tong. Gue udah sering beliin lo oleh-oleh. Masih aja ya lo nggak terima. Mau lo apa sih, cyn?"

Hanif geleng-geleng kepala. "Wo, diem dulu ngapa?! Gue kan juga mau dengerin Pak Ustadz. Bener kata Ujan, kita harus dengerin cerita dia. Lo pamernya tahan dulu, ngapa?!" Hanif melirik Uzan yang langsung mendapat anggukan. "Jadi, ayo cerita, Pak. Kepo, nih, aing."

Kahfi dan Yumna 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang