{ veertien }

40.4K 10.1K 3.8K
                                    

Malam ini adalah malam dimana acara yang Jihoon dan Junkyu rencanakan dilaksanakan. Teman-teman sekelasnya beserta para sahabatnya datang.

Dari perkiraan cuaca malam ini, cuaca cerah berawan, bulan purnama juga bersinar terang. Tinggal menunggu waktu saja.

Jihoon tersenyum melihat teman-temannya. Ada yang asik bersenda gurau, ada yang sedang menikmati makanan dan minuman yang tersedia, ada juga yang asik berfoto ria.

Jihoon jadi penasaran, siapa yang akan berubah menjadi werewolf malam ini. Dia mendongak menatap langit yang berawan, dia semakin tidak sabar awan itu berhenti menutupi bulan.

"Jihoon, lo curiga sama siapa?" Tanya Junkyu yang tiba-tiba datang entah darimana.

"Gak tau deh, tapi kalo diliat-liat gue curiga sama yang gak dateng," jawab Jihoon sekenanya. "Dari tadi gue gak liat Felix, padahal dia janji mau dateng."

"Ohh Felix, tadi dia lagi ke toilet," kata Junkyu. "Tadi mukanya kayak nahan sesuatu gitu, mukanya merah. Dia aja ke toilet sambil lari."

"Hmm, jangan-jangan Felix mau berubah jadi werewolf," batin Jihoon.

Dia pun memutuskan untuk segera ke toilet untuk memeriksa. Junkyu mengekori di belakang, penasaran juga.

"Pst, gue udah bawa pistolnya, loh," bisik Junkyu sambil menyeringai.

Bagus, werewolf bisa dilemahkan dengan peluru perak atau benda perak lainnya. Itu sangat bagus, mereka tidak mungkin menghampiri werewolf tanpa persiapan sama sekali.

Beberapa saat kemudian, mereka sampai di depan pintu toilet yang terbuka lebar. Jelas tidak ada orang disana, namun ada bekas cakaran di tembok.

"Hmm, kayaknya dia kabur deh."

"Siapa yang kabur?"

"Waaaa!"

Suara berat seseorang membuat mereka berteriak dan langsung berbalik menghadapnya. Begitu tau siapa orangnya, mereka saling melempar pandang kebingungan.

"Kalian ngapain disini? Yoonbin nyariin kalian, tuh."

Junkyu gemeteran, Jihoon keringat dingin. Felix ada di depan mereka dengan senyuman yang amat sangat menyeramkan.

"Kalian gak kesana? Katanya Yoonbin mau bahas 'werewolf' tuh," kata Felix penuh penekanan pada objek yang akan dibicarakan.

"Lo habis dari mana? Kenapa ada bulu hewan di baju lo," ucap Jihoon memberanikan diri.

Felix menunduk melihat bajunya. Benar saja, ada helaian bulu hewan berwarna putih disana.

"Baju lo juga beda, Lix. Sebelum ke toilet, lo gak pake baju yang ini," sambung Junkyu menambahkan.

Felix mengangguk-angguk sambil membasahi bibirnya, dia juga tersenyum penuh arti.

"Gue mau tanya, jam segini enaknya makan apa, ya?"

"G-gak tau," jawab Jihoon terbata-bata karena Felix maju mendekatinya.

"Kalo makan daging enak kan, ya?"

Kedua mata Jihoon membulat sempurna. Dia mundur langkah demi langkah sampai akhirnya pungungnya membentur dinding di belakangnya.

"Gue jadi pengen makan, deh. Laper," kata Felix tanpa menghilangkan senyuman penuh artinya.

"Felix, lo mau ngapain!" Junkyu benar-benar panik, tanpa ragu dia menodongkan pistolnya. "Jauhin Jihoon sekarang!"

Bulan purnama tertutup oleh awan gelap, sepertinya ingin hujan. Angin bertiup kencang, membuat Junkyu kelilipan.

"Akh, aduh pake kelilipan segala," sungut Junkyu sambil mengucek-ngucek matanya.

"Felix, jauhin Jihoon atau─Loh?!"

Junkyu menoleh ke sekelilingnya dengan panik.

"JIHOON, FELIX, KALIAN DIMANA?!"

Tak lama kemudian, lolongan serigala terdengar, memecah keheningan malam.

"Auuu~!"




































































Renjun tersedak sodanya ketika lolongan serigala terdengar begitu jelas. Seketika rasa perih dan panas menjalar di tenggorokannya, sakit bruh.

"Nih minum air putih." Jeno menyodorkan segelas air putih yang ingin dia minum tadi.

Karena rasa sakitnya semakin terasa, tanpa ragu Renjun menerima air putih tersebut dan meminumnya hingga habis tak bersisa.

"Makasih, Jen."

Jeno mengangguk. "Oh ya, Jaemin kemana, ya? Seharian ini gue gak liat dia," tanyanya kemudian.

Haechan yang lagi asyik makan kue bersama Jisung langsung tersedak dan terbatuk-batuk. Jisung auto panik.

"Aduh Chan, Jeno ngeliatin kita, tuh," bisiknya panik. "Jangan sampe dia tahu kita yang bunuh Jaemin, nanti kita dihajar sampe bonyok sama dia."

Tanpa babibu lagi Jisung membawa Haechan pergi dari sana, meninggalkan tanda tanya di kepala Jeno.

"Si Haechan belakangan ini selalu sama Jisung." Sambil mengunyah cookies nya, Renjun memberitahu. "Terus mereka keliatan waspada gitu, gue jadi curiga mereka sembunyiin sesuatu."

"Hmm." Mata elang Jeno melirik Haechan dan Jisung yang sedang mengobrol bersama Sanha di dekat pohon.

Kalau benar mereka menyembunyikan sesuatu, apalagi tentang Jaemin, Jeno akan marah besar.

"Perhatian semuanya!"

Seruan dari atas panggung membuat keduanya menoleh. Disana, Hyunjoon berdiri sambil memegang mic. Mata mereka bertemu, kemudian Hyunjoon lanjut berbicara.

"Saya terpaksa harus mengatakan ini. Jihoon dan Felix hilang."

"Hah? Demi apa?"

"Jangan-jangan mereka diculik setan."

"Gue jadi takut mereka dimakan serigala."

"Tenang, gue berhasil tangkep pelakunya! Pelakunya itu werewolf!"

Renjun dan Jeno menganga tak percaya. Werewolf? Sial, tidak seharusnya Hyunjoon membahas itu disini, tidak boleh ada yang tahu tentang makhluk mitos yang ada. Game ini tidak boleh diketahui banyak orang.

"Dan gue yakin kalian bakal kaget setelah tau siapa pelakunya," kata Hyunjoon sambil menyeringai tipis.

"Woi, turun gak lo!"

Tiba-tiba, Jinyoung menerobos kerumunan orang dari belakang sambil berteriak marah. Rahangnya mengeras, tatapannya tajam dan penuh amarah.

"Lo gak usah menuduh orang sembarangan!"

Hyunjoon terkekeh. "Gue beneran tau siapa werewolfnya, loh. Junkyu, dia werewolfnya."

Bisik-bisik dan ucapan tak percaya mulai terdengar. Junkyu? Yang benar saja!

Sementara itu, Junkyu yang disebut namanya menggelengkan kepala di tempat ia berdiri, masih di depan toilet.

Dia panik, bukan dia werewolfnya. Hyunjoon salah paham. Buat apa dia menculik Jihoon sahabatnya sendiri. Lagipula, sejak tadi dia ada disini.

"Junkyu, lo ngapain ada disini?!"

Junkyu mendongak dengan mata berkaca-kaca. Kakinya melemas, membuatnya jatuh terduduk di lantai.

"Yonghee, bukan gue pelakunya, bukan gue."

"Lo tenang ya, gue percaya kok sama lo."

Yonghee menghela nafasnya. Semua ini salah, game ini seharusnya tidak ada.

Iya, game ini seharusnya tidak diciptakan.

Dead or Kill | 00 Line ✓Where stories live. Discover now