6/30

185 38 12
                                    

"Ah, sial!"

Umpatan itu lolos dari mulut Supardi entah untuk yang keberapa kalinya dalam kurun waktu tiga jam ini.

Ini hari liburnya.

Seharusnya dia sedang bercinta dengan bantal dan kasurnya yang nyaman hingga pagi berikutnya datang. Namun yang dia lakukan sekarang? Ia malah terdampar di tempat antah-berantah dalam ruang hampa.

Mari kembali ke beberapa waktu lalu untuk mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi pada lelaki malang ini.

Itu adalah pagi yang cerah nan damai ketika suara ponsel membangunkan Supardi dari tidurnya.

Calon Mertua is calling ...

Dalam batin sembari merutuk Supardi berpikir ia harus segera mengganti nama kontak milik ayah (yang merangkap sebagai bosnya) dari mantan kekasihnya itu.

"Halo, Pak? Ada apa?" Suara lelaki itu serak terkantuk-kantuk.

"Aku punya misi khusus untukmu," suara di seberang line menjawab tanpa berbasa-basi, "titik lokasinya sudah kukirimkan, datanglah ke sana dan selamatkan Marni."

"Hah? Ada apa dengan Marni?" Supardi kembali ingin merutuk mendengar nama mantan kekasih yang belum seminggu ini putus dengannya.

Oh, benar juga, Boss kan belum tahu kalau kami sudah putus, Ia membatin.

"Dia diculik." Jawaban dari pria bernama kontak Calon Mertua itu tampaknya tak terdengar cukup mendesak bahkan untuk membuat dahi Supardi berkerut.

Supardi menyungkil sesuatu yang mengganjal dalam lubang hidungnya dengan jari kelingking. "Terus?"

"Ya kau selamatkan lah! Kau kan pacarnya!"

"Anu, Pak. Sebenarnya saya dan Marni--"

"Jangan banyak bicara lagi! Kapal untukmu sudah kusiapkan jadi segeralah kemari dan selamatkan Marni!"

Tut.

Panggilan itu diputus secara sepihak.

Kemudian sebuah pesan singkat menyusul.

"Pergilah atau gajimu bulan ini kupotong."

Supardi tersenyum hampa. "Sial."

Dan di sinilah ia sekarang. Terombang-ambing di antariksa karena Boss-nya yang salah memberikan titik lokasi, sementara bahan bakar kapal angkasanya sudah mulai kehabisan bahan bakar dan ia lupa membawa persediaan karena berangkat terburu-buru.

Yang ia tahu hanyalah, makhluk planet sebelah yang kemarin ia dapati merupakan selingkuhan Marni itu membawanya pergi dan menyekapnya untuk meminta tebusan, dengan ancaman bahwa wanita itu akan dilemparkan ke dalam lubang hitam jika ia tidak mendapatkan tebusan yang ia minta. Dan tugas Supardi adalah sebagai perantara uang tebusan itu sekaligus menjemput Marni pulang.

Sebenarnya Supardi sama sekali tidak peduli akan apa yang terjadi pada mantan kekasihnya itu. Dirinya sudah kepalang kesal. Kalau saja bukan karena gajinya yang terancam dipotong, dia tidak akan sudi melakukan ini.

Setelah memutar akal sejenak, dengan putus asa akhirnya Supardi membuka ponselnya dan mencari sebuah kontak di deretan daftar blokirnya.

Anjing Betina

Ia berharap seseorang di seberang sana mengangkat panggilannya meski dirasa sedikit mustahil.

"BEB, KAMU DI MANA SIH? TOLONGIN ELAH!" Suara memekik menembus telinga terdengar dari seberang.

Oh, diangkat juga rupanya.

"Gue nyasar nih. Lo disandera di mana, sih? Kirim lokasi yang jelas dong. Yang bokap lo kirimin ke gue tuyul banget ini," keluh Supardi malas.

"Lampu merah belok kiri abis lewat Jupiter, aku di Europa nih."

Supardi menepuk dahinya keras. "Anjir kelewatan dong! Okelah ini gue puter balik. Gih, kirim lokasi benernya. Tunggu di sana diem diem! Bilang ke setan yang nyulik elo, lo-nya jangan dimatiin dulu sebelum gue nyampe, nanti gaji gue kena potong!"

"KAMU KOK NGOMONGNY--"

Tut.

Panggilan diputus secara sepihak. Tanpa banyak oceh Supardi memutar balik kapalnya menuju lokasi baru yang muncul di notifikasinya dari ruang chat milik Anjing Betina.

Pergelutan lumayan sengit terjadi ketika sesampainya di lokasi, si penculik masih saja berusaha memutar akal agar mendapat untung lebih banyak, meski akhirnya ia mundur dan menyerah dengan sukarela ketika mendengar cerita nahas Supardi.

Syukurlah. Dengan begitu adegan perang dengan pedang-pedangan laser penuh drama tidak perlu dijelaskan di sini.

Supardi dan Marni pun berlekas kembali ke Bumi, akan tetapi, tiba-tiba saja kapal angkasa itu berhenti bergerak. Kini mereka kembali terombang-ambing di ruang hampa.

"Kenapa lagi sih?" tanya Marni.

Supardi berdecak kesal. "Bahan bakar habis. Lo dorong gih, bentar lagi juga nyampe Bumi ini."

Marni menatap tidak percaya.

".... anjir."

End

Tema: Space Opera

Ps: Udah ga usah protes. Saya tau ini ga layak baca. Yang penting tanggungan DWC saya hari ini kelar. :')

Ephemeral: 30 Daily Writing Challenge NPC 2019Where stories live. Discover now