7/30

166 36 10
                                    

Seekor merpati putih terbang rendah, mengitari rumah-rumah dan pepohonan, perlahan hinggap di dahan sebuah pohon tua di pinggir kota. Di sana, tampak seekor burung kutilang, burung kenari, dan seekor pipit kecil yang sudah menunggu kedatangannya.

“Lihat dia, menggebu-gebu sekali,” gumam Kenari ketika melihat Merpati mendekat. “Dia pasti membawa berita bagus.”

Kutilang mengangguk setuju sementara Pipit Kecil menatap lekat ke arah Merpati yang kini mendarat di dekat mereka. Kabar yang dibawa oleh burung merpati selalu menjadi topik yang menyenangkan untuk dibahas.

“Ey, Jeng! Jeng!” Belum sempurna ia mendarat, burung putih itu sudah berceloteh heboh. “Ini berita besar!”

“Ada apa?” Ketiga temannya nyaris menyahut bersamaan, tertawa kecil ketika menyadari suara mereka yang bertabrakan.

“Teman kita, si Gagak. Lama tidak terlihat, ternyata sekarang dia memulai karir sebagai penyanyi di dunia manusia!” Cerocos Merpati penuh semangat.

“APA?” Lagi-lagi ketiga burung itu menyahut bersamaan, kali ini karena mereka sama-sama terkejut mendengar kabar burung itu.

“Bagaimana bisa? Si Gagak kan suaranya cempreng serak begitu? Aku saja yang disukai manusia tidak pernah melakukannya, para manusia itu hanya membuat lagu tentangku tapi aku tidak terlibat dalam lagunya!” protes burung kutilang.

“Tapi kabar dari Merpati biasanya jarang salah,” timpal Kenari, membuat mereka saling berpandangan.

“Aku bisa menunjukkannya jika kalian tidak percaya! Ayo ikut aku ke kota.”

Setelah berkata demikian, Merpati kembali mengepakkan sayapnya dan terbang ke angkasa diikuti oleh teman-temannya, dan benar saja, sesampainya di kota, mereka benar-benar mendengar lagu itu di mana-mana.

Entah apa NGOAK! yang merasukimu NGOAK!

Hingga kau NGOAK! tega mengkhianatiku NGOAK!

Yang tulus NGOAK! Mencintaimu NGOAK!

“I-ini benar-benar suara gagak!” Kutilang dan Kenari bertatapan tidak percaya. Mereka singgah di dahan sebuah pohon dan kembali mengobrol heboh.

“Ya kan? Aku bahkan sudah bertanya sendiri pada Gagak kemarin, dan dia sendiri mengiyakannya!"

“Ini hebat …,” gumam Kutilang kagum.

“Eh, tapi …,” tiba-tiba Pipit Kecil bersuara, menunjuk suatu arah, “manusia yang di sana itu?”

Tak jauh dari mereka, di atas sebuah panggung terbuka tampak seorang wanita yang menjadi pengiring seseorang menyanyikan lagu yang sedang mereka bicarakan. Keempat burung itu saling berpandangan kini.

“Sepertinya Gagak sudah dikutuk menjadi manusia ....”

End

Tema: Tulisan apa pun yang mengandung lirik "Entah apa yang merasukimu."

Ephemeral: 30 Daily Writing Challenge NPC 2019Where stories live. Discover now