Dilema

217 9 3
                                    

Mey segera mengambil kotak P3K di rumahnya. Ia lantas mengobati wajah Gilang yang babak belur. Irma memandang Gilang sinis. Irma tak tau kalo tadi terjadi pertengkaran di depan rumahnya. Dan tentu saja Irma terkejut melihat Mey membopong Gilang masuk ke dalam rumah. 

"Aww, sakit..!" rintih Gilang ketika Mey mulai membersihkan lukanya. "Manja banget sih jadi cowok. Gitu aja sakit" sindir Irma. Gilang menunduk malu. Gilang tau bahwa saat ini Irma pasti sangat membencinya karna ia telah menyia - nyiakan putri  Irma satu - satunya.  "Maa" Mey memperingati. Irma memutar bola matanya jengkel.

"Kenapa? Mama salah?" tanya Irma jengkel. Mey tak menggubris ucapan mamanya itu. "Coba aja tadi mama tau Dirga mukulin dia, pasti mama dukung" ucap Irma menggebu - gebu. "Ma, udah deh" sergah Mey. Gilang tersenyum pahit mendengar ucapan Irma. Ia memang pantas untuk di hajar seperti ini. 

"Lagian kamu Mey, ngapain juga cowok kayak dia di obatin segala. Mending kamu itu minta maaf sama Dirga. Gara - gara dia kan, Dirga jadi marah sama kamu" ucap Irma lagi.

 "Ma, cukup ma. Mama gak boleh salahin Gilang terus. Dia gak salah ma" bela Mey. 

"Gak salah? Terus dia yang dari kemarin - kemarin bikin kamu nagis  juga gak salah gitu?" sindir Irma. Mey hanya diam. Ia tak mampu melawan ucapan mamanya yang menyudutkan Gilang. Tapi semua itu memang benar. Irma menghela nafas lantas berlalu meninggalkan Mey dan juga Gilang. 

Mey menatap Gilang merasa bersalah. "Maafin mama aku ya" ucap Mey. Gilang tersenyum kecil. "Gak apa - apa. Yang mama kamu bilang tadi bener kok." sahut Gilang lirih. 

"Udah, gak usah di bahas lagi. Lagian aku juga udah maafin kamu kok" ucap Mey. Gilang kembali tersenyum mendengar ucapan Mey. Mey kembali mengobati luka Gilang. Gilang hanya terpaku menatap Mey yang dengan lembut mengobati lukanya. Tiba - tiba Gilang meraih tangan Mey lantas menarik tubuh Mey ke pelukannya. Mey terkejut. Ia mencoba menjauhkan dirinya. Namun Gilang memeluknya dengan erat. Mey pun tak mampu menolaknya. 

"Aku cinta sama kamu Mey. Aku gak bakalan sanggup liat kamu sama cowok lain. Aku gak bisa Mey" ucap Gilang lirih. Mey hanya terdiam. Air matanya kembali jatuh membasahi pipinya. Gilang melepas pelukannya. Ia menatap wajah Mey lantas menghapus air mata yang membasahi pipi Mey. Sungguh ia tak ingin melihat Mey menangis karnanya. "Kamu gak boleh nangis lagi. Aku gak mau liat kamu nangis kayak gini" ucap Dirga. Mey kembali terisak. Ia berhambur ke dalam pelukan Gilang. Gilang mengusap punggung Mey lembut. Namun hatinya kini kembali menghangat karna Mey telah memaafkannya. 

****

Mey mengajak Siska pergi ke taman dekat rumahnya. Ia ingin bercerita tentang masalah yang ia hadapi saat ini. "Kenapa sih Mey loe ngajakin gue kesini? Ada masalah apa?" tanya Siska penasaran. 

"Eumm,, Sis.. Gue... Gue udah baikan sama Gilang" ucap Mey terbata. Siska membelalakan matanya tak percaya. "Maksud loe? Loe pacaran lagi sama Gilang?" tanya Siska meyakinkan. Mey menggeleng cepat. "Bukan balikan. Dia dateng terus minta maaf sama gue. Dan.. Yahh, gue maafin dia" jawab Mey. 

Siska menghela nafas."Trus loe sama Dirga gimana?" tanya Siska lagi. Mey mengedikan bahunya. "Gue gak tau Sis, dia lagi marah sama gue" sahut Mey. Siska mengerutkan dahinya heran. "Maksudnya?" tanya Siska. Mey pun menceritakan semua kejadian yang menimpanya kemarin. 

"Gue gak tau harus gimana sekarang Sis. Gue bingung. Dirga marah banget waktu itu. Dia gak mau denger penjelasan gue. Gue mesti gimana?" Mey kembali terisak. Siska mengelus lembut lengan Mey. "Loe udah coba buat hubungin dia?" tanya Siska. Mey mengangguk. "Tapi HP nya mati." ucap Mey lirih. 

"Sekarang gue tanya sama loe. Loe masih cinta sama Gilang atau loe cinta sama Dirga?" 

Mey terdiam. Pertanyaan Siska terlalu menjebak. Mey bahkan belum memikirkannya. Ia tak tau bagaimana perasaannya terhadap Gilang dan Dirga. Ia bingung. Siska menghela nafas lagi. "Mey loe harus putusin semuanya pakek hati loe. Ingat Mey, jangan sampe loe nyesel nantinya" ucap Siska. Mey tak menjawab. Ia kembali sibuk dengan fikirannya. 

IN MEMORY ( Lengkap )Où les histoires vivent. Découvrez maintenant