4/30

196 46 6
                                    

Kami duduk bersebelahan dalam sebuah selimut yang hangat. Sofa yang kami tempati menghadap lurus ke arah sebuah jendela besar, menampakkan langit malam yang tampak kosong karena cahaya bintang yang dikalahkan oleh lampu-lampu kota.

Perlahan, ia menyenderkan kepalanya ke bahuku. Membiarkan sebelah lenganku merangkul pundaknya.

Televisi yang sedari tadi menyala tanpa ditonton sama sekali tak mengganggu suasana mesra ini. Seseorang di dalam sana mengumumkan bahwa hitungan mundur pergantian tahun akan segera dimulai.

Ia menggenggam tanganku yang merangkul pundaknya. Telapak tangannya begitu halus dan hangat.

"... tiga ... dua ... satu."

Sebuah ledakan terdengar, disusul cahaya bagaikan bunga-bunga bermekaran yang mewarnai langit malam.

"Apa rencanamu untuk tahun ini?" Ia bertanya dengan suaranya yang selalu terdengar begitu manis di telingaku.

Aku berpikir sejenak, tetapi tak kudapati apa pun melintas di pikiranku.

"Entahlah, menurutmu apa yang sebaiknya kulakukan, sayang?"

"Sayang?"

Satu kata itu membuatku menoleh, menatap sepasang netranya. Ia balas menatapku sembari tersenyum begitu manis.

"Sadar woi, lo itu jomblo dari orok."

Kenyataan menamparku.

Ah, benar juga.

Sebaiknya tahun ini aku berusaha mendapatkan pacar, agar di tahun depan aku bisa menghitung mundur pergantian tahun bersama kekasihku, bukannya bersama dakimakura.

End

Tema: Hitungan mundur.

Ephemeral: 30 Daily Writing Challenge NPC 2019Where stories live. Discover now