19/30

115 26 2
                                    

Napasku sesak. Aku tidak tahu ini di mana, tak ada sedikit pun cahaya untukku bisa melihat. Berusaha menggerakkan tubuh pun percuma, ruangan ini begitu sempit.

Aku meringis ketika sikuku menyenggol sesuatu dan berdenyut nyeri. Semua usaha ini rasanya sia-sia, jadi kuputuskan untuk berhenti sejenak, sembari berusaha mengingat-ingat apa yang sebenarnya terjadi.

Yang aku tahu, sebelumnya aku sedang berbaring di atas meja operasi, menjalani proses liposuction yang akhirnya bisa kudapatkan setelah sekian lama mengumpulkan uang. Namun di tengah-tengah jalannya operasi, di tengah kesadaranku yang entah bagaimana bisa kembali--kupikir dosis obat biusnya kurang, samar-samar aku mendengar obrolan orang-orang yang menanganiku.

Dokternya diganti.

Benar. Itu dia! Dokter profesional yang menanganiku diganti di tengah-tengah jalannya operasi. Bukankah ini namanya kasus malapraktik?

Lalu kenapa aku ada di sini?

Di mana ini?

Rasa takut mulai menjalar di pikiranku. Kucoba kembali menggerakkan tubuh, dan ketika lagi-lagi aku mendengar suara yang muncul oleh pergerakanku, di saat itulah aku sadar.

Ini suara kayu.

Tempat sempit ini bukanlah sebuah ruangan.

Ini peti mati.

Apakah aku sudah divonis mati dan sekarang berada dalam peti yang sudah dipendam di dalam tanah?

Takut. Aku sangat takut. Seberapa keras pun aku berteriak, seberapa kuat pun memberontak dan berusaha keluar, semuanya sia-sia. Napasku hanya menjadi semakin sesak.

Siapa pun tidak masalah. Apa pun itu, tidak masalah.

Kumohon ... tolong aku ....

Aku tidak ingin mati seperti ini.

Entah berapa lama waktu yang kuhabiskan di dalam tempat ini. Napasku begitu sesak. Tubuhku sakit dan menderita.

Aku bersumpah. Siapa pun orang yang mengetahui hal ini dan tak menolongku, akan kubuat mereka mengalami penderitaan yang lebih dibanding apa yang kurasakan.

Mereka semua.

Termasuk kau ....

End

Tema: Peti Mati

Ephemeral: 30 Daily Writing Challenge NPC 2019Where stories live. Discover now