Lulus

35 0 0
                                    




"HOREEEE KITA LULUSSS!!!" teriak kami karena baru saja kami diumumkan lulus

Betapa bahagianya hati kami saat ini, hari ini adalah awal dari kami menuju masa depan, hari ini adalah awal kami mencari jati diri.

Kami meluapkan kegembiraan kami, mulai dari sujud syukur bersama, melepaskan balon ke udara bersama, mencoret-coret baju untuk mendapatkan tanda tangan teman-teman.

Rasa gembira bercampur aduk dengan kesedihan karena kami pun akan berpisah.

Tak terasa 3th kami menuntut ilmu di gedung sekolah yang sama.

Rasa teman berubah menjadi rasa saudara, guru kami adalah orang tua ke dua bagi kami. Tak terasa 3th sudah kami bersenda gurau bersama, di hukum guru

bersama, mengerjakan tugas bersama, jajan ke kantin bersama dan masih banyak lagi kegilaan yang kita lalui.

Guru-guru yang kita cintai dan sayangi, selalu memaafkan atas kenakalan kita, guru yang selalu mau mendidik walau kami sering membangkang, guru yang akan kita rindukan saat ini.

" RISYA!!" teriak seseorang yang suaranya tak asing lagi, suara yang kadang membuat kita kesal tapi dia selalu ada saat kita butuhkan, suara yang selalu memaafkanku dikala aku tak ada waktu untuknya. Itu dia suara sahabatku, sahabat terbaikku.

" Elsa, Andin, Via kita lulus." teriakku sambil memeluk mereka.

Mereka sahabat terbaikku, mereka saudara bagiku, mereka segalanya bagiku

" Risya, kau sudah meminta tanda tangan Sigit. Itu selagi dia lagi sendiri." Ujar Via sambil menunjuk ke arah Sigit yang sedang duduk di depan teras kelas sambil melihat teman-temannya saling kejar-kejaran karena ke usilan mereka.

Tiba-tiba aku teringat 3th lalu awal kita masuk sekolah ini, kita dari SMP yang berbeda, kita dari suku bangsa yang berbeda juga, bahkan agama kita pun berbeda tapi perbedaan itu bukan penghalang bagi kita karena berbeda itu indah.

Bayangan aku kembali menghampiri teringat saat itu aku masih dalam masa MOPD ( Masa Orientasi Peserta Didik ), aku yang datang terlambat berlari karena pintu gerbang akan segera di tutup. Aku dengan Rok biru SMP Di atas lutut, baju putih pas body, rambut di ikat sesuai tanggal kelahiran dengan tali rapiah. Kebetulan aku lahir di tanggal 18 sehingga rambutku harus di ikat 18 dengan tali rapiah berwarna-warni serta membawa tas yang terbuat dari karung goni.

" Woy cepat lambat sekali kalian, lagi – lagi telat. " Teriak Kakak kelas dari arah pintu gerbang dengan tangan berkaca pinggang dan tampang yang menyebalkan.

Aku berlari kencang sekuat tenaga hingga sampai di depan gerbang.

"Brukkkkk!!!" Tubuhku jatuh tersungkur melewati gerbang karena bertabrakan dengan murid pria yang kebetulan juga murid baru.

"Auu sakit." Ucapku sambil merintih menahan sakit di lutut, anggota OSIS itu bukan menolong tetapi malah mentertawakanku.

"Bangun manja sekali." Teriak Melda yang tak lain adalah salah satu anggota OSIS. Melda berambut panjang berparas cantik dan memiliki tubuh sempurna bagai seorang model namun sombong dan angkuh.

Si Pria yang tadi bertabrakan dengan aku menatap sinis kearah mataku, bukankah dy yang salah harusnya dy meminta maaf padaku tetapi pria itu malah berlari begitu saja.

Aku mencoba berdiri dengan menahan sakit, tetapi rasanya kakiku sedikit terkiliri. Ketika aku mencoba berdiri sambil memegang panggar besi di sampingku secara perlahan, Melda malah menarik tangan aku secara paksa dan tak ada belas kasihan.

SIGIT ( Saat Cinta Tak Harus Memiliki ) (Cetak)Where stories live. Discover now