Perpisahan

235 9 0
                                    

 Mey baru saja mendapat pesan dari Dirga. Ia ingin bertemu dengan Mey di taman dekat danau. Dirga tak mengatakan apapun selain meminta Mey menemuinya. Akhirnya Mey pun pergi kesana dengan memesan taksi. Tentu saja Mey sangat gugup. Jantungnya berdegup dengan sangat kencang. Mey berfikir ini saatnya ia untuk memperbaiki semuanya. 

Tak berselang lama, ia pun sampai. Mey mengedarkan pandangan, mencari sosok Dirga. Terlihat Dirga tengah berdiri di tepi danau membelakanginya. Mey pun menghampiri Dirga. "Dirga" panggil Mey ragu. Dirga pun menoleh. Namun tatapannya begitu sendu. Dirga hanya tersenyum tipis. Betapa Mey sangat merindukan sosoknya saat ini. Ia merasa senang ketika masih bisa bertemu dengan Dirga saat ini. 

Mey berjalan mendekat hingga ia kini telah berada di hadapan Dirga. Mey berusaha untuk bersikap biasa saja namun ia malah terlihat canggung. "Kamu udah lama nunggunya ya?" tanya Mey sekedar berbasa - basi. Tak menjawab, Dirga malah menarik Mey kedalam pelukannya. Mey terkesiap. Namun ia akhirnya membalas pelukan Dirga. Mey benar - benar merindukan pelukan Dirga saat ini, yang selalu mampu membuatnya merasa nyaman dan tenang. 

Lama mereka saling berpelukan. Dirga pun melepaskan pelukan mereka. "Maaf Mey, kita putus aja" ucap Dirga. Mey membelalak tak percaya dengan yang barusan ia dengar. Dirga menunduk. Ia tak kuasa melihat wajah Mey saat ini. Ia benar - benar harus rela melepaskan wanita yang sangat ia cintai itu. Tanpa terasa bulir air mata jatuh membasahi pipi Mey. Ia tak mampu mengatakan apa pun. Dadanya terasa sesak saat ini. 

"Aku berharap kamu bisa bahagia sama Gilang" ucap Dirga lirih. Bukan ini yang Mey inginkan. Mey hanya ingin memperbaiki hubungan mereka. Mey tak ingin berpisah dengan Dirga. Namun Dirga malah memutuskan hubungan mereka. "Dirga, kamu gak serius kan?" tanya Mey meyakinkan. Suaranya mulai serak akibat tangis yang ia tahan. 

"Untuk apa kita lanjutin hubungan kalo kamu sendiri gak bisa lupain masa lalu kamu. Mungkin ini yang terbaik buat kita." ucap Dirga. Ia kembali memutar tubuhnya menghadap danau, seakan danau lebih menarik baginya saat ini. 

"Ga, kita bisa omongin ini baik - baik. Please, aku gak mau putus dari kamu" ucap Mey sembari menangis. 

Dirga menoleh ke arah Mey. "Apa yang mesti di perbaikin lagi. Yang kamu harapkan selama ini bukan aku. Tapi Gilang."

Mey menggeleng kuat. "Kamu salah paham."

"Salah paham? Kamu bilang aku salah paham, setelah aku liat kamu belain dia. Terus kamu jalan sama dia. Bahkan kamu gak ingat sama aku, Mey. Kamu ngejauh dari aku. Itu bukan salah paham lagi. Dia bisa jadi sesuatu yang bikin kamu lupain aku. Dan aku sadar, aku bukan apa - apa di banding dia" 

Mey terdiam. Ia hanya mampu menangis. Mey sadar ini semua salahnya. Ia telah mengecewakan Dirga selama ini. Mey merasa sangat bodoh karna telah menyakiti Dirga. Tapi ia benar - benar tak ingin hubungan mereka berakhir. "Dirga__"

"Kamu gak usah ngomong apa - apa lagi. Jaga diri kamu baik - baik Mey." ucap Dirga lantas berlalu meninggalkan Mey sendiri. 

"Dirga!!" teriak Mey. Namun Dirga tak menghiraukan panggilan Mey. Tiba - tiba hujan kembali turun dengan deras, seakan ikut bersedih karna perpisahan mereka. Mey hanya bisa menagis melihat punggung Dirga yang kian menghilang di balik mobilnya. 

****

"Dirga mutusin loe?" Siska begitu terkejut mendengar cerita Mey. Mey hanya mengangguk. Tatapannya begitu kosong. Siska memeluk sahabatnya itu. "Sabar ya Mey" ucap Siska. Mey kembali terisak di pelukan sahabatnya itu. Kini Mey baru sadar bahwa kehadiran Dirga begitu berarti baginya. Mey merasa kosong sejak Dirga mengucapkan kata "putus " padanya. Mey masih bisa merasakan pelukan Dirga yang penuh sayang padanya. Rasanya ia tak ingin percaya bahwa hubungan mereka telah berakhir sekarang.

IN MEMORY ( Lengkap )Where stories live. Discover now