07 » Training and Pain

745 50 14
                                    

Aku memperhatikan Kakashi yang tertidur di futon dengan damai. Kotak pertolongan pertama terbuka di sebelahku. Aku sengaja membawanya karena aku tahu pasti akan ada yang terluka dalam misi ini. Tapi ternyata tidak berguna juga pada Kakashi, karena jika aku ingin memeriksanya, aku harus melihat seluruh tubuhnya yang itu berarti aku harus melepas masker nya. Dan aku tidak mau karena itu salah satu pelanggaran privasi.

Dengan lembut aku menyeka gel pendingin di dahi Kakashi, lalu menggantinya dengan yang baru. Tanganku beralih dari dahi menuju ke rambut perak yang menantang gravitasi itu.

Yang mengejutkannya, mereka lembut. Aneh! Sungguh aneh! Dan sangat tidak adil. Bahkan rambutku dulu tidak selembut ini...! Bagaimana mungkin rambut yang tak mau turun ini ternyata lembut begini?

Aku terus menerus memainkan rambut Kakashi, sampai kelopak mata Cyclop itu bergerak gerak.

"Kashi-sensei!" Aku dengan ceria menyambut nya ke alam sadar. Awalnya Kakashi agak terdisorientasi, lalu mulai terbiasa saat melihatku.

"Ugh, Naruto..." dia mencoba bangun, tapi aku langsung menahannya.

"Kau tidak boleh memaksakan diri dulu, sensei! Kau harus banyak istirahat!" Aku memarahinya dan memaksanya untuk kembali berbaring di futon.

Suara kerasku sepertinya berhasil mengundang yang lain. Karena Sasuke dan Sakura langsung memasuki ruangan untuk melihat Kakashi.

"Kau sudah bangun, sensei." Kata Sakura dengan lega. Dia menghembuskan napasnya dengan ekspresi puas. "Sharingan adalah hal yang menakjubkan. Tapi jika jadinya seperti ini, aku tidak tahu apakah itu baik atau buruk."

"Maaf semua..." Kata Kakashi.

"Kau tahu, sensei," kataku, memulai sebuah topik yang baru. "Aku merasa aneh dengan hunter-nin itu,"

"Dan apa itu, Naruto-chan?" Mata arang Kakashi menatapku.

"Ku pikir, hunter-nin itu agak aneh. Cara dia mengambil mayat Zabuza dengan hati hati, itu aneh." Ya, hanya itu yang dapat aku katakan. Itu aneh.

"Kau benar, Naruto. Hunter-nin hanya butuh kepala untuk pembuktian ke Desa mereka kalau mereka telah mengeliminasi target." Kakashi bergumam dengan wajah berpikir. "Juga, senjata yang dia pakai perlu dipertanyakan."

"Itu hanya senbon..." Sasuke berhenti sejenak, lalu kedua mata nya melebar, menyadari sesuatu. "Apa itu berarti..."

"... Zabuza masih hidup?" Sakura melanjutkan perkataan Sasuke, dan dia membeku karena apa yang dia katakan sendiri. "Tapi kau sudah mengecek nya sendiri, sensei! Bagaimana bisa!?"

"Senbon, jika digunakan dengan benar, akan dengan mudah menempatkan seseorang dalam keadaan hampir mati." Kakashi menjelaskan dengan tenang. "Pertama, dia membawa mayat Zabuza meskipun sudah jelas Zabuza lebih berat darinya. Kedua, dia menggunakan senjata dengan tingkat kefatalan yang rendah. Dari dua point itu, dapat dipastikan tujuan ninja itu adalah untuk membantu Zabuza, bukan membunuhnya."

Aku menghela napas kuat dan lelah. Aku sudah tahu itu, tapi memikirkan akan menghadapi Zabuza lagi, ditambah Haku, membuat tubuhku menangis sedih. "Jadi apa yang kau rencanakan untuk kami, sensei?"

"Senang kau bertanya, Naruto." Kakashi tersenyum. Sasuke dan Sakura mendekat ke arah Kakashi. "Aku akan memberitahu kalian apa itu..."

Mereka berdua mendekat lebih lagi.

"... besok."

Dan kedua suami-istri masa depan itu mendengus kesal, sedangkan Kakashi terkekeh karena terhibur.

Meh, Cyclop itu suka sekali kalau mengacau dengan kami.

  
»»»

  
Keesokan harinya, Kakashi membawa kami bertiga ke hutan terdekat untuk menjelaskan latihan apa yang akan kami lalui.

To Be Naruto [DISCONTINUED]Where stories live. Discover now