Prologue

10.1K 483 24
                                    

"Hey kak Blaze, kak Taufan, kalian melihat Kak Gempa, tak?"

Blaze menghentikan permainannya dengan Taufan dan melirik kearah Solar yang tampak khawatir dan cemas. Dengan cueknya Taufan dan Blaze menggelengkan kepalanya, "tidak. Kami tidak melihat Gempa semenjak pagi. Kukira dia denganmu menjaga kedai kan?"

Solar menghela nafas kesal namun masih terlihat kegelisahan terpancar dari raut mukanya. "Nah itulah permasalahannya Kak! Kak Gempa tidak kembali ke kedai saat ingin mengambil persediaan koko dirumah, jadi kukira kak Blaze dan kak Taufan melihatnya." Ujarnya dengan cemas.

Taufan menatap ke arah Solar dengan tatapan bingung. Ia yakin tidak melihat Gempa sama sekali, bahkan masuk rumah pun tidak terlihat. "Tapi kami benar-benar tidak melihatnya masuk ke rumah. Aku dan Blaze sudah di rumah sejak pagi looh."

Terlihat Solar mulai panik, ia menepuk dahinya pelan, "alamak bagaimana ini? Aku tidak bisa menemukannya dimana-mana! Bagaimana kalau kak Gempa diculik?!"

"Jangan berfikir buruk dulu seperti itu, Solar! Lebih baik ayo bergabung bersama kami bermain sembari menghilangkan tekanan!" Seru Blaze dengan semangat. Taufan tertawa bersemangat, tanda setuju dengan Blaze. Solar menatap mereka berdua dengan tatapan yang malas, "seharusnya aku tidak perlu tanya kalian berdua. Sudahlah aku tanya kak Hali saja."

Dengan itu Solar bergegas berjalan menuju kamar Halilintar yang sangat khas dengan logo petir didepan pintunya. Dengan hati-hati Solar mengetuk pintu kamarnya, tidak ingin membuat kakaknya tertua ini mengamuk, "Kak Hali, ini Solar, boleh masuk tidak?" tanyanya.

"Iya masuklah, Solar." Terdengar suara Halilintar menjawab dari dalam.

Solar membuka pintu perlahan dan melangkah masuk ke kamar Halilintar, "Kak, Solar mau tanya sesuatu."

Halilintar mengalihkan perhatiannya dari buku yang dibacanya dan menatap Solar dengan tatapannya yang khas, serius dan mengintimidasi. "Tanya apa? Jangan bertanya hal-hal yang aneh seperti dua kakak seblengmu itu." Ujar Halilintar yang sangat jelas menyindir Blaze dan Taufan. Solar meneguk ludahnya gugup, aura kakaknya yang satu ini memang selalu membuatnya takut.

"Hahaha, tidak kok kak. Hanya saja, uhm.. apa kakak melihat kak Gempa? Sudah sejak pagi kak Gempa menghilang, kak."

Halilintar menatap Solar terkejut, ia berdiri dari kursi yang ditempatinya dan memegang erat kedua bahu Solar sembari menatapnya dengan tajam hingga membuat Solar bergidik takut melihat kakaknya yang sudah full killer mode ini. "Apa katamu? Gempa sudah menghilang sejak pagi?!"

Solar menganggukkan kepalanya cepat, "iya kak! Aku sudah mencarinya ke sekitar kedai dan rumah tapi tetap saja aku tak menemukan kak Gempa dimanapun.."

"Kalau begitu tunggu apa lagi? Kita harus mencari dia! Cepat!" Dengan bergegas Halilintar keluar dari kamarnya menuju ruang tengah yang disana dilihatnya Blaze dan Taufan yang asik bermain. "Hoy kalian berdua! Ayo ikut aku dan Solar mencari Gempa! Jangan bermain saja!"

"Haishh! Aku masih mau bermainlahh kak! Sedang seru-serunya nih!" Protes Taufan tanpa rasa takut dan tetap saja melanjutkan permainannya dengan Blaze. "Iya nihh, jangan ganggu kita sedang asiklah!"

Tanpa mereka sadari, Halilintar kini mengeluarkan aura hitam membunuh disekelilingnya, tatapan matanya kini lebih tajam mengarah pada Taufan dan Blaze. Solar yang kini berada dibelakang Halilintar hanya bisa melangkah menjauh dan menyatukan tangannya, "semoga nyawa kalian terselamatkan." gumam Solar prihatin.

Puppet and String (Re-publish)Where stories live. Discover now