Aku menyukaimu

267 9 0
                                    

Dirga tengah mencari - cari sosok Mey di sekitar kampus. Namun ia tak menemukannya. Dirinya seperti seekor anak ayam yang kehilangan induknya saja. Dirga sudah bertanya kepada beberapa mahasiwa atau mahasiswi yang ia temui. Ternyata tak banyak yang mengenal Mey di kampus. "Aduh Mey mana sih?" Dirga mengacak - acak rambutnya. Apa ia sudah Gila? Dia belum melihat Mey hanya semalam saja tapi sudah seperti tak pernah bertemu dengan Mey. 

Siska memperhatikan Dirga yang sedang kebingungan mencari seseorang. Ia pun menghampiri Dirga. "Hey Dirga" Siska menepuk bahu Dirga. Dirga pun menoleh. Senyumnya mengembang. "Hey Sis, Mey kemana ya? Gue cariin gak ada" Dirga mulai bertanya tanpa jeda. Siska terkekeh. "Ya ampun, gue kira loe nyari gue" goda Siska. Dirga berdecak. "Serius Sis" ucapnya. Kini Siska tertawa. "Jangan serius - serius. Gue belum mau serius" godanya lagi. Dirga menghela nafas. Ia tak boleh kesal. 
"Loe liat Mey apa gak?" tanya Dirga lagi.
"Ya liat lah, barusan kan gue bareng dia" jawab Siska.
"Terus dia dimana?" tanya Dirga tak sabaran. 
Saat Siska hendak menjawab, Dirga teringat sesuatu yang ingin ia tanyakan pada Siska. Siska itu sahabat mey, pasti dia tau semua tentang Mey. 

"Eum Sis, gue boleh ngobrol bentar sama loe gak?" tanya Dirga.
Siska mengerutkan keningnya. "Katanya nyari Mey" celetuknya. "Iya, nanti juga ketemu sama Mey. Sekarang gue pengen nanyain sesuatu sama loe" jawab Dirga. Siska pun hanya menurut. 

Dirga dan Siska duduk di sebuah kafe dekat kampus. Dirga sengaja mengajak Siska kesini agar ia bisa lebih leluasa mengobrol dengan Siska. "Loe mau ngomong apaan sih?" tanya Siska yang sudah tak sabar. Dirga menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia bingung harus memulai dari mana. Siska menatap Dirga penasaran. "Eumm.. Sis, loe deket banget sama Mey kan?" tanya Dirga. Siska membulatkan matanya. Pertanyaan apaan nih? Semua orang juga tau Siska itu sahabat Mey. "Pertanyaan loe aneh banget" gerutu Siska. "Ya iyalah gue deket sama Mey. Kan loe tau gue sering bareng sama dia. Dan gue sama Mey itu udah temenan dari SMP" jawab Siska. 

Dirga mengangguk. Itu artinya Siska tau semua tentang Mey. Dirga berdeham. "Mey beneran udah punya pacar?" tanya Dirga akhirnya. Siska membelalakan matanya. Kenapa Dirga nanya itu ke dia? Apa Dirga udah menyatakan cinta pada Mey? "Loe udah nembak Mey? Kok gue gak tau ya? Kapan emang? Siska balik bertanya. Dirga menatap Siska bingung. "Gue gak ada nembak dia" jawab Dirga.
"Terus kenapa loe nanyak Mey beneran udah punya pacar atau belum?" tanya Siska lagi. Dirga pun menceritakan obrolannya bersama Mey sewaktu mereka di pantai. "Gue sempat nanya dia udah punya pacar apa belum. Terus dia jawab udah. Katanya pacar dia itu jauh. Dan sekarang Mey masih nunggu pacarnya pulang buat dia" jelas Dirga.

Siska menghela nafas. "Terus menurut loe gimana?" tanya Siska. Dirga menggeleng. "Gue gak tau. Tapi yang jelas gue percaya. Karna saat dia cerita soal cowok itu, ada binar kebahagiaan di raut wajahnya" jawab Dirga. "Loe suka sama ya Mey?" tanya Siska lagi. Dirga mengangguk.

"Gue suka dia semenjak gue ketemu sama dia." jawab Dirga yakin. Siska tersenyum. "Kalo loe suka sama dia, loe harus perjuangin dia" kata Siska. 
"Tapi pacar Mey?" 
"Ga, cowok itu gak serius sama Mey. Kalo dia beneran serius, dia gak bakalan nyuruh Mey nunggu tanpa kepastian" jelas Siska. Dirga tampak berfikir. 
"Gue yakin Mey juga suka sama loe. Cuma dia belum sadar sama perasaannya sendiri. Itu tugas loe buat ngeyakinin dia. Tenang aja, gue dukung loe kok" kata Siska memberi Dirga semangat. Senyum Dirga mengembang. Dia pun mengangguk semangat. Dia berjanji akan memperjuangkan cintanya.

****

Mey berusaha untuk melupakan kata - kata Siska , namun kata - kata itu masih saja terngiang - ngiang di telinga Mey. Benarkah Mey menyukai Dirga? Apa benar ia masih ragu dengan perasaannya sendiri? Saat Mey tengah melamun, seseorang menepuk bahunya dari belakang. Mey terkejut lalu menoleh. "Dirga" ucap Mey. Dirga tersenyum padanya. Entah kenapa senyum itu membuat hati Mey menghangat.

