1/30

720 82 7
                                    

Setitik embun menetes di sela rangka dedaunan, jatuh tepat di atas sebuah kepompong yang menempel pada sebuah ranting, bergerak-gerak pelan kala sesuatu di dalamnya mencoba untuk keluar. Mentari pagi menjadi hal pertama yang menyambutnya ketika ia berhasil menyeruak ke dunia luar.

Hangat, cahaya yang memandikan tubuhnya terasa begitu nyaman. Perlahan, sepasang sayap lemahnya merekah, menampilkan warna yang berkilat sebiru langit. Sesekali sayapnya mengepak pelan sementara tubuhnya yang masih lemah setelah berpuasa beberapa lama menyiapkan diri untuk memulai aktivitasnya kembali.

Kupu-kupu kecil menatap pantulan dirinya di atas genangan air, tersenyum tidak percaya. Hari ini, untuk kali pertama ia menatap dunia sebagai dirinya yang baru. Tidak ada lagi ulat hijau gendut yang selalu diolok-olok oleh teman-temannya.

Hari inilah segalanya baru akan dimulai. Kupu-kupu kecil benar-benar tidak sabar untuk segera bisa terbang dengan kedua sayapnya. Memperlihatkan sosok dirinya yang baru pada sahabatnya, si Semut Hitam. Memamerkan betapa menawan dirinya kini pada kumbang dan capung yang selalu mengolok-oloknya ketika masih berwujud ulat.

“Mereka semua pasti akan terkejut!” gumamnya di sela senyum yang tak juga hilang.

Selang beberapa waktu berlalu, kini sepasang sayap si Kupu-kupu kecil telah siap. Ia mengepakkannya dengan cepat beberapa kali, seiring degup tak sabar yang semakin memacu semangatnya. Namun, baru saja kaki-kakinya beranjak meninggalkan ranting, sesuatu menyambar tubuhnya.

Kemudian, segalanya menjadi gelap.

Di sisi lain ranting, seekor bunglon yang sedari tadi mengamati si Kupu-kupu kecil tersenyum puas menikmati kudapan paginya. Sepintas warna tubuhnya berubah, sebelum kembali menyamar menyamai warna batang kayu. Menunggu mangsa selanjutnya tiba.

End

Tema: Hari pertama memulai sesuatu.

Ephemeral: 30 Daily Writing Challenge NPC 2019Where stories live. Discover now