It's Too Late

5.8K 387 31
                                    

"Jadi kau dan kakakmu Gempa ini beneran jadian?"

Gempa dengan otomatis menghentikan langkahnya untuk memasuki ruangan dimana Ice dan teman-temannya kini sedang merayakan ulang tahunnya bersama. Senyuman ramah Gempa perlahan mulai memudar saat ia mendengar pertanyaan tersebut yang tak sengaja ia dengar dari dalam ruangan, dari salah satu teman Ice.

Sudah sebulan dirinya dan Ice menjalin sebuah hubungan yang lebih dari saudara dan hari ini adalah hari dimana Ice berulang tahun, Gempa sudah merencanakan sebuah kejutan untuk Ice namun sepertinya Ice lebih memilih untuk merayakannya bersama dengan teman-temannya dibanding dengan dirinya. Yang pada akhirnya Gempa memutuskan untuk datang ke tempat Ice dan teman-temannya itu-sebuah kafe yang Ice selalu kunjungi bila ia membutuhkan ketenangan.

Awal mulanya, Gempa menganggap bahwa Ice hanya bercanda saja saat ia menyatakan cinta pada Gempa, apalagi dengan karakter Ice yang pendiam dan tidak selalu serius dalam menanggapi sesuatu. Tetapi bisa dilihat dari ekspresinya saat itu, Ice terlihat sangat serius saat menyatakan cintanya pada Gempa. Karena itulah tanpa disadari, Gempa menerima pernyataan Ice itu. Dirinya memang sudah dekat dengan Ice, ia juga memang sangat menyayangi adik kecilnya itu sepenuh hati. Apalagi Gempa tidak ingin membuat adiknya itu sakit hati jika ia menolaknya.

Namun Gempa tidak menyangka bahwa ternyata pada akhirnya ia akan jatuh cinta kepada Ice. Kebersamaan dan kedekatannya dengan Ice sebulan ini membuatnya sangat nyaman dan perlahan ia benar-benar sudah menyayangi adik satunya ini lebih daripada saudara. Gempa tau ini salah tetapi tidak bisa ia pungkiri atau membohongi perasaannya. Bisa dibilang, Gempa sangat senang bisa menjalin hubungannya ini dengan Ice walau mereka merahasiakannya dari orang lain bahkan saudaranya sendiri.

Lalu kenapa teman-temannya Ice bisa tau tentang hubungan mereka?

Gempa tetap berdiam diri didepan pintu kafe yang ingin ia masuki. Ia terdiam kaku dan tidak berkutik, dirinya menunggu jawaban apa yang akan dilontarkan Ice pada teman-temannya itu. Di genggamnya dengan erat sebuket bunga yang ia siapkan untuk Ice, sejujurnya ia gugup dan takut dengan jawaban yang akan dilontarkan Ice. Gempa tidak mengerti kenapa temannya Ice bertanya tentang hal itu dan mengapa mereka bisa mengetahui hal itu.

"Tentu saja tidak! Mana mungkin aku serius mau berhubungan dengan kak Gempa, konyol sekali. Lagipulakan itu hanya sebuah taruhan saja." Jawab Ice dengan entengnya.

Ruangan kafe yang tadinya sunyi dan tenang itu kini dipenuhi dengan gelak tawa setelah mereka mendengar jawaban Ice. Teman-teman Ice beranggapan sama bahwa hal itu memang konyol apalagi itu adalah sebuah taruhan saja.

Tetapi tidak untuk Gempa.

Gempa merasa dirinya hancur berkeping-keping saat mendengar pernyataan dan kebenaran dari Ice. Ia bahkan tidak bisa menyerap apa yang baru saja ia dengar. Perlahan, Gempa tertawa kecil. Ia tertawa pada dirinya sendiri. Ini benar-benar konyol ya?

Gempa sangat ingin mempercayai bahwa yang dikatakan Ice hanyalah sebuah candaan belaka, tetapi ia tau bahwa itulah sebuah kebenaran. Kebenaran yang terungkap setelah satu bulan mereka bersama, menjalin hubungan yang bahagia dan pada akhirnya di hadapkan dengan sebuah kenyataan yang pahit bahwa semua kenangan dan kebersamaannya itu hanyalah sebuah kebohongan.

Tanpa adanya keraguan lagi, Gempa melangkah masuk kedalam kafe itu yang mengundang perhatian banyak orang termasuk Ice. Ia bisa melihat Ice membelakakan matanya terkejut saat menatap dirinya yang muncul secara tiba-tiba. Dengan santai, Gempa melangkahkan dirinya mendekati Ice, masih dengan sebuket bunga di tangannya yang ia genggam erat.

Puppet and String (Re-publish)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora