Bisa bikin dedek?

26.9K 2.4K 167
                                    

Tidak seperti keinginan Ara, tetangga yang cukup membuatnya repot sore ini. Seharusnya ia sudah tiba di rumah dan sedang mengistirahatkan tubuh lelahnya. Bukan mengantar bidan desa yang dititipkan Ara kepadanya.

Ketika tiba di rumah, ia menemukan tetangganya sedang cekikikan bersama sang ibu.

Tidak mengambil pusing, Banyu melangkahkan kakinya ke lantai atas. Ia butuh mandi sebelum menikmati segelas kopi.

Berkaca di depan cermin, Banyu teringat ucapan tetangganya.

Apa ia sudah setua itu?

Ck.

Bukankah dari dulu, Ara asal ceplos kalau ngomong?

Di bawah, Ara sedang merangkai cerita indah. Kisah kasih yang sama sekali belum dimulai, bahkan tidak ingin dimulai Banyu.

Kriteria wanita yang diinginkannya belum ditemukan. Jadi, masa bodo dengan kerjaan Ara yang ingin mencomblagi dirinya.

"Kira-kira berhasil nggak Ra?"

"Pasti Buk. Ara, gitu!"

Farida tersenyum. Kalaupun bukan Ara, tidak apa. Yang penting, putranya menikah dengan wanita baik-baik.

"Ibu nggak lihat aja, gimana tadi bang Banyu lihat-lihatan sama kak Munah. Ara sampai meleleh, Buk."

Gadis itu membuka kulit pisang rebus entah untuk yang keberapa kali. Pisang rebus yang disajikan satu piring besar oleh Farida, nyatanya tinggal 3 buah lagi.

Mengunyah perlahan, benda lembut dalam mulutnya sebelum menelan. Matanya menangkap sosok yang tengah turun dari tangga. Setengah pisang, dimasukkan lagi ke dalam mulutnya. Matanya menelisik laki-laki yang akan segere melepaskan masa lajangnya.

Oh...

Ara tidak sabar menanti aneka hidangan di atas meja prasmanan.

"Munah, ramah kan, Nyu?"

Banyu yang melangkahkan kakinya ke dapur, menoleh sebentar.

"Ada bu Ramlah, waktu nganterin tadi?"

Mata Banyu membidik gadis di samping ibunya. Sanltai, terkesan tidak terjadi apapun.

Apa yang sudah dikatakan tetangganya itu, pada ibunya?

"Nggak tau. Aku turunin di depan Pustu."

Seketika mata Farida membeliak. Ara juga sama. Sama-sama kaget. Tapi, hanya sebentar, karena gadis itu tersenyum meledek.

"Takut langsung dikawinin, ya Bang?"

"Bukan takut. Tapi lebih ke malu. Apa kata orang, kalau lihat kami boncengan berdu---"

"Bilang aja calon, ntar juga kawin!"

Banyu memejamkan matanya.

Kalau tetap di sini, dia bisa gila menghadapi tetangga gilanya.

"Gula habis, kalau mau bikin kopi."

"Sama Ara ada. Bentar, Ara ambilin."

Banyu bisa beli di warung depan komplek. Tapi, belum suaranya keluar, tetangganya sudah berlari keluar.

"Kamu beneran kan, sama Munah?"

"Ara jangan didengerin, Bu."

Farida merenggut, mendengar jawaban anak lajangnya.

"Terus mau kamu, siapa? Ara?"

Menghidupkan kompor, setelah membuang air dalam panci, Banyu menjawab. "Cari istri itu gampang Bu. Yang buat kita nyaman dan nggak nyesal seumur hidup itu yang sulit."

Ranjang TetanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang