Aku Rindu Kamu

224 8 0
                                    

Mey dan Siska sedang menikmati jam istirahatnya di kantin. Tentu saja hari yang begitu melelahkan bagi mereka. Mengingat banyak tugas yang mulai menumpuk. Terutama Mey, di antara banyak tugas yang harus ia kerjakan. Ia juga sedang menata hatinya yang masih hancur karna putus dari Dirga. Mey tak membenci Dirga, karna ia sadar bahwa ini memang salahnya. Dan Dirga berhak untuk mengakhiri hubungan mereka. 

"Ehh, gue denger si Dirga udah mulai kuliah lagi ya?" tanya Siska di sela - sela makan mereka. Mey menatap Siska, ia ragu untuk menjawab karna ia dan Dirga sudah lama tak saling berkabar. Bahkan terakhir mereka bertemu pada saat hari pertunangan Gilang seminggu yang lalu. Di acara itu pun Mey dan Dirga tak banyak berbincang. 

Siska menepuk tangan Mey yang sedari tadi hanya terdiam dan tak menanggapinya. Mey pun tersentak. "Loe kenapa Mey?" tanya Siska khawatir. Mey menggeleng. Siska menatap Mey bingung. 

"Loe belum baikan sama Dirga? Bukannya pas acara pertuangan Gilang loe sempat ngobrol sama dia?" tanya Siska. 

Mey menghela nafas. "Kita gak ngobrol banyak. Gue sama dia juga udah gak saling kontak - kontakan lagi habis putus kemarin" jawab Mey lirih. 

"Ya ampun Mey, gue fikir kalian udah baikan"

Mey menggeleng. "Ya, wajarlah dia masih marah sama gue. Gue udah ngecewain dia kan?"

"Tapi itu bukan salah loe juga. Loe cuma lagi bingung aja sama perasaan loe waktu itu. Lagian loe juga udah minta maaf"

Mey tersenyum tipis lantas menyeruput jus jeruk yang ia pesan. "Apa jangan - jangan Dirga udah punya pacar kali waktu dia di Bali ya" celetuk Siska. Mey lantas tersedak. "Uhukkk.. uhukk"

Siska segera menepuk - nepuk punggung Mey pelan. "Aduh Mey, loe minumnya pelan - pelan aja kali" ucap Siska cemas. Mey mengusap mulutnya dengan tisu. Ia jadi memikirkan ucapan Siska tadi. Apa mungkin Dirga benar - benar telah mendapakan pengganti dirinya? Entah bagaimana Mey harus menjalani hidupnya jika memang kenyataan itu benar. Mey tak akan sanggup menerimanya. 

***

Mey dan Siska sedang berjalan menuju kelasnya. Sedari tadi Siska terus mengoceh, namun Mey tak mendengarkannya. Ia sibuk dengan fikirannya sendiri. Mey terus saja kepikiran oleh perkataan Siska sewaktu di kantin tadi. Tiba - tiba seseorang menabraknya dari belakang, membuat buku - buku yang sedari tadi ia pegang terjatuh. Nyaris saja ia tersungkur, namun tangan seseorang menahan tubuhnya. Mey menatap kedua manik yang indah itu. "Dirga" seru Mey nyaris tak terdengar. 

Pandangan mereka bertemu. Mengisyaratkan pada sebuah kerinduan yang selama ini terpendam untuk segera meronta. Kerinduan yang tak pernah terobati hingga kini. Persekian detik mereka saling bertatapan penuh haru. Hingga suara dehaman Siska membuyarkan lamunan mereka. 

Mey dan Dirga tersentak. Lantas Dirga membantu Mey berdiri. "Duhh, berasa lagi nonton film romeo dan juliet yang lagi dansa aja" goda Siska. Mey segera memukul lengan Siska, membuat Siska mengatupkan bibirnya. Kecanggungan antara mereka pun terjadi. 

"Sorry, gue gak sengaja tadi" ucap Dirga. 

Mey tersenyum. "Gak apa - apa kok." sahut Mey. Mey lantas memungut bukunya yang berserakan, dan tentu saja Dirga segera membantu. 

"Ini buku kamu" ucap Dirga seraya mengulurkan sebuah buku. Mey pun meraih buku itu. "Makasih" ucapnya lembut. Dirga hanya membalas dengan senyuman. Siska yang geram melihat ketidak pekaan tentang perasaan mereka satu sama lain, lantas berdeham lagi. 

"Mau sampai kapan liat - liatan sama saling senyum - senyum gitu. Kayak  si bisu sama si tuli aja" celetuk Siska. 

"Ssssttt, apaan sih !" sergah Mey. Siska hanya terkekeh. 

"Kalo gitu gue ke kelas dulu ya" pamit Dirga. Mey hanya tersenyum dan mengangguk. Dirga pun berlalu meninggalkan Mey dan Siska. Sesekali Dirga menoleh ke arah Mey, yang di balas Mey oleh senyuman. 

Siska menyenggol bahu Mey. "Hemmm, kayaknya bakalan ada yang CLBK nih" goda Siska. Wajah Mey merona. "Apaan coba." protes Mey malu - malu. Namun jauh di lubuk hatinya, ia berharap agar Dirga bisa kembali lagi padanya. Ia masih sangat mencintai Dirga. 

****

Mey berjalan menyusuri danau, tempat yang dulu menjadi saksi kisah cintanya dengan Dirga. Sudah lama ia tak mengunjungi tempat ini. Semenjak hubungannya dengan Dirga berakhir, Mey lebih sering menghabiskan waktunya di rumah. Mey rindu tempat ini, juga merindukan orang yang pernah mengajaknya kesini. 

"Kamu di sini?" tanya sebuah suara yang sangat Mey kenal. Mey tersentak lantas menoleh. Dirga tengah berdiri di belakangnya sembari tersenyum ke arahnya. "Dirga!" seru Mey. Dirga pun menghampiri Mey. Lantas ia duduk di bangku taman dekat danau. Mey pun ikut duduk di sebelahnya. 

"Kamu kok bisa ada disini?" tanya Mey. 

Dirga menoleh. "Aku lagi kangen mama. Kalo kamu?"

Mey gelagapan. Ia bingung harus menjawab apa. Mana mungkin ia bilang kalo ia datang kesini karna merindukan Dirga. "Ahh.. aku.. itu. Aku iseng aja kesini. Kangen sama tempat ini" jawab Mey terbata. Dirga hanya ber - Oh saja. "Aku fikir kamu ke sini karna kangen sama aku" ucap Dirga. Mey tersentak lantas menoleh ke arah Dirga. Ingin rasanya ia membenarkan ucapan Dirga. Dirga tersenyum melihat ekspresi terkejut Mey saat ini. "Tapi itu gak mungkin" tambah Dirga. 

"Itu mungkin Ga. Sangat mungkin" gumam Mey dalam hati. Namun Mey hanya mampu tersenyum tipis. Ia kembali menatap danau yang penuh dengan hamparan bunga teratai. "Kamu udah mulai kuliah lagi sekarang!?" ucap Mey, mencoba mencairkan suasana yang begitu canggung. 

Dirga mengangguk. "Aku juga harus belajar kan" sahut Dirga. Mey hanya tersenyum. "Gimana di Bali? Menyenangkan?" tanya Mey. 

"Yah, sangat menyenangkan. Ternyata emang bener kata orang bahwa Bali itu benar - benar surga dunia. Orang - orang di sana juga ramah." jawab Dirga. Mey mengangguk paham. Sebenarnya ia ingin bertanya langsung pada Dirga mengenai percakapannya tadi siang dengan Siska. Namun Mey mengurungkan niatnya. Ia tak sanggup menerima kenyataan bila Dirga mengiyakan pertanyaannya. Hatinya akan sangat hancur jika itu benar - benar terjadi. 

"Maaf" ucap Dirga. Mey menoleh sembari mengerutkan keningnya bingung. 

"Maaf? Maaf buat apa?" tanya Mey. 

"Aku sempat mikir yang tunangan sama Gilang itu kamu. Ternyata bukan" jawab Dirga.

"Emang kalo itu aku kenapa?" tanya Mey penasaran. Entah kenapa malah pertanyaan itu yang keluar dari mulutnya. Mey sempat meringis karna malu dengan mulutnya yang tak terkontrol. Dirga terlihat salah tingkah akibat pertanyaan Mey. Ia belum bisa jujur dengan perasaanya pada Mey. 

"Eumm.. Gak apa - apa sih. Aku turut seneng aja" jawab Dirga akhirnya. Mey menunduk kecewa. Bukan itu jawaban yang ia harapkan. "Tapi kenapa Gilang bisa tunangan sama cewek lain?" tanya Dirga penasaran. 

Mey tersenyum. Pertanyaan Dirga memang lucu. "Karna dia suka sama cewek itu" jawab Mey seadanya. Dirga masih belum paham. "Bukannya dia suka sama__"

Belum sempat Dirga menyelesaikan pertanyaannya, Mey telah berdiri dari tempat duduknya. "Eumm.. Sorry Ga. Aku baru ingat kalo aku ada tugas. Aku pulang duluan ya" pamit Mey. Dirga ikut berdiri. "Mau aku antar?" tawarnya. 

"Eumm.. Gak usah. Aku pulang sendiri aja" ucap Mey. Dirga hanya tersenyum dan mengangguk. Lantas Mey berlalu meninggalkan Dirga sendiri. Dirga merasa seperti orang bodoh. Mana mungkin Mey mau diantar pulang olehnya sementara hubungan mereka bukan siapa - siapa lagi. Ingin rasanya Dirga mencekal tangan Mey, lantas menariknya ke dalam pelukan Dirga saat ini. Dirga benar - benar merindukan Mey, sangat merindukannya. Andaikan kebodohannya dulu tak mendorongnya untuk mengakhiri hubungan mereka, mungkin saat ini Mey masih menjadi kekasihnya. 

"Mey, aku rindu kamu" ucap Dirga lirih seraya masih terpaku menatap punggung Mey yang kian menjauh. 


Huhuu.. Jadi baper kan?
Kenapa coba Dirga gak nembak Mey lagi.

Btw, makasih buat yang udah follo aku sama Vote dan komentnya ya!!"
I Love you All !!


IN MEMORY ( Lengkap )Where stories live. Discover now