06 » The Attack

797 48 3
                                    

Selama perjalanan, aku tak terlalu banyak mengobrol dengan yang lain. Aku hanya akan mengeluarkan suara jika ada pertanyaan yang ditujukan padaku, atau saat Sakura atau Sasuke membuatku kesal.

Aku masih tidak bisa berhenti berpikir tentang apa yang akan terjadi nantinya. Menghadapi Zabuza dan Haku. Itu adalah hal yang sulit, meski begitu Naruto tetap bisa melewatinya.

Tapi aku bukan Naruto. Aku bukanlah si tokoh utama dengan semua tekad dan kepercayaan dirinya. Aku bukanlah si Jinchūriki kyūbi yang mempunyai masa kecil tidak menyenangkan namun masih tetap positive. Aku bukanlah si anak yang diramalkan akan membawa dunia Shinobi kedalam perubahan yang lebih baik. Aku juga bukanlah reinkarnasi dari jiwa Ashura maupun pewaris dari Rikūdo Sannin.

Aku hanyalah gadis 17 tahun pecinta anime dan kpop yang terbiasa untuk bermalas malasan di akhir pekan dan menonton jalan kehidupan dari orang orang yang sekarang disekitarku. Aku hanyalah gadis 17 tahun yang terbiasa hidup santai dan tak pernah menghadapi bahaya yang mengancam nyawa. Dan aku hanyalah gadis pecinta estetika yang mati di tabrak Truk Ikan dengan sangat tidak etis, bukan prajurit atau apa. Bagaimana aku menghadapi ini?

Dan seakan takdir mengejekku, aku menemukan kubangan air keramat yang sangat tidak ber-estetika berada 8 meter didepan Sakura. Hebat sekali.

Apa yang harus ku lakukan?

Aku melirik ke arah kubangan, ke arah Kakashi, ke arah kubangan, lalu kembali ke arah Kakashi. Cyclop itu pasti sudah tahu.

Aku menatap Sakura dan Sasuke dengan menggigit ibu jari. Apakah aku harus memperingati mereka berdua? Ataukah aku hanya diam saja?

"Kau tampak diam selama perjalanan, Naruto-chan," suara Kakashi memasuki pendengaran ku. "Kau baik baik saja?"

"Yeah, jangan khawatir, 'Kashi-sensei." Jawabku, masih menempatkan ibu jari ku di depan bibir. "Aku hanya merasa aneh saja. Dan tolong jangan panggil aku 'Naruto-chan'."

"Mm? Memangnya kenapa dengan Naruto-chan?" Kakashi bertanya. Aku dapat menemukan sedikit nada jahil di suaranya.

"Kau bahkan memanggil Sasuke dan Sakura tanpa suffix!"

"Apa bedanya?"

"Tentu saja berbeda!"

Pemberian suffix adalah hal yang sangat sangat umum di Jepang. San dipakai untuk orang asing atau orang yang tidak terlalu dekat dengan kita. Kun biasanya dipakai untuk laki laki yang dianggap lebih dari si pemanggil, meski terkadang bisa dipakai untuk perempuan juga. Chan dipakai untuk perempuan atau anak kecil, suffix ini adalah versi imut dari San. Naruto dalam anime memakai suffix ini untuk Sakura.

Tapi meskipun suffix chan adalah untuk keimutan, pemberian suffix berarti masih ada jarak kecanggungan diantara hubungan dibandingkan tanpa pemberian suffix.

Atau itulah yang ada dalam pendapatku tentang sebuah suffix.

"Jadi, kau ingin aku untuk menghilangkan 'chan' dalam namamu?"

"Ya!" Aku menjawab dengan kesal. "Kau bisa berikan itu pada Sakura daripada aku!"

"Mm... aku pikir tidak. Aku merasa kau lebih—"

Apapun yang Kakashi ingin katakan tidak dapat ia selesaikan. Karena tiba tiba ada rantai yang mengikatnya lalu membuatnya hancur menjadi kepingan dalam sekejap mata.

Itu bukan dia, aku tau. Tenanglah. Demon brothers muncul, dan ini saatnya mengambil tindakan daripada diam seperti batu.

Terdengar suara KLANG dan aku melihat Sasuke melempar shūriken untuk mengunci rantai yang di gunakan Demon Brothers di batang pohon. Aku refleks melempar kunai untuk memperkuat nya.

To Be Naruto [DISCONTINUED]Where stories live. Discover now