kok susah masuk, Bang?

35.5K 2.2K 88
                                    

Vote dulu baru baca.

💋

Mempunyai tetangga super ramah dan baik memang menjadi idaman setiap orang. Seperti Ara. Ia bertetanggaan dengan keluarga Darma hampir sepuluh tahun lamanya. Bayangkan, dari pertama ia jatuh cinta sampai jomblo saat ini.

Ngomong-ngomong soal tetangga, gadis berambut panjang itu sedang menjadi makcomblang anak bujang semata wayang bu Farida.

Maemunah nama gadis yang ingin dijodohkan bu Farida dengan putranya.

Senyum yang dipastikan cantik oleh pemilik konter itu, terbit. Setelah mengirimkan pesan kepada Banyu, perihal jadwal ketemuan alias kencan pertama.

Siang terik sang surya, dengan segelas es dawet Ara duduk manis di balik meja kerjanya.

Sesekali memantau Febri dan Amir yang sedang melayani pelanggan.

"Kak Ra, bantuin dong."

"Lo lupa siapa yang makan gaji?"

Febri mencebik, "Lagi rame nih. Gue isi kuitansi dulu. Noh, Mba-Mba itu mau isi pulsa."

Bukan langsung bangun, Ara melongokkan kepala, mengecek kerjaan Amir. Dasar buaya, pantang lihat cewek cantik. Satu pelanggan aja sampai makan waktu belasan menit. Padahal cuma pasangin tongsis.

Memberikan senyum terbaik, Ara menyapa dua orang perempuan yang berdiri di balik etalase kaca.

"Pulsa berapa Mba?"

"25 aja."

Ponsel mini sejuta jaringan untuk ummat, berada di tangan Ara.

"Mba ini?" tanya Ara pada teman si Mba yang sudah diisikan pulsa.

"Paket data Mba. Yang 25 giga ada?"

"Ada."

Setelah memastikan nomor pelanggannya benar, Ara mengisi kuota internet sesuai jumlah yang disebutkan.

"Makasih Mba."

Setelah melepaskan kepergian dua pelanggannya, Ara menuju ke meja kerjanya.

Bunyi bip di ponselnya menandakan pesan masuk.

Bu Bidan.
Boleh dek Ara. Mau ketemu kapan?
Kaget dengar bang Banyu mau ketemu aku.

Balasan pesan dari Maemunah, bidan desa Ciwedey.

Ketemu kapan?

Bang Banyu belum balas chat.

Padahal, yang baik itu harus disegerakan.

Telpon, aja kali ya?
Kedengaran nggak?
Tau sendiri hebohnya suara mesin di bengkel.

Etapi, kan udah siang. Kali aja, bang Banyu udah istirahat.

Panggilan pertama...
Kedua...
Ketiga ... Tersambung.

"Chatnya nggak dibaca?"

"Assalamualaikum."

Ara berdecak, kek sama siapa aja pakai salamlekum

"Kumsalam Abang. Sore ini ketemuan yuk?"

"Di rumah juga ketemu kamu."

Decakan kali ini cukup keras, hingga menimbulkan kekepoan dua karyawan Ara.

"Ini beda, Abang. Ketemunya sama calon bini. Chat dibaca, jangan dimuseum-kan."

Ara kesal, karena tidak ada jawaban, dari seberang. "Abang ke mana? Kita ngomong kok dicuekin?"

"Bentar. Lagi ada tamu."

Ranjang TetanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang