Mau punya anak sama Abang?

25.2K 2.4K 314
                                    

.
Kali ini, Farida tidak melepaskan dua manusia yang ada dihadapannya. Kesempatan yang tidak direncanakan sama sekali, dipergunakan dengan baik. 

Matanya menatap anak dan tetangga bergantian. Wajah datar Banyu dikombinasikan dengan wajah ngeselin Ara yang siap menumpahkann jutaan kata. 

Tidak membuang waktu terlalu lama, Farida memulai aksinya. 

"Banyak yang sudah Ibu ketahui dari Ara." 

Banyu menyimak. Begitu juga dengan Ara. 

"Sekarang gimana?" todong Farida 

ke inti. Ia tahu, sedikitnya Banyu memperhatikan Ara 

Lihat saja, mata putranya itu. 

Bukannya melihat dirinya bicara. 

Malah adu urat mata dengan Ara. "Ibu harus ngomong apa sama Bapakmu? Ibu malu kalau harus membeberkan semuanya." 

Kening Banyu, menciptakan beberapa kerutan.  

"Apa yang Ibu dengar sampai harus malu?" tidak mungkin kan Ara menceritakan perihal ciuman itu. 

"Kamu pikir tidak? Apa kata Bapakmu nanti. Ibu bahkan nggak sanggup bayanginnya." 

Banyu harus memastikan sesuatu sebelum melanjutkan pembicaraan ini. Mulut tetangganya itu mengusik ketenangannya. 

"Boleh aku bicara sama Ara dulu, Bu?" 

"Nggak." Farida menggeleng tegas. 

"Sudah dua kali dan dua macam. Nanti kalau kejadian macam-macam gimana? Tambah malu Ibu, Nyu. Gimana Ibu ngomong ke Mama Risa, kalau Ara kenapa-napa? Apa kata tetangga kita nanti?" 

Ibu dengar apa, sih? Banyu jadi gelisah. Bukan takut. Lebih ke malu. Masa iya Ara ceritain itu ke ibu? "Sekarang Ibu cuma mau tau, kapan kamu lamar Ara?" 

"Ibu mau nikahin Ara sama Abang? Ara nggak mau Ibuk. Abang kan pelit Nggak romantis. Gimana bisa Ara sama Abang?"  

Mendengar protes dari Ara, sudut hati Banyu tersentil. Romantis? Emang setelah nikah, makan bunga mawar ya? Nggak tau aja gadis itu. Berapa banyak suami di luar sana pontang panting bekerja mencari sekilo beras. 

"Biar Ara mikir dulu Bu," kata 

Banyu setelah diam beberapa saat. Ia ingin semua yang terjadi atas kemauan mereka. Bukan kemauan satu pihak. 

Hubungan yang akan dijalaninya, bukan untuk satu atau dua hari.  

Lahir bathin, dirinya sudah siap. Perihal cinta, akan hadir seiring berjalannya waktu. 

Dipikir-pikir, jatuh cinta pada tetangganya itu tidak sulit. 

Maksudnya Ara memiliki daya tarik sendiri. 

Dan, Banyu tidak tahu sejak kapan tetangganya itu memiliki magnet tersebut. 

"Ra. Dengerin Ibu." Farida menatap bijak anak tetangganya. Wajah gadis itu memang terlalu imut untuk anaknya. Walaupun Banyu tampan tetap saja, tidak bisa menutupi sisi lembut gadis tersebut. 

Ranjang TetanggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang