The Truth

5.2K 324 25
                                    

“Hey Gempa..”

“Hm? Oh Kak Hali, ada apa?” Gempa membasuh kedua tangannya yang basah dengan kain. Kegiatannya mencuci sudah terselesaikan. Ia pun menatap Halilintar yang berada disampingnya sembari tersenyum lembut.

Halilintar terdiam sejenak sembari menatap Gempa dengan tatapan yang datar. Gempa yang melihat hal tersebut hanya memiringkan kepala nya bingung. Tak lama setelah itu, Halilintar menggenggam tangannya dan menyeretnya menuju ruang tengah.

“Eh? Ehh? Kak Hali kenapa??”

Halilintar tidak menanggapi. Ia mengabaikan Gempa yang kini terlihat khawatir jika dirinya melakukan sebuah kesalahan yang membuat kakak tertuanya ini marah. Tetapi seingat Gempa, ia tidak melakukan apapun yang bisa membuat Halilintar marah.

Tanpa aba-aba, Halilintar mendorong tubuh Gempa ke salah satu sofa dalam ruangan itu, membuatnya jatuh terbaring pada sofa tersebut. Hal itu membuat Gempa terperanjat kaget dengan aksi Halilintar yang tiba-tiba. Ia memandang kakaknya cemas.

“K-Kak Hali kenapa—-eh?”

Halilintar dengan sigap menindih ke atas tubuh Gempa. Kedua tangannya bertumpu disamping kanan dan kiri bahu Gempa. Ia menatap lekat netra emas didepannya yang membuat kembar ketiga dari Boboiboy itu bertingkah gugup, bisa terlihat rona merah yang muncul dari wajahnya itu.

“Ka-Kak? Kakak tidak apa-apa?” Tanya Gempa yang melirik ke kanan dan ke kiri, menghindari tatapan Halilintar dihadapannya.

Kakaknya itu masih tidak menanggapi ucapan Gempa. Ia hanya menghela nafas kecil dan perlahan didekapnya tubuh mungil Gempa dibawahnya dengan erat, menyembunyikan wajahnya pada perpotongan leher Gempa. Dihirupnya aroma khas yang menguar dari leher adiknya tersebut dengan intens dan terlihat intim.

“Jangan kemana-mana... Biarkan dulu seperti ini.” Gumam Halilintar pelan.

Gempa mengedipkan kedua matanya bingung. Ia tidak tau dan tidak mengerti mengapa kakak satunya ini bertingkah sangat aneh. Namun ia hanya tersenyum pasrah dan mendekap balik tubuh Halilintar diatasnya sembari mengelus surai rambutnya lembut.

“Kakak sedang dilanda masalah ya? Kak Hali bisa cerita padaku kok jika mau.” Tawar Gempa.

“Jika aku bilang kalau kau adalah masalahnya, kau akan berbuat apa, Gempa?” Gumam Halilintar pelan sembari mendekap Gempa lebih erat lagi.

“Ehh? Kok bisa? Aku tidak ingat melakukan sesuatu yang membuat kak Hali marah.” Ujar Gempa dengan lugunya. “T-Tapi jika Gempa salah, maaf ya kak. Jangan hukum Gempa.” Lanjutnya dengan nada bicara yang sedikit panik.

Halilintar mendecakkan lidahnya kesal. Ia mengangkat kepala nya dan menatap Gempa tajam.

“Bukan itu masalahnya.” Hardik Halilintar kesal.

Gempa menyeritkan alisnya bingung, “Lalu apa kak?”

Halilintar menghembuskan nafasnya kasar dan menggaruk tekuknya yang tidak gatal.

“Akhir-akhir ini kau sangat dekat dan lengket sekali dengan Ice, kau tau? Sampai-sampai kau tidak memberikan perhatian pada yang lain terutama padaku. Kenapa begitu? Apa ada sesuatu diantara kau dan Ice hm?” Halilintar mendekatkan wajahnya pada Gempa dan menatapnya sinis.

Puppet and String (Re-publish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang