Isi anu

17.3K 2.2K 209
                                    

Dua hari ini, Ara sedang sibuk-sibuknya di konter. Pasalnya dua pegawainya masih cuti liburan tahun baru. Alhasil, dia yang merekap semua pekerjaan.

Makan siang terlambat berikut cemilan yang kadung dingin karena tak tersentuh, kini ditambah lagi kehadiran manusia yang akhir-akhir ini menambah kadar kebenciannya. Pas saat lapar seperti ini, kalaupun memakan satu orang di depannya nggak akan kenyang.

"Abang ngapain ngintilin aku?"

"Ck. Aku mau tuker hp Ra."

"Konterku nggak beli hp seken."

Banyu tidak mengambil pusing wajah sangar tetangganya. Matanya menyisir etalase kaca memindai jenis-jenis handphone yang akan dibelinya.

"Kamu pikir aku semiskin itu?"

"Miskin sih nggak. Medit iya!"

Kekehan Banyu dibalas cibiran yang tak akan berakhir dari Ara. "Ngaku bos montir. Hp masih Vivu."

"Ada yang salah? Aku butuh alat komunikasi, bukan buat gegayaan."

"Ya udah! Buruan mana. Biar aku bikin kuitansi."

"Dari pada beli aipon, mending buat tabungan masa depan. Biar kamu nggak capek-capek nyuci."

Ini orang malah curhat. Nggak tahu lapar apa?

"Buruan Abang."

"Sabar, Dek."

Ara memejamkan matanya. "Lagian masih ada konter lain. Kenapa musti di mari?"

"Itung-itung investasi."

Sungguh, kali ini Ara mencubit lengan Banyu. Nggak tahan sama mulut asal tetangganya, dan Banyu hanya bisa meringis sambil mengusap kulit lengannya.

"Gayamu, Bang. Untung aku nggak kemakan!"

"Aku serius. Kalau kamu mau, aku mau investasi sama kamu."

Menarik nafas dalam dan menghembuskan secara kasar, hingga Banyu bisa mendengar. Laki-laki itu hanya menggeleng. Gadis di depannya sama sekali nggak ada anggun-anggunnya.

"Aku masih sanggup Bang. Kalau nggak sanggup lagi, yang aku datengin itu dinas sosial. Bukan Abang."

Banyu tertawa hingga kerutan pinggir matanya menyatu.

"Emang orang dinas mau investasi sama kamu? Yang ada malam pertama udah kamu teriakin. Percaya deh, aku aja udah mikir berkali-kali lipat mau investasi sama kamu."

Logika Ara mencerna kalimat panjang Banyu. Abang ngomong apa sih? Kok agak melenceng ya?

"Abang kebelet kawin? Noh, kak Munah siap nampung saham Abang!"

"Saham Abang maunya di mari, Dek!"

Setelah mengatakan itu, Banyu tertawa keras karena melihat wajah Ara bak kepiting rebus. Marah-marah sangar gitu.

"Abang porno. Pantes di hp Abang banyak foto Aura Kasih."

Secepat membalikkan telapak tangan Ara membuat Banyu salah tingkah.

"K-kamu...lihat? Semuanya?"

"Selera Abang lumayan. Kurus-kurus berisi. Aku sih nggak yakin, bakal tahan mendam sendirian. Mungkin,  bagus kalau Ibu atau kak Munah juga tahu."

Mata Banyu memicing. "Selain itu, kamu lihat apa?"

"Emang ada apa lagi?"

"Aku serius Ara!"

Ranjang TetanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang