Masih Sama

222 6 3
                                    

Mungkin ceritanya agak pendek di setiap partnya. Aku udah coba bikin yang super panjang, tapi takut gak nyambung. 
Btw,, makasih buat yang udah vote dan kasih komentar ya!!

Happy Reading!! 😘😘😘

***

Lantunan lagu "Menunggumu" dari grup band Noah mengoar di seluruh penjuru kafe yang kini Dirga datangi. Sejujurnya ia mengirim pesan pada Mey dan mengajaknya bertemu di kafe ini. Namun ia mengurungkan niatnya. Hujan di luar turun cukup deras. Membawanya kembali pada ingatan tentang kebersamaannya dengan Mey. Ketika mereka terjebak hujan di tepi danau. Dan saat itu pula Dirga mencium bibir Mey untuk pertama kalinya. Dirga tersenyum sendiri ketika mengingatnya. Mungkinkah hubungan mereka bisa kembali seperti dulu?

Suara lonceng di depan pintu kafe berbunyi, tanda bahwa ada pengunjung yang masuk. Dirga tak menghiraukannya. Ia masih setia menikmati hujan sembari menyesap coffee latte yang ia pesan sebelumnya. 

"Aku boleh duduk di sini?" tanya seseorang yang telah berdiri di sebelah Dirga. Dirga mendongak. "Mey" serunya. Mey tersenyum ke arahnya. Dirga mengucek matanya dan mengerjap beberapa kali membuat Mey menatapnya bingung. Namun tanpa mendapat persetujuan dari Dirga, ia segera menarik kursi di hadapan Dirga dan duduk. Dirga masih melongo. Tak percaya bahwa yang di depannya adalah Mey. 

"Kamu kenapa?" tanya Mey heran. Dirga tersentak. "Kamu beneran Mey?" tanya Dirga tak percaya. Mey terkekeh. 

"Iya ini aku. Emang ada orang yang punya wajah mirip kayak aku?"

Dirga hanya tersenyum. "Ya kali aja ada" jawabnya asal. Mey kembali terkekeh sembari menyesap macchiato yang ia pesan. 

"Kamu kenapa bisa ada disini?" tanya Dirga penasaran.

"Aku janjian sama Siska mau ketemu disini. Tapi katanya dia masih nganter mamanya dulu. Habis itu baru ke sini jemput aku. Kita mau nyari buku buat tugas" tutur Mey. Dirga hanya ber - Oh saja. Ponsel milik Mey berdering. Mey segera merogoh ponsel di dalam tasnya sembari meraih ponselnya. Nama Siska terpapar di layar ponsel sebagai penelpon. Mey pun menggeser tombol hijau lalu mendekatkan ponsel di telinganya. 

"Halo Sis?" sapa Mey.

"....."

"Yahh, terus gimana dong?"

"....." 

"Ok deh. Loe hati - hati ya. Bye" Mey mengakhiri obrolan mereka. 

"Kenapa? Siska gak bisa dateng?" tanya Dirga. Mey hanya mengangguk. "Katanya ban mobil dia pecah pas mau otw kesini. Trus dia lagi nunggu supirnya buat jemput." jawab Mey. 

"Terus gak jadi beli buku?" tanya Dirga. 

"Jadi. Ya terpaksa belinya sendiri" sahut Mey. Dirga terdiam sejenak. Namun akhirnya ia menawarkan diri untuk menemani Mey. 

"Ya udah aku anter"

Mey segera menggeleng. "Gak usah. Aku pergi sendiri aja"

Dirga lantas berdiri. "Udah, ayo aku anter" ucap Dirga. Mey pun ikut berdiri. Lantas tersenyum dan mengangguk. Mereka pun berjalan beriringan meninggalkan kafe. 

Hujan masih saja terus mengguyur Jakarta. Membuat jalanan jadi macet parah. Tak ada celah sedikitpun untuk melaju. Terpaksa Mey dan Dirga harus berlama - lama di jalanan. Jarak antara kafe dan toko buku yang Mey tuju memang tak terlalu jauh. Namun kemacetan yang terjadi harus membuat mereka berjam - jam untuk sampai ke toko tersebut. Sesekali Dirga mengklakson mobil - mobil di depannya dengan geram. 

"Sabar.. Namanya juga hujan. Pasti macet" ucap Mey menenangkan Dirga. Dirga hanya tersenyum. Ia harusnya mensyukuri keadaan mereka saat ini. Karna macet ini akhirnya ia bisa berlama - lama berdua di dalam mobil bersama Mey. Suasana tiba - tiba menjadi hening. Tak ada yang mau memulai pembicaraan. 

IN MEMORY ( Lengkap )Where stories live. Discover now