Forgiveness

4.3K 301 74
                                    

Terkadang mereka berfikir bahwa dengan memiliki kekuatan atau kuasa, semuanya akan menjadi lebih mudah. Namun kini, mereka menarik kata-kata itu kembali. Memiliki kuasa itu berarti memiliki tanggung jawab besar untuk kuasa tersebut dan juga resiko yang harus dihadapi.

Kemunculan eksistensi lain yang tidak diinginkan.

Kuasa yang mereka miliki itu bukanlah sesuatu yang bisa dikontrol dengan mudah. Namun mereka tetap menerima kuasa tersebut demi melindungi teman-teman juga banyak orang dari kejahatan.

Tentu, mereka berhasil melindungi banyak sekali orang dari kejahatan-kejahatan juga musuh-musuh yang muncul, hingga mereka melupakan sesuatu yang penting bahwa… diri mereka sendiri pun merupakan musuh yang harus dihadapi.

"Jadi bagaimana? Kalian ingin bermain denganku kan~?"

Halilintar menggeretakkan giginya kesal sembari menatap Reverse dengan sinis. Begitu juga dengan Boboiboy yang lainnya. Bisa terlihat amarah yang menggebu-gebu terpancar dari mata mereka. Bukan hanya rasa kesal dan marah, namun juga rasa ingin membunuh dan dendam.

"Ah ya, aku lupa! Kalian kan tidak bisa menggunakan kuasa kalian disini. Jadi mana asik bermain tidak adil seperti itu ya?"

Reverse nampak berfikir, dengan seringai jahatnya ia menatap kearah mereka satu per satu dengan bengis. "Oh ya bagaimana kalau begini saja, aku akan memberikan kalian masing-masing senjata yang bisa melenyapkanku! Jika menang, kalian bisa membawa Gempa kembali! Namun, jika gagal, maka Gempa milikku selamanya~"

Reverse menjentikkan jarinya, memunculkan beberapa senjata, tepat di hadapan para Boboiboy bersaudara, "bagaimana? Kalian setuju?"

Tanpa ragu dan membuang waktu, mereka mengambil masing-masing senjata itu dan menatap sinis Reverse. Kini mereka sudah gelap mata. Berambisi besar dalam mengalahkan Reverse. Walau mereka tau resiko yang harus dihadapi jika mereka lepas kendali, namun mereka sudah tidak peduli lagi. Keselamatan dan hidup Gempa sekarang lebih penting.

"Bersiaplah untuk kalah, Reverse!"

Reverse terkekeh sinis dan menyipitkan matanya tajam, "seharusnya akulah yang berkata seperti itu~"

Terkadang kemenangan itu memang tidak mudah untuk di raih.

=ooo=

"Kenapa kak Gempa ada disini? Sedang apa?"

"Hm?" Gempa menghadapkan kepalanya ke belakang, memandang Ice yang kini sedang berdiri dan menatapnya dengan ekspresi yang datar. "Oh Ice! Aku sedang tidak melakukan apa-apa. Hanya mengagumi alam, mungkin?" Ucapnya sembari tersenyum kikuk.

Ice mendengus geli, "apa-apaan jawaban itu, kak? Tidak masuk akal." Ice berjalan menghampiri Gempa lalu duduk disampingnya.

Kini mereka tengah berada disebuah padang yang dipenuhi oleh berbagai macam bunga yang indah dengan warna dan jenis yang berbeda-beda. Pada sore hari ini, Gempa dan Ice hanya duduk diantara bunga-bunga itu sembari memandang matahari yang kini mulai terbenam.

Gempa terkekeh kecil, tidak melepaskan pandangannya dari pemandangan yang ada didepannya, "ngomong-ngomong, kenapa kau kemari, Ice?"

Ice melirik kearah Gempa dan tersenyum kecil, "yang lain, juga aku, kini sedang mencari-cari kakak karena tidak kembali kerumah selama tiga puluh menit lamanya."

Puppet and String (Re-publish)Where stories live. Discover now