"Jangan ngelamun, entar ayam tetangga pada mati" ucap Dirga asal. Mey terkekeh. "Tapi tetangga aku gak pelihara ayam Dirga" jawab Mey. Dirga tertawa. "Oh ya, aku udahselesai baca novelnya. Nih aku balikin." kata Mey sembari menyerahkan buku novel milik Dirga. Dirga meraih buku itu. "Kok cepet? Pasti di liat - liat doang ya?" tanya Dirga meremehkan. Mey berdecak. 

"Aku beneran kok" jawab Mey.
"Masak sih?"
"Ihh, serius Dirga"
Dirga menyunggingkan senyumnya. "gue juga pengennya kita serius" Ucap Dirga. Mey terperangah namun hanya diam. Dirga yang melihat perubahan wajah Mey kemudian tertawa.  Ia mencubit pipi Mey gemas. "Sakit tau" omel Mey sembari menjauhkan tangan Dirga dari pipinya. "Makanya jangan ngelamun terus" balas Dirga. Mey memukul bahu Dirga hingga Dirga meringis. 


"Ehh, kamu liat Siska gak?" tanya Mey. Dirga tak menjawab. Ia hanya menatap Mey seraya tersenyum. kening Mey tertaut. "Kenapa? Ada yang salah ya?" tanya Mey bingung. Dirga terkekeh. "Sejak kapan loe ngomongnya pakek aku-kamu ke gue?" tanya Dirga. Mey mengatupkan kedua mulutnya. Ya ampun, ia baru sadar. Dan ternyata Dirga memperhatikan itu sejak tadi. "Eumm,, itu.. ehh maksudnya gue" Mey mulai gagap. Ia benar - benar tak tau harus bersikap apa. Dirga tertawa. "Gak apa - apa kok. Gue suka dengernya" kata Dirga sambil tersenyum. 

Jantung Mey berdetak sangat kencang. Ia ingin pingsan sekarang juga. Ribuan kupu - kupu seakan berterbangan di dalam perutnya. "Gue ke kelas dulu ya. Ntar pulang, gue anter loe" kata Dirga lalu pergi meninggalkan Mey yang masih terpaku di tempatnya. Mey menyentuh dadanya. Jantungnya masih berdebar. Apa yang membuatnya berdebar tak jelas seperti ini. Ajakan Dirga pulang bersamanya atau sikap manis Dirga padanya?  Entahlah, Mey tak menemukan jawabannya. 

"Heh Mey, kok loe diem disini?" tanya Siska seraya menepuk bahu Mey. Mey mengerjap. "Ehh.. itu.. Gue tadi nyariin loe" sahut Mey. "ya elah, gue fikir loe kesambet. Ya udah yuk ke kelas" Siska menarik tangan Mey. Mey hanya menurut saja. 

****

"Baik, pertemuan hari ini saya akhiri sampai disni. Dan ingat besok untuk mengumpul tugas kalian ya. Selamat siang!" Miss Mira mengakhiri mata kuliahnya. Semua mahasiswa bisa bernafas lega sekarang. Begitu juga dengan Siska dan Mey. Mereka telah merapikan buku - buku dan alat tulis lainnya dan bersiap untuk pulang. "Sis, loe pulang sendiri aja gak apa - apa kan?" tanya Mey pada Siska. Siska terkekeh. "Eummm,, tau deh yang mau pulang bareng ama Dirga" cibirnya. Mey terperangah. Ia jadi salah tingkah.

"Kok loe tau gue pulang sama Dirga?" tanya Mey akhirnya.
"Ya elah Mey. Kalo bukan sama Dirga terus loe mau pulang naik bemo?" 
Mey menggeleng. Benar juga. Mey tak pernah pulang dengan siapa pun selama ini selain dengan Siska. Jelas saja Siska bisa menebak. Mey nyengir kuda. Siska berdecak. "Udah sana pulang. Tuh udah di tungguin sama pangeran loe" Siska menunjuk Dirga yang telah berdiri di depan kelas Mey. Mey menoleh, dan mendapati Dirga tengah berdiri seraya melambaikan tangan padanya. 

"Kalo gitu gue pulang duluan ya!" pamit Mey. Siska tertawa lalu mengangguk. Mey menyambar tasnya lalu berlari menghampiri Dirga. "Udah selesai?" tanya Dirga. Mey hanya tersenyum dan mengangguk. "Kalo gitu ayo pulang!" ajak Dirga. Dirga meraih tangan Mey lalu menggandengnya. Mey terkejut namun hanya menurut saja. Tangan Dirga begitu hangat, membuat Mey merasa nyaman. Ia pun tersenyum kecil melihat tangannya yang kini sudah tertaut dengan tangan Dirga.

"Kita langsung pulang?" tanya Dirga ketika dia dan Mey sudah berada di dalam mobil. Mey mengerutkan keningnya. "Emang kita mau kemana lagi?" tanya Mey bingung. "Mau jalan - jalan sebentar?" tanya Dirga. Mey berfikir sejenak lalu mengangguk. Dirga pun membelokan mobilnya menuju tempat yang ingin ia kunjungi bersama Mey. 

IN MEMORY ( Lengkap )Where stories live. Discover now