Mungkinkah

7 0 0
                                    



"Risya" Ujar Sigit lalu menatapku lembut. Rasanya entah apa yang terjadi saat itu jantungku mulai berdetak kencang. Apa aku kena serangan jantung dadakan. Mengapa jantungku berdebar saat menatap Sigit.

"Maaf Sigit, bolanya." Ujarku sambil mengalihkan pandangan dari Sigit saat itu.

" Hmmmmm " Sigit menghela nafas lalu duduk di sampingku saat itu, kami hanya terdiam memandangi hujan yang turun. Rasanya saat itu aku ingin selalu memandang wajah Sigit. Aku menatapnya diam-diam.

"Heh ngapain kamu di sini bersama Risya?" Ucap Bayu yang masih saja tidak menyukai Sigit, matanya menatap Sigit dengan perasaan penuh benci.

Hujan pun sudah reda Sigit menghiraukan perkataan Bayu saat itu dan langsung pergi keluar UKS meninggalkan kami.

"Kamu ngapain sama Dia berduaan?" Tanya Bayu seolah tak menyukai jika aku dekat dengan Sigit.

"Enggak ngapa-ngapain Bayu, tadi kebetulan saja kita menunggu hujan. Aku juga enggak mengobrol kok sama Dia." Ucapku kepada Bayu, semoga saja tidak ada orang yang melihat dan melapor kepada Bayu saat aku di peluk Sigit tadi.

"Dinda aku pulang ya antar Risya." Ucap Bayu kepada Dinda yang berdiri di sampingnya. Aku merasa tidak enak hati saat itu sama Dinda, masa Dinda yang pacarnya di tinggal begitu saja.

"Eh Bayu, bagaimana sih Kak Dinda masa ditinggal. Sudah kamu antar Kak Dinda dulu nanti jemput aku lagi di sini." Ucapku kepada Bayu dengan gemas agar Dia mengantar Dinda pulang.

" YA Sudah di motor ber 3 saja bagaimana." Ucap Bayu entah polos atau Bodoh, sedangkan motor Dia saja Honda CBR repsol mau boncengan ber 3 muat aja enggak.

"Risya biar sama saya saja Bay, lagian kita kan mau ke rumahmu sekarang buat susun proposal." Ujar Arka menawarkan diri untuk membonceng aku saat itu.

"OH iya, ya sudah Risya kamu sama Arka ya " Ujar Bayu mencubit pipi bakpaoku lembut, ekspresi bahagia terpancar di wajahnya saat itu.

"Eh nanti dulu, terus aku bagaimana Ka " Ujar Melda sambil menarik tangan Arka yang hendak berjalan.

"Kamu ada Cipto bisa minta bonceng Dia." Ujar Arka dengan tatapan tidak suka kepada Melda. Melda yang saat itu terlihat marah karena diabaikan Arka Dia menatap Aku dengan penuh kebencian seperti ingin memangsaku saat itu juga.

Arka sangat baik sekali padaku bahkan sampai saat ini pun Dia masih begitu baik padaku.

Saat itu Arka memboncengku dengan motor Honda CBR berwarna hitamnya. Belum ada 1 KM aku melihat Sigit di tengah jalan kelihatannya Motor Mio merahnya mogok, padahal saat itu masih gerimis.

Aku menatapnya dan Dia pun menatapku. Ingin rasanya aku turun saat itu, entah kenapa rasa simpatiku terhadapnya semakin tinggi. Semakin lama aku pun semakin jauh darinya dan jauh tak melihatnya lagi.

"Makasih ya Kak Arka."Ucapku kepada Arka saat Dia menurunkanku di depan rumah.

"Sama-sama Risya, ya sudah aku ke tempat Bayu ya." Ujar Arka mendorong sepeda motornya, kebetulan rumah Bayu samping rumahku pas. Arka masih memperhatikanku saat aku membuka pagar dan masuk ke dalam rumah.

**

"Malem Tante, Risyanya di mana?" Terdengar suara Bayu dari bawah mencariku, Aku sedang mengerjakan PR di kamar.

"Di atas Bay, di kamarnya masuk saja." Terdengar suara Mama menjawab pertanyaan Bayu

"Permisi Tante" Terdengar suara Arka, apa Arka aku enggak salah dengarkan.

"RISYA." Teriak Bayu saat membuka pintu kamarku, Dia masuk begitu saja dengan senyum lebar hingga giginya terlihat dan Arka berdiri di sampingnya.

"Bayu, Kak Arka." Ucapku dengan wajah kaget, jelas saja kaget karena aku sedang tidak bermimpikan Arka masuk ke kamarku dan aku hanya menggunakan kaos dan celana pendek sungguh memalukan.

"Kenapa sih Risya liat kita Sudah kaya liat setan." Ucap Bayu sambil merebahkan tubuhnya di atas kasurku yang empuk.

"Malam Risya, lagi apa?" Tanya Arka sambil berjalan ke arahku yang sedang duduk mengerjakan PR di meja belajar.

"Lagi kerjai PR Matematika Kak Arka." Ucapku sambil menggigit pena standar berwarna hitam yang saat ini aku pegang.

"Yang ini salah Risya, harusnya begini nih." Ucap Arka ketika melihat buku PR milikku, Dia pun kemudian memberitahuku dan mengajariku PR matematika itu.

"Arka ini pintar loh Risya, Dia juga selalu jadi juara kelas." Ucap Bayu membanggakan Arka. Arka hanya tersenyum saat mendengar perkataan Bayu itu yang menurutnya terlalu berlebihan.

"Aku juga tahu, harusnya yang jadi ketua OSIS itu Kak Arka bukan kamu Bayu yang bodoh." Ucapku sambil meledek Bayu, dengan wajah penuh gembira. Akhirnya ada kesempatan untuk Aku membully Bayu.

"Bodoh juga tampan, masih banyak wanita yang mengejarku Risya." Ucap Bayu sambil berdiri dan menghadap kaca meja riasku dengan percaya dirinya Dia senyum-senyum menatap wajahnya padahal Arka dan Bayu masih tampanan Arka ke mana-mana .

"Ada apa kalian kesini?" Ucapku sambil menutup buku PR yang telah aku kerjakan, berkat Arka aku bisa mengerjakannya dengan mudah.

"Kita mau pinjam laptopmu Risya, Laptop Bayu rusak. Apa boleh kita meminjamnya." Ucap Arka penuh harapan.

"Boleh Kak Arka, sebentar aku ambil." Ucapku sambil berdiri dari kursi belajarku dan mengambil laptop yang saat itu ada di atas kasurku.

"Makasih ya Risya." Ucap Arka sambil memegang laptop yang aku berikan kepadanya dengan senyum lembutnya.

"Thank you Risya sayang, ya sudah laptop kamu kami sita 2 minggu ya." Ucap Bayu mencubit pipiku dan memberikan senyum jeleknya hingga giginya terlihat.

"Iya iya seharinya 100rb ya." Ledekku sambil merangkul Bayu dari belakang.

"Dasar wanita mata duitan." Ucap Bayu tak mau kalah meledekku.

Saat itu Arka melihat kami yang begitu dekat seperti adik dan kakak pada umumnya. Dia tersenyum- senyum bahagia.

"Kenapa kamu Arka senyum- senyum, kamu membayangkan Risya yang tidak- tidak ya?" Ucap Bayu saat itu dan seketika membuat wajah putih Arka memerah.

"Sembarangan kamu Bay, bukan itu aku senang saja melihat kalian seperti itu. Andai saja aku punya adik perempuan juga." Ucap Arka seakan Dia memberitahu kami bahwa Dia sedih hidup sendiri selama ini. Adik atau kakak Dia tak punya dan orang tuanya begitu sibuk dengan pekerjaannya.

"Kamu bisa melakukannya dengan Melda" Ledek Bayu menatap wajah Arka.

"Akh Melda gadis arogan yang selalu membuatku pusing." Ucap Arka wajahnya berubah seketika saat mendengar nama Melda.

Aku ingatjelas saat itu, dari situ Arka seringmenghubungiku dan mengantar jemput sekolahku. Dan saat itu aku makin sulit untuk mendekati Sigit.

SIGIT ( Saat Cinta Tak Harus Memiliki ) (Cetak)Where stories live. Discover now