Papandayan

6 0 0
                                    




"Risya apa kamu sudah siap." Teriak Sigit dari ruang tamu. Akhirnya kami memutuskan untuk pergi mendaki karena Sigit sangat memaksa. Kondisinya hari ini pun terlihat sangat baik.

Waktu sudah menunjukkan pukul 10, kami akan berangkat menuju terminal Bandung diantar Arka. Aku menuruni anak tangga untuk menghampiri Sigit dan Arka. Terlihat Sigit dengan tas yang berisi perlengkapan campingnya. Sigit menggunakan celana Jeans dan kemeja kotak-kotak merah kebanggaannya yang sengaja tidak Dia kancingkan sehingga terlihat lapisan kaos merah yang Dia kenakan. Dulu ketika sekolah setiap kami mendaki Sigit selalu mengenakan kemeja itu. Dia juga menggunakan sepatu khususnya untuk mendaki serta slayer merah yang digunakan dikepalanya.

"Maaf menunggu lama." Ucapku saat di hadapan mereka.

"Apa kalian siap." Ucap Arka sambil merangkul kami berdua. Kami berjalan menuju mobil.

Sigit dan Arka duduk di depan dan aku duduk di kursi belakang. Mobil kami melaju sampai terminal Garut Guntur. Perjalanan dari Bandung ke terminal Garut Guntur kurang lebih memakan waktu 3 jam. Harusnya hanya 2 jam sudah sampai jika perjalanan lancar. Sayangnya perjalanan hari ini sangat macet.

"Kalian yakin hanya sampai di sini saja?" Ucap Arka ketika kami akan turun dari mobilnya.

"Iya sampai di sini saja, setelah ini kami akan naik angkutan umum, maaf telah merepotkanmu.' Ujar Sigit sambil mengukurkan tangannya kepada Arka. Kami pun turun dari mobil.

"Hati-hati ya, aku akan mengikuti kalian dari belakang. Jika terjadi sesuatu langsung hubungi aku." Ucap Arka pelan kepadaku agar Sigit tidak mendengarnya. Arka memelukku dan mencium keningku.

Kami segera menaiki angkutan umum menuju Desa Cisurupan. Setelah sampai di Desa Cisurupan kami beralih ke Ojeg pangkalan menuju pintu masuk Gunung Papandayan.

Waktu menunjukkan pukul 14.00 wib. Kami beristirahat sejenak di basecamp sekedar untuk minum dan duduk setelah itu kami Berdoa bersama sebelum melanjutkan perjalanan menuju jalur pendakian. Sigit menyiapkan camera yang Dia bawa dan merekam setiap perjalanan kita.

Kini kami telah memasuki jalur pendakian tidak ada lagi jalan mulus beraspal yang ada hanya batu berbatuan dan kami disuguhkan pemandangan batu-batu besar sepanjang jalan. Aroma kawah sudah tercium fi jalur ini, kami menggunakan masker yang telah kami siapkan agar tidak terjadi gangguan pernafasan.

Setelah sekitar 1 jam perjalanan kami sampai di POS 1. Di sini kami memutuskan untuk beristirahat dan mengisi persediaan minum kami.

"Apa kamu baik-baik saja?" Ucapku kepada Sigit, nafasnya terdengar kencang sekali. Aku takut terjadi apa-apa dengannya.

"Aku baik-baik saja, lihat tubuhku kuat." Ucap Sigit sambil menunjukkan ototnya yang sudah mengecil tidak seperti dulu.

Setelah 10 menit kami melanjutkan perjalanan ke POS 2, Sigit memilih untuk melalui jalur Ekstrem untuk mempersingkat waktu agar tidak kemalaman di jalan. Dan jika melalui jalur ekstrem ini kami akan langsung menuju hutan mati. Setelah 30 menit perjalanan akhirnya kami tiba di pondok Salada, untuk mempersingkat waktu kami langsung melanjutkan perjalanan tanpa beristirahat.

"Kamu yakin tidak ingin beristirahat?" Ucapku sambil berjalan perlahan karena jalan cukup curam dan terjal.

"Apa kamu lelah? Aku ingin segera ke puncak matahari sudah akan terbenam aku tidak ingin ketinggalan momen itu." Ucap Sigit dengan penuh semangat.

"Tidak, Aku tidak lelah." Ucapku sambil tersenyum kepada Sigit. Sigit menggenggam tanganku.

Sigit bersikeras ingin bercamping di puncak gunung, padahal pada dasarnya orang-orang mendirikan tenda di pondok Salada. 30 menit perjalanan kami setelah melewati hutan mati dan tiba di tegal alun di sini terlihat seperti padang bunga edelweis.

SIGIT ( Saat Cinta Tak Harus Memiliki ) (Cetak)Where stories live. Discover now