A Burden

4.9K 314 80
                                    

Sudah dua minggu lamanya semenjak kejadian yang terjadi di rumah sakit itu berlalu. Pada akhirnya, Gempa diperbolehkan untuk dibawa ke rumah karena sepertinya ia takut dengan ruang dan alat-alat rumah sakit yang membuatnya tidak bisa berhenti memberontak untuk kabur dari ruangan inapnya. Sebenarnya tidak mudah bagi Boboiboy bersaudara untuk membawanya pulang, apalagi Gempa selalu terlihat sangat ketakutan saat melihat mereka. Dengan terpaksa, Dokter menyuntikkan obat penenang pada Gempa dalam dosis yang cukup tinggi yang menyebabkan Gempa tertidur hampir selama lima belas jam lamanya.

Seminggu pertama, semuanya tidak berjalan dengan baik. Gempa terus saja memberontak dari mereka, mencoba untuk menjauh dari saudara-saudaranya sendiri. Bahkan Gempa pernah mencoba untuk melompat dari lantai dua rumah melalui jendela. Untunglah Boboiboy bersaudara dengan sigap menangkap dan menyelamatkan Gempa tepat waktu. Pada saat hal itu terjadi, Gempa masih tidak bisa berhenti memberontak untuk dilepaskan dan mencoba kembali untuk melompat melalui jendela itu.

Namun keenam saudara lainnya memeluk tubuh Gempa dengan erat, mereka menolak untuk melepaskan walau Gempa mencakar dan menendang mereka dengan kuat. Melihat keadaan Gempa yang terlihat begitu miris, membuat hati para saudaranya ngilu. Sangat menyakitkan untuk dilihat. Pada malam itu mereka semua menangis sepanjang malam karena takut kehilangan saudara mereka yang sangat disayangi itu.

Dengan sangat terpaksa, Boboiboy bersaudara pun mengikat kedua tangan dan kaki bahkan tubuh Gempa dengan tali tambang yang terhubung pada ranjang milik Gempa. Walau jujur saja, mereka tidak suka melihat Gempa diikat seperti itu. Tetapi mereka tidak mempunyai pilihan lain.

Lalu satu minggu selanjutnya, Gempa mulai berhenti memberontak. Ya, tidak sepenuhnya berhenti, namun aksinya itu sudah mulai berkurang dilakukan. Terkadang terjadi saja hanya pada saat mereka mencoba untuk menyentuh Gempa pada saat memandikannya atau mengganti perban ditubuhnya. Sepertinya kini Gempa mulai terbiasa untuk tidak takut lagi saat melihat kearah saudara-saudarnya sendiri. Namun disaat itulah keadaan menjadi tambah buruk, bukan bertambah baik.

Kini mata Gempa terlihat hampa dan kosong saat memandang kearah mereka. Tidak ada pancaran cahaya yang hangat yang biasa Gempa pancarkan dalam mata itu. Hanya ada kehampaan, terlihat seperti mati.

Lalu Gempa pun tidak pernah tertidur, ia juga tidak terbangun. Ia tidak sepenuhnya kembali. Gempa tidak sepenuhnya kembali dan hidup untuk mereka.

Tetapi Gempa juga tidak sepenuhnya 'mati'.

Dalam dua minggu ini, Halilintarlah yang mendominasi dalam menjaga dan mengurus segala keperluan Gempa. Sementara yang lainnya masih harus melanjutkan kegiatan sekolah mereka, apalagi Taufan yang harus tetap melanjutkan kuliahnya. Mereka pada awalnya menolak keras untuk melanjutkan kewajibannya masing-masing dikarenakan ingin menjaga dan mengurus Gempa juga. Tetapi Halilintar memarahi dan memaksa mereka untuk melanjutkannya yang pada akhirnya mereka pun berpasrah dan setuju dengan usulan kakak tertuanya tersebut. Halilintar pun pada akhirnya mengambil kuliah online karena bagaimanapun ia juga tidak mungkin melepas kewajibannya itu.

Aktivitasnya kini sudah biasa. Halilintar akan menutup mata Gempa disaat malam, membuatnya tampak seperti sedang tertidur padahal ia tidak tertidur. Halilintar akan senantiasa memegang erat tangan Gempa disaat itu sampai dirinya sendiri tertidur disamping ranjang Gempa. Lalu pada pagi hari Halilintar akan membuka mata Gempa kembali dan setelah itu ia akan meneteskan sebuah eyedrops pada mata Gempa agar matanya tidak kering.

Halilintar dan terkadang Taufan pun selalu bergantian dalam memberi Gempa makan dengan sebuah bubur tiga kali sehari, atau terkadang juga dengan sebuah sop yang memang mudah untuk ditelan oleh Gempa. Hal itu dikarenakan Gempa tidak mau atau menolak untuk mengunyah makanan apapun yang dimasukkan kedalam mulutnya. Karena itulah mereka memilih makanan yang mudah untuk ditelan langsung oleh Gempa.

Puppet and String (Re-publish)Where stories live. Discover now