chapter 6-kota semi

720 75 0
                                    

"kemana kita akan pergi tuan?" tanya Rudra.

tentu itu pertanyaan normal. keadaan mereka saat ini sedang buruk, lebih dari setengah pasukan mereka terbunuh, dan sebagian besar mengalami luka-luka.

dan juga, saat ini mereka tidak memiliki harta sedikitpun. Noran menyadari hal itu.

"dimana kota terdekat berada paman?" tanya Noran.

"kota terdekat berada di sebelah timur tuan, yaitu kota semi." ucap Rudra.

"baik, kita akan pergi ke sana." ucap Noran.

"kita tidak bisa pergi begitu saja tuan, mereka mungkin menyadari kita saat kita di gerbang kota." ucap Rudra.

Noran mengangguk, sangat mudah mengenali mereka saat dalam penampilannya saat ini.

"kita akan menyamar paman, dan juga, bagi menjadi beberapa kelompok kecil, agar kita terlihat seperti pengelana." ucap Noran.

Rudra dan yang lainnya mengangguk, memang itu adalah rencana yang tepat untuk saat ini.

"itu rencana yang baik tuan. saya akan membagi kita menjadi 4 kelompok, saya dan tuan akan menjadi krlompok terakhir." ucap Rudra.

"ya, itu bagus." jawab Noran.

setelah membagi kelompok menjadi lebih kecil, Rudra dan yang lainnya berpisah. mereka memasuki dari 2 gerbang berbeda dan menempuh jalan yang berbeda.

untuk mengurangi jejak, pondok pondok kayu di bakar, dan setiap krlompok brputar berulang kali, membuat jejak kaki mereka nampak kacau.

"semoga ini mampu menghambat mereka." pikir Noran.

Noran sekarang memiliki penampilan seperti remaja normal, sementara itu Rudra mrmiliki prnampilan seperti seorang pengelana tua.

"mati, kita pergi." ucap Noran.

keduanya berjalan mengikuti jalan setapak yang ada. Noran kini menyadari, jika suasana di hutan ini menyeramkan.

sesekali, suara gagak terdengar dan membuat bunyi yang memekakkan telinga.

setelah beberapa lama berjalan, gerbang kota terlihat. gerbang yang besar dan kokoh.

tembok besar mengelilingi kota semi, ini karena bahaya tersembunyi yang mengancam kota semi.

kota semi...

tertulis nama besar di gerbang, dua penjaga yang garang berdiri dan mendata setiap pengunjung yang datang.

"berhenti!" ucap salah seorang penjaga.

dirinya menghentikan Noran dan Rudra yang sedang menyamar. dengan tatapan tajam, ia memandang wajah keduanya.

ketika memandang wajah Noran, ia merasa asing, namun saat memandang Rudra, perasaannya seakan ingin mengatakan sesuatu.

"siapa kalian?" tanyanya.

"kami adalah pengelana tuan." ucap Rudra.

"pengelana? lalu, siapa bocah ini?" tanya si penjaga.

"dia adalah keponakan saya, kami baru saja datang dari jauh. ada yang bisa saya bantu tuan?" tanya Rudra.

"jika ingin memasuki kota, kalian harus membayar 1 koin perak setiap orangnya." ucap Si penjaga.

"satu koin perak tuan? bukankah itu terlalu mahal?" ucap Rudra.

pajak yang mereka minta terhitung tinggi. dengan satu koin perak, Rudra bisa hidup dengan perut kenyang selama sebulan.

"itu peraturan dari raja kota, jika tidak membayar, kalian tidak boleh masuk." ucap sang penjaga.

Rudra yang tidak memiliki uang, mengeluarkan sebuah kalung dari dalam sakunya. ini adalah peninggalan terakhir dari ayahnya, liontin bergambar naga.

liontin yang terbuat dari perak murni, ia berikan kepada penjaga sebagai bayaran.

"saya tidak memiliki uang tuan, apakah tuan bisa menerima liontin ini?" tanya Rudra.

"ya, ini cukup." ucapnya.

di dalam hati, sang penjaga kegirangan. liontin ini setidaknya bernilai 4-6 koin perak.

"sungguh hari keberuntunganku!" pikirnya.

Rudra dan Noran kemudian berjalan meleeati grrbang, keduanys berjalan menjauhi gerbang dan menghilang di sebuah lorong yang kecil.

"paman, bukankah itu liontin paman? mengapa paman menjualnya?" tanya Noran.

"tuan, kita tidak memiliki uang, dan hanya itu cara agar kita bisa masuk. biar liontin itu terjual, asalkan tuan bisa selamat, itu sudah cukup bagiku." ucap Rudra.

Noran mengangguk, memang itulah hal terpenting saat ini. Noran teringat, jika saag itu Rudra pernah menyebutkan tingkatan dari jurus tinju besi.

"paman, bukankah paman pernah menyebutkan tingkat dari jurus tinju besi? apakah ada tingkatan dari kekuatan tubuh kita sendiri?" tanya Noran.

"tentu ada tuan. ada beberapa tingkatan kekuatan dalam seni beladiri.

tingkat pembentukan tubuh
tingkat nadi spiritual
tingkat jiwa spiritual
tingkat bumi
tingkat langit
tingkat bintang
tingkat bulan
tingkat surya
tingkat surgawi
tingkat abadi

tingkat terendah adalah tingkat pembentukan tubuh, dan tingkat tertinggi adalah tingkat abadi.

setiap tingkat terbagi menjadi 9 bintang. dan saat ini, tuan berada di tingkat pembentukan tubuh bintang 2." ucap Rudra.

"bukankah itu tingkat terendah?" tanya Noran.

"ya, itu memang tingkat terendah tuan. ini karena tuan baru memulai pelatihan beberapa hari yang lalu." ucap Rudra.

"ya, paman benar. aku baru mulai, itu wajar. lalu, bagaimana cara kita mendapatkan uang?" ucap Noran.

Noran dan Rudra berpikir, keduanya terjebak dalam pikiran masing-masinh, memikirkan cara terbaik untuk mengumpulkan uang saat ini.

"tuan, sepertinya saya harus bekerja untuk mendapatkan uang." ucap Rudra.

dirinya memecahkan keheningan, membuat Noran segera tersadar.

"bekerja apa?" tanya Noran.

"apapun, asalkan bisa menghasilkan uang." ucap Rudra.

"aku memiliki ide yang lebih baik." ucap Noran.

"ide yang lebih baik? apa itu tuan?" tanya Rudra.

Rudra penasaran, ide seperti apa yang sedang di pikirkan oleh Noran. dengan sabar, ia menunggu jawaban dari Noran.

"paman, apakah ada pemberi hutang di kota ini?" tanya Noran.

"pemberi hutang? yang aku tahu hanya satu tempat tuan. itu adalah paviliun bangau emas. apa yang tuan ingin lakukan?" tanya Rudra.

"antar aku kesana paman, aku ingin meminjam beberapa uang ke sana." ucap Noran.

"tapi tuan, mereka memiliki bunga yang besar, setiap satu koin perak, mereka menagihnya menjadi 1 koin perak dan 30 koin tembaga." ucap Rudra.

"jadi, 30% ya bunganya? itu cukup tinggi juga." gumam Noran.

"tenanglah paman, aku memiliki rencanaku sendiri." ucap Noran.

Kedunya akhirnya pergi menuju ke paviliun bangau emas. paviliun terletak di pusat kota, membuat keduanya hsrus berjalan cukup jauh.

suasana kota yang damai dan tenang. namun, di bawah ketenangan ini, perebutan kekuasaan sering terjadi di dalam kota.

keduanya sampai di depan paviliun. gedung tiga lantai yang mewah, di depan pintu, terdapat dua patung serigala yang menakjubkan.

plakat bertuliskan "paviliun bangau emas" terpampang dengan megah.

berwarna emas, juga interior yang mewah dapat terlihat dari pintu paviliun yang sedikit terbuka.

"tuan, kita sudah sampai di paviliun bangau emas." ucap Rudra.

"paviliun bangau emas! sungguh tempat yang mewah. waktunya menjalankan rencanaku." gumam Noran.

archipelago : the lost kingWhere stories live. Discover now