Jebakan

5 0 0
                                    



"Saya Risya Kak Arka." Jawabku tegas sambil menatap Arka, yang pada saat itu Arka juga menatapku. Bola mata kami saling bertatapan cukup lama sampai akhirnya Arka mengalihkan pandangannya dariku.

"Ok kita akan membuat tenda disini, nanti kita akan tidur satu tenda." Ujar Arka sambil melemparkan tenda kearah kami seperti memberi kode bahwa kalian harus mendirikannya.

"Tidur satu tenda Kak? Lalu bagaimana dengan saya?" Tanyaku kepada Arka dengan nada kikuk saat itu.

"Iya, jika kamu tidak mau atau keberatan kamu bisa tidur diluar." Ucap Arka Sinis sambil berkaca pinggang.

Kami mendirikan tenda yang sudah disiapkan, ini hal tersulit yang pernah aku lakukan. Jujur saja aku belum pernah mendirikan tenda sama sekali sebelumnya.

Tanpa sepatah kata sedikitpun Sigit mengambil alih tugasku untuk membuat patok untuk tenda, entah Dy merasa kasihan atau gemas melihatku yang gagal terus saat membuatnya.

"Risya kamu bisa bantu aku ambilkan kayu itu." Ucap Kholis sambil menunjuk kayu yang tidak jauh didepanku. Aku berjalan menuju kayu itu dan memberikannya kepada Kholis.

Tenda kami sudah jadi ternyata cukup berat juga membuatnya. Walau tenagaku tidak berguna saat itu namun setidaknya aku sedikit membantu untuk mengambilkan ini itu.

Waktu yang di tunggu – tunggu telah tiba kami berkumpul di lapangan sekolah.

"Selamat malam semua." Ucap Bayu menggunakan pengeras suara sambil berjalan kecil di depan kami.

Kami berdiri di belakang masing – masing pemimpin kelompok kami, kami memperhatikan Bayu yang sedang memberikan arahan tentang acara jurig malam yang akan kami lakukan ini.

Di acara ini kami diharuskan mencari bendera berwarna merah yang di sembunyikan panitia. Siapa yang mendapatkan bendera itu Dia yang menang.

Setelah Bayu memberikan arahan kali ini Kak Dinda, Kak putri, Kak Bena yang memberika kata kunci. Ya mereka adalah panitianya jadi hanya mereka yang tau dimana bendera itu berada bahkan Bayu sang ketua OSIS pun tidak tahu dimana bendera itu.

"Semuanya paham." Ujar Kak Dinda menggunakan pengeras suara lalu di lanjutkan memberi aba – aba bahwa kami boleh siap mencari bendera itu.

"Begini ya semua, disini kita harus belajar kerjasama yang baik agar kita bisa menemukan bendera itu. Sebelum di mulai saya mau bertanya kepada Risya apa kamu takut ??? " Ucap Arka sambil menatap wajahku yang saat itu sedang memperhatikannya.

" Tidak Kak." Ucapku sambil menggelangkan kepala, ya aku tidak pernah merasa takut dengan hal apapun kecuali yang aku takuti hanya Allah Swt. Karena aku seorang muslim.

"Ya sudah bagus, sebelum mulai kita berdoa menurut ajaran masing – masing. Berdoa mulai."

Setelah selesai berdoa kami berjalan menaiki tangga menuju gedung lantai 2, suasana sekolah yang sepi dan mencekam. Di tambah lampu – lampu sengaja di matikan. Sekolah SMU PERTIWI ini sangat luas, sedangkan murid yang di terima di sekolah ini hanya kurang dari 80 orang jadi walau saat ini ada acara di sekolah tetap kami tak bisa bertemu satu sama lain dengan kelompok lain.

"OK!!! bagaimana kalau mencarinya kita berpencar, jadi biar lebih cepat." Ujar Arka tegas

" Iya Kak itu ide bagus " Jawab Galuh sambil mengangguk, dan yang lain pun ikut setuju dengan ide bagus Arka itu

" Galuh, Kholis dan Rian mencari kearah sana, saya, Sigit dan Risya mencari keatas hingga Roof top." Ucap Arka sambil menunjukan arah dengan senternya.

" Kenapa tidak berdua – berdua saja Kak, jadi ada yang di lantai dasar juga." Ujar Rian memberikan pendapat.

" Ya tadinya saya berfikir begitu, tetapi untuk tidak menimbulkan fitnah karena Risya seorang wanita sendiri dan ini malam hari." Ucap Arka dengan bijak dan berwibawa. Mendengar perkataan Arka saat itu aku makin kagum dengannya. Sepertinya Dy sosok lelaki yang baik dan bertanggung jawab.

"Benar juga Kak Arka, saya salut dengan cara berpikir Kak Arka." Ucap Galuh yang sama bangganya denganku saat mendengar perkataan Arka itu.

"Ya sudah, sekarang kita mulai berpencar." Ucap Arka memberi kode kepada kita untuk tidak lama lagi berbincang.

Aku, Kak Arka dan Sigit berjalan ke lantai 3, suasana yang sepi dan horor. Tenang Risya kamu berani Ucapku dalam batin.

"Kamu kenapa Risya?" Tanya Arka sambil melihat kanan kiri dan mengarahkan senter

"Tidak apa – apa kok Kak " Ucapku kepada Kak Arka, sambil berjalan diantara Sigit dan Arka

Sejak perjalanan kita ini saya memperhatikan hanya Sigit yang dari tadi diam saja, dy cuek dan benar – benar angkuh bahkan untuk berbicara dengan kita pun seakan dy tak sudi.

Tubuh kekar Sigit kini berjalan di depanku, Dy memasuki ruang kelas yang saat itu hanya ruangan itu yang terbuka. Kami mengikuti Sigit masuk kedalam ruangan itu, kali ini gerak gerik Sigit terlihat aneh dan membuat kita penasaran.

" Ada apa Git?" Tanyaku semakin penasaran dengan tingkahnya.

" Sssstttt." Ucap Sigit memberi kode agar kita diam dan tak bersuara.

Trakkk Prang.... terdengar bunyi Vas bunga terjatuh.

" AAAAAAA. " Teriakku sambil berlutut dan menutup mata, mungkin tampangku saat itu terlihat sangat bodoh.

Arka mengarahkan senternya kearah Vas bunga itu, tetapi tidak ada – apa disana.

Hati aku semakin deg degan apa yang membuat Vas itu terjatuh. Sigit menghampiriku saat itu dan memegang tanganku, menguatkanku mungkin?

" Aduh Risya bisa gak sih tidak usah berisik." Ucap Sigit menarikku berdiri dengan gemas, ternyata dy bukan menguatkan Aku hanya risih dengan tingkahku.

" Maaf aku cuma kaget." Ujarku dengan muka berharap mendapat belas kasihan dari mereka.

" Lihat nih, Vas itu jatuh karena ada benang yang di hubungkan. Dan kamu Risya yang telah menginjak benang itu." Ujar Sigit sambil mengarahkan senter ke arah benang yang tidak sengaja Aku menginjaknya.

Di depan pun Arka sudah menyadarinya jadi hanya aku disini yang tertipu dan terbodohi.

Kami melanjutkan perjalanan ke arah Roof Top.

Pemandangan disini terlihat begitu indah dan menarik kebetulan bintang - bintang di langit sedang bertaburan.

Treettttttt bunyi bel berbunyi tanda sudah ada yang menemukan bendera itu.

Hmmm sia - sia pencarian kami selama satu jam ini.

Sigit duduk di teras Roof top menselonjorkan kakinya. Aku tahu dy sangat lelah saat itu. Arka pun mengikuti Sigit untuk duduk. Aku pun duduk diantara mereka.

Kami melihat bintang - bintang itu tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

" Turun yuk, sebelum yang lain mencari kita " Ujar Arka yang kemudian berdiri dari duduknya dan membersihkan celananya, ternyata 15 menit sudah kami duduk dan menatap bintang.

SIGIT ( Saat Cinta Tak Harus Memiliki ) (Cetak)Where stories live. Discover now