{ dertien }

39.4K 10.1K 1.5K
                                    

Seungmin bingung, ini si Hyunjin tiba-tiba datang ke kelasnya dan mengajaknya berbicara empat mata. Mana mukanya tidak mengenakkan, serasa ingin diterkam.

"Lo ngapain kesini? Mau minta ijin buat ngalus ke adik gue lagi?" Tanya Seungmin dengan sinisnya.

"Ck, aneh ya lo," decak Hyunjin. "Gue kesini cari Felix, dia kemana?"

"Ada urusan apa lo sama dia? Mau cari masalah lagi?" Seungmin menatap Hyunjin dengan satu alis terangkat.

"Bukan, gue mau ngomongin hal penting. Sekarang kasih tau gue, dia kemana?"

Oh, nampaknya Hyunjin tidak akan mendapatkan jawaban yang dia mau. Karena Seungmin tidak menjawabnya, melainkan berdiri dari duduknya dan ingin pergi.

Namun Hyunjin tidak membiarkan itu terjadi, dia langsung mencekal lengan Seungmin.

"Bisa lo singkirin tangan lo dari tangan gue?" Tanya Seungmin, dia terlihat marah.

Hyunjin tidak takut, dia mempererat cengkramannya pada tangan Seungmin dan menatapnya tajam.

"Felix itu werewolf. Gue bener, kan?"

Oh ayolah, Hyunjin benar-benar sok tahu, begitu pikir Seungmin. Dia terlalu sering menonton film fantasi sampai seenak jidat mengatakan kalau temannya sendiri adalah werewolf.

Wah, hebat sekali.

"Ada bukti, gak?"

Seketika Hyunjin diam, membuat Seungmin terkekeh dan menepuk-nepuk pundaknya, sebelum menyentakkan tangannya secara kasar.

"Sorry, sebelum mengatakan sesuatu, lebih baik lo cari tahu dulu faktanya, oke?"

Seungmin berjalan pergi meninggalkan Hyunjin yang diam di tempatnya berdiri. Tak lama kemudian, dia geleng-geleng kepala.

"Seseorang yang berbohong, suatu saat nanti pasti akan terbongkar. Seungmin, Seungmin, percuma lo bohong. Karena permainan itu mengharuskan kita untuk saling membunuh. Gue gak mau mati, terpaksa gue bunuh temen gue sendiri."





















































"Serius bu, saya menemukan mayat Jaemin tadi. Tapi dia langsung berubah jadi abu, ibu percaya sama saya, deh."

Amarah Soobin menggebu-gebu karena kepala sekolahnya tidak percaya apa yang dia katakan.

"Jaemin hilang, bukan meninggal. Kamu jangan asal menyimpulkan kalau dia sudah meninggal dengan mengatakan cerita bohong tentangnya. Kamu bisa di drop out dari sekolah."

Sang kepala sekolah berkata dengan sabar, tapi amarah Soobin semakin menjadi-jadi.

"Bu, sekarang saya tanya, siswa rajin mana yang tiba-tiba hilang tanpa kabar? Dia gak terlihat di kamera cctv manapun, termasuk kamera cctv di halaman belakang, tempat para siswa-siswi kabur."

"Kamu kenapa ngotot sekali? Kamu tahu sesuatu tentang hilangnya Jaemin?"

Oke, Soobin benar-benar frustasi sekarang. Saking emosinya, dia menggebrak meja dan berdiri.

"Saya kan sudah bilang dari tadi, Jaemin sudah meninggal! Dia jadi abu dan abunya hilang entah kemana. Jaemin itu-"

Soobin mengatupkan bibir rapat-rapat. Dia memejamkan matanya sambil berdecak, hampir saja keceplosan.

"Jaemin itu apa?" Tanya kepala sekolahnya dengan mata memicing curiga.

"Saya permisi dulu."

"Loh, kamu mau kemana? Hei, Soobin!"

Soobin tak peduli. Dia keluar dari ruang kepala sekolah dengan segera. Dia tak peduli orang-orang menatapnya keheranan.

Dia harus menemui Han Jisung sekarang juga. Dia harus bertanya apa yang terjadi. Soalnya, dia tahu Jaemin vampire karena menguping pembicaraan Jisung dan Haechan tadi.

Soobin curiga. Game ini ada dan mengincar makhluk-makhluk mitos yang ternyata ada di sekolahnya. Tapi, orang yang menciptakan game ini pasti tahu identitas semua murid di sekolah.

Sejauh ini, hanya Jisung yang dicurigai oleh Soobin. Selain itu, dia curiga dengan Haechan dan Jihoon. Lalu, curiga dengan Yonghee.

Oh, apakah dia harus menanyakan hal ini pada time traveller di sekolah ini? Dengan begitukan dia bisa tahu identitas teman-temannya dan siapa yang membuat permainan konyol ini.

Haha, ide yang sangat brilian.

Dia merogoh saku celananya dan menghubungi seseorang. Tak lama kemudian, senyumnya merekah karena panggilannya diangkat.

"Lia, gue mau bicara empat mata sama lo, di kantin, sekarang juga."

Dead or Kill | 00 Line ✓Where stories live. Discover now