Bertemu lagi?

417 13 0
                                    

Malam pun tiba. Mey sudah siap untuk pergi ke acara makan orang tuanya. Ia menggunakan dress selutut berwarna orange tanpa lengan, membuat Mey semakin terlihat manis. Mey juga hanya memoles wajahnya dengan make up tipis agar tak terlihat menor. Setelah siap, ia pun turun dari kamarnya. 

Kedua orang tuanya sudah menunggu di ruang tengah sejak tadi. Melihat Mey sudah turun, Irma pun berdiri dan mendekati Mey. "Wahh, anak mama cantik banget sih." pujinya. Mey hanya tersenyum. "Yuk berangkat!" ajak Rudi, papa Mey. Mereka bertiga melangkah menuju mobil. 

Hanya butuh 30 menit untuk sampai di restoran, tempat Papa dan Om Irwan janjian makan. Rudi duduk di salah satu meja yang sudah ia pesan, di ikuti Mey dan Irma. Sembari menunggu, Mey sibuk membolak balikan buku daftar menu, lalu menyebutkannya pada pelayan. 

Beberapa menit kemudian, Irwan datang bersama dengan anaknya.  "Wah maaf Rudi, saya datang agak terlambat. Maklum jalanan agak macet" kata Irwan yang di sambut pelukan oleh papa. Juga menyalami mama dan aku . "Ahh, gak apa - apa. Kami juga baru sampai" sahut papa. Mata Mey terpaku pada seorang pria di belakang Irwan. "Oh ya, kenalkan ini anakku Dirga" kata Irwan memperkenalkan Dirga pada orang tua Mey. Tentu saja Dirga juga terkejut melihat Mey ada disini. 

"Dirga?"

"Mey?"

Dirga dan Mey saling pandang, terkejut. "Wah kalian saling kenal rupanya?" tanya Rudi seraya tersenyum lebar. "Kita juga baru kenal kok Om." jawab Dirga. Rudi dan Irwan pun tertawa. "Jadi tadi yang anterin kamu pulang itu Dirga?" tanya Irma menggoda Mey. Mey melotot kearah mamanya. Wajahnya memerah karna malu. Dirga hanya tersenyum.  "Wahh, sampai antar anak gadis pulang segala Ga" goda Irwan pada anaknya. "Apa sih pa" protes Dirga. Dirga kemudian duduk di sebelah Mey. Acara makan pun berlangsung dengan lancar. Sesekali para orang tua menggoda Mey dan Dirga. Apalagi Irma, yang sedari tadi terus saja mengait - ngaitkan Dirga dengan Mey. 

****

Dirga menghampiri Mey yang tengah duduk di taman dekat restoran. Orang tua mereka tengah berbincang tentang bisnis. Dan itu membuat Mey juga Dirga bosan. "Gak nyangka ya ketemu loe disini" ucap Dirga. Mey menoleh. Mendapati Dirga telah duduk di sampingnya. "Iya, gue juga" sahutnya.  Mereka saling terdiam membuat suasana menjadi amat canggung. "Nyokap loe kenapa gak ikut?" tanya Mey. Dirga melirik Mey sekilas. Lalu kembali menatap langit yang penuh bintang. "Nyokap gue udah disana" jawab Dirga sembari menunjuk satu bintang yang terlihat terang. Mey terperangah. Ada rasa bersalah dalam hatinya. "Sorry__" serunya.

"Gak apa - apa kok. Loe gak salah" jawab Dirga lirih. Mey menatap Dirga sendu. Pasti sedih banget ketika orang yang kita cintai meninggalkan kita. Sama halnya ketika Gilang meninggalkannya tanpa kabar. Menyisakan kenangan yang menyakitkan untuk Mey lupakan. Dirga mengibas - ngibaskan tangannya di depan wajah Mey membuat Mey sadar dari lamunannya. "Loe kenapa?" tanya Dirga cemas. "Gak apa - apa. Gue cuma ngantuk aja." jawab Mey cepat. Dirga melirik jam tangannya. Jam 10.03. Sudah malam ternyata. 

"Gue anter pulang aja ya?"

"Ehh, gak usah. Gue nunggu nyokap bokap gue aja."

Dirga menghela nafas. "Ini udah malem Mey, lagian mereka pasti lama. Udah, mending pulang sama gue deh." Mey pun mengangguk. Ia mengikuti Dirga menuju parkiran. Mereka pun pulang meninggalkan restaurant. 

Tak banyak percakapan yang terjadi di antara mereka. Suasana dalam mobil jadi sepi. Mey sibuk dengan pikirannya tentang Gilang. Sementara Dirga sibuk menyetir mobilnya. Hingga mereka sampai di depan rumah Mey. "Thank ya Ga, udah 2 kali loe anterin gue pulang" ucap Mey. "Santai aja lagi." jawab Dirga. Mey tersenyum lalu turun dari mobil Dirga. Mey kemudian melambaikan tangan pada Dirga lalu masuk kedalam rumahnya. 

Dirga menatap sosok Mey yang kini sudah berjalan menuju pintu rumahnya. Ia tersenyum. Entah karna apa. Tapi Satu yang membuatnya penasaran, kenapa wajah Mey selalu terlihat muram? Apa ia sedang ada masalah? Pertanyaan itu terus saja memenuhi kepala Dirga. Ada  keinginan yang memberontak dalam dirinya. Ia ingin mengenal Mey lebih dekat lagi. Lama ia terdiam dan dia baru sadar bahwa mobinya masih terpakir rapi di depan rumah Mey. Dirga lalu melajukan mobilnya meninggalkan rumah Mey. 

****

Senin oh senin. Hari yang paling panjang bagi Mey. Ia harus segera bersiap untuk ke kampus. Dan ya, hari ini juga ia harus menyiapkan tugas presentasinya. Huh, sungguh melelahkan. Mey turun dari kamar setelah ia selesai berdandan. Di meja makan, mama dan papanya sudah menunggu untuk sarapan. "Mey sarapan dulu!" ajak Irma. Mey pun patuh dan duduk di sebelah mamanya. Mey mulai mengolesi rotinya dengan nutella favoritnya. 

"Gimana kuliahmu Mey?" tanya Rudi. 
"Baik kok pa." jawab Mey sekenanya. Mey mulai melahap rotinya pelan. 
"Oh ya, Dirga orangnya baik ya pa" kata Irma kemudian. Mey sejenak berhenti mengunyah. Ia menatap mamanya heran. Lalu mencoba untuk mengacuhkan ucapan Irma. 
"Iya ma, ddikannya Irwan emang keras banget. Sejak mamanya Dirga meninggal, Irwan berusaha menjadi sosok ibu dan ayah untuk Dirga" jelas Rudi. Mey hanya mendengarkan tanpa memberi komentar apa pun. 
Berarti Dirga udah gak punya mama?" tanya Irma semakin penasaran. "Iya Ma, meninggal karna sakit jantung sewaktu Dirga masih SMP" jawab Rudi. 
"Kasihan Dirga" ucap Irma lirih. Irma melirik Mey sekilas yang tak berkomentar apa pun. Ia berdecak kesal."Coba aja Dirga sama Mey pacaran ya" celetuk Irma. Sontak membuat Mey tersedak. "Uhuk...uhukkk."

"ya ampun Mey, makannya pelan - pelan. Nih, minum susunya dulu." Mey meraih susu yang diserahkan mamanya, meneguknya hingga tandas. 

Mendengar suara klakson mobil Siska, Mey pun berdiri. "Ma, Pa, Mey berangkat dulu ya. Siska udah jemput tuh." pamit Mey.
"Hati - hati Mey" ucap Rudi. Mey mencium punggung tangan mama dan papanya bergiliran. 
"Hati - hati sayang" sahut Irma. Mey pun bergegas menghampiri Siska. 

"Gila nyokap gue. Topiknya pagi ini bikin gue bete" cicit Mey ketika ia sudah berada dalam mobil Siska. 
"Kenapa nyokap loe?" tanya Siska penasaran.
"Masa iya pagi - pagi udah ngomongin si Dirga. Bete banget deh" jawab Mey. Siska terkekeh. Kemarin Mey sudah bercerita padanya tentang pertemuannya yang tak sengaja dengan Dirga di toko buku. Serta acara makan keluarganya yang ternyata anak teman papanya itu Dirga. 
"Loe kok malah ketawa sih?" tanya Mey kesal. 
"Ya abisnya loe lucu deh Mey. Nyokap loe bawa - bawa soal Dirga tapi kenapa loe yang bete?"

"Ya masalahnya nyokap gue pakek Menghubung - hubungkan Dirga sama gue. Jelas dong gue bete."

Siska hanya ber - Oh saja. "Gue jadi penasaran sama si Dirga itu."
"Iya nanti kalo ketemu gue kenalin deh." Siska hanya mengangguk. "Tapi kayaknya dia itu takdir loe Mey." celetuk Siska tiba - tiba. Mey mengerutkan dahinya. "Maksud loe?" tanya Mey.

"Ya bisa aja kan. Nih ya, menurut film yang gue tonton kalo cowok sama cewek bertemu tanpa sengaja dua kali itu artinya mereka di takdirkan bersama." jelas Siska. Mey tertawa. "Loe kebanyakan nonton film Sis." ledek Mey. Siska berdecak kesal. "Gue serius kali Mey." balas Siska. Mey hanya terkekeh. 

"Loe mau taruhan?" tanya Siska kemudian. Mey mengerutkan keningnya. "Taruhan? Taruhan apa?" Mey balik bertanya. Siska tersenyum penuh curiga, membuat Mey bergidik ngeri. 
"Kalo hari ini kita gak sengaja ketemu sama si Dirga itu, brarti yang gue bilang tadi itu bener dan loe harus traktir gue selama 2 hari, Gimana?" tannya Siska antusias. Mey menghela nafas lega. Mana mungkin ia akan bertemu Dirga hari ini? Ia akan sibuk kuliah. Ada - ada saja si Siska ini. Mey pun mengangguk setuju. "Ok" jawabnya mantap seraya tersenyum. Tanpa sadar mereka telah sampai di depan gerbang kampus. Siska pun membelok mobilnya menuju parkiran. 


Wah wah.. kira - kira Mey kalah taruhan gak ya?
Jangan lupa vote and comment ya!

Terimakasih!

IN MEMORY ( Lengkap )Where stories live. Discover